Rafa Edgar Alardo Pradipta

8 2 0
                                    

POV Rafa

"Kak beli minyak ke depan gih, mamah mau masak," suruh ibuku yang langsung masuk ke kamarku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Mamah kebiasaan deh kalau masuk jangan sembarangan," sahutku yang tengah memakai dasi.

"Iyah-iyahh. Cepetan gih keburu siang ."

"Egar lagi sibuk, mamah suruh bapak aja yang ke warung."

"Bapak lagi kasih makan ayam di belakang."

"Yaudah sini Egar aja yang beli, huhh," jawabku dengan sedikit rasa malas.

(Egar panggilan dari Rafa Edgar di rumah)

"Rafa?" Suara itu mampu membuatku mengalihkan pandangan dari handphone dan melihat ke arahnya.

"Iyah kenapa?" tanyaku sambil memutar tubuhku.

"Haii, apa kabar?" sapanya dengan ramah. Senyum manis terpampang di wajahnya.

"Dia?!" desusku sedikit kaget. Tidak di sangka aku akan bertemu dengannya di sini.

"Baik. Lo sendiri?" tanya ku kembali.

"Baik juga kok."

Aku hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Btw sekarang ngelanjutin ke SMA Perkasa ya?" tanyanya memastikan.

"Keliatannya?" jawabku ketus.

"Dia maunya apa sih?!" pikirku menatapnya curiga.

"Begini, bisa gak minta nomor WA kamu yang baru? Kita.. maksudnya aku mau ngomong sesuatu sama kamu," jelasnya terlihat malu-malu.

"Ah buang-buang waktu gue aja deh!" gerutuku yang langsung melangkah berniat meninggalkannya begitu saja.

"Pliss aku mohon. Kalau gak sekarang, kapan lagi aku ketemu kamu kaya gini." Dia memegang kerah lengan jaketku dengan penuh harapan aku memberikan nomorku padanya.

"Lo mau ngomong apa? Sekarang aja di sini, gue sibuk," sahutku sambil menepis tangannya dari jaketku.

"Aku gak bisa ngomong di sini. Gimana kalau Minggu ini ketemuan di taman biasanya dan di jam biasa. Kamu mau, kan? Aku tunggu kamu nanti di sana. Sampai jumpa, Bruv." Ia pun pergi begitu saja sambil melambaikan tangannya.

Aku mengepalkan kedua lenganku. Menatap punggungnya yang semakin menjauh.

"Kenapa baru sekarang?!" ucapku kesal.

***

POV Ayara

"Inget konsekuensinya apa kalau gak
ngumpulin tugas?" tanya Bu Rika.

"Inget, Bu," jawab saya perlahan.

"Apa?"

"Selesaikan tugas sampe selesai di perpustakaan. Kalau belum selesai jangan berani-beraninya masuk kelas ataupun kabur," jawabku.

Bu Rika yang tengah berdiri sambil melipatkan tangannya di depan dada hanya mengangguk perlahan.

"Yaudah ngapain di sini? Sana cepet selesaiin tugas kamu!" titahnya dengan emosi.

Akupun segera keluar dengan membawa alat tulis dan ponsel.

"Huftt... Serem banget kalau lagi ngambek, gila sih!" gumam ku saat sudah di luar kelas.

"Ara, kamu mau kemana jam segini bawa buku?" tanya seorang laki-laki yang bernama Bagas Dirgantara teman SMPku.

"Biasa, Gas. Kena hukuman Bu Rika karena belum ngumpulin tugas," jawabku yang tidak bersemangat.

I really need you!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang