"Neng bantuin mamah dulu sini," teriak mamahku dari arah dapur.
Aku yang tengah bermain handphone di ruang tamu, langsung menghampirinya.
"Ada apa, Mah?" tanya ku saat melihat tampaknya beliau tengah sibuk memasak.
"Ini bantuin ibu buat bungkusan ini. Semuanya ada 30 bungkus ya," jawab ibuku sambil menunjuk ke arah wadah berisikan makanan.
Akupun langsung membungkus satu per satu makanan itu.
"Ini buat siapa, Mah?" tanyaku penasaran sambil membungkus makanan itu.
"Temen mamah di sekolah ada yang pesen. Lumayan kan buat nambah-nambah uang jajan kalian," jawabnya.
Akupun hanya mengangguk pelan.
"Kalau udah, bangunin adik-adik kamu gih, suruh pada mandi udah jam setengah tujuh ini. Belum lagi nganter kamu ke sekolah," suruh ibuku yang masih sibuk dengan makanan yang di buatnya.
Tanpa jawaban akupun pergi dan segera membangunkan mereka berdua.
Aku sendiri punya dua adik perempuan dengan usia sekitar sepuluh tahun dan tujuh tahun.
***
Melihat jam yang ada di tanganku, sudah menunjukkan beberapa menit lagi bel masuk berbunyi.
Aku yang baru sampai di depan parkiran sekolah langsung berlari menuju gerbang utama sekolah. Nafasku terengah, detak jantungku berdebar dengan kencang.
Anak-anak yang lainnya pun ikut berlarian supaya tidak di strap oleh guru piket yang menjaga gerbang itu.
"Ayo cepetan bentar lagi masuk nih!" teriak guru yang tengah berdiri d depan gerbang yang siap untuk menutup gerbang itu setelah bel masuk berbunyi.
"Untung aja gerbangnya belum di tutup," gumam ku dengan lega.
Sambil berjalan, aku mengatur nafasku perlahan. Menelusuri setiap koridor kelas hingga sampai di depan kelas X IPS 5.
"Kesiangan lagi nih?" tanya Safira teman sebangku ku.
"Keliatannya gimana? Cape banget padahal cuma lari dari parkiran sampe sini," jawabku yang langsung duduk dan menyenderkan punggung ku ke kursi.
"Kalian lagi ngerjain apa? Emang ada PR ya?" tanyaku. Seingatku tidak ada PR untuk hari ini, tapi apa mungkin aku salah?
"Ada, Ara. Itu yang Minggu kemarin Sejarah Indonesia," jawab Safira sambil memperlihatkan tugasnya.
Akupun langsung merogoh tas ku mencari buku itu.
"Ahh yang ini bukan? Kalau Ara sih udah."
"Yaudahh niron ya?" ucap Safira sambil nyengir.
"Iyah-iyah terserah Safira ajach pake 'h'," jawabku.
"Hehe, makasih Ara."
"Oy," seru seseorang dari belakang.
Akupun berpaling dan mencari sumber suara itu dari siapa.
Ternyata itu dari temanku yang bernama Rafa.
"Lo udah kan tugas Sejarah? Liat dong, gue belum nih," ucapnya tanpa ragu.
Belum sempat aku menjawabnya, ia menghampiri bangkuku dan langsung membawa buku catatan yang tengah di pinjam oleh Safira.
"Ih apa-apa sih lo main rebut aja! Gue duluan yang pinjem tau!" pekik Safira kesal dan merebut kembali buku catatan ku.
"Lo kan tadi udah ada jawabannya di HP tinggal liat aja di situ. Sedangkan gue gak ada, jadi ngalah aja bisa gak sih?!" celetuk Rafa merebut kembali bukuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I really need you!!
Romance"I really need you!!" Rafa yang sudah menyadari bahwa Ayara berharga baginya, ia terus memohon agar Ayara tidak meninggalkannya. Di sisi lain hatinya masih hidup di masa lalu. Sehingga Rafa tidak bisa berbohong kalau dia sebenarnya masih belum mov...