-ᴅᴀʏ 1

998 93 129
                                        

"Uh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Uh... sejuknya," monologku, selepas meneguk sekaleng minuman bersoda dingin.

Meraih roti isi yang sebelumnya berada di pangkuan, merobek plastiknya dan melahapnya dikit demi sedikit.

Kulirik arloji di pergelangan tangan kiri, ah.. rupanya sudah pukul setengah tiga sore. Tidak terasa sudah lima belasan menit di tempat ini.

Setelah Minji-temanku pulang, aku memutuskan untuk masih berdiam di tempat ini. Depan warung bibi Jung duduk di kursi panjang sembari memakan roti.

Warung sembako bibi Jung siang ini cukup sepi, tidak masalah kalau beristirahat lama disini. Bibi juga tidak keberatan jika aku numpang sementara waktu.

Jarak rumahku masih sekitar setengah kilometer lagi. Setelah menghabiskan roti dan minuman soda aku harus segera pulang.

Seraya mengunyah aku menyempatkan untuk merogoh ponsel dari dalam tas. Saat di bus tadi benda itu bergetar beberapa kali. Mungkinkah ada pesan masuk? Kurasa begitu.

Cahaya matahari membuat layar ponselku nampak redup, aku harus menambah kecerahan agar dapat membaca tulisan-tulisan di layar benda tersebut.

Rupanya pesan spam dari Jiho. Dia adik laki-laki ku yang tahun ini usianya sudah menginjak 16 tahun, dan sekarang anak itu tengah duduk di bangku kelas 3 SMP.

Jiho adikku yang menyebalkan, dia mengirim banyak pesan hanya untuk memintaku membelikannya correction tape, katanya dia kehilangan benda itu saat di sekolah dan dirinya lupa membeli saat pulang tadi.

Ku ketikkan sesuatu atas pesan dari adikku itu. Mengatakan jika aku masih memiliki simpanan correction tape di laci meja. Dia bisa mengambilnya dan tidak perlu mengganti.

Untuk adikku, aku ikhlas memberikannya.

Apakah aku terlihat begitu baik? Aku hanya bertindak sebagai seorang kakak.

Setelah pesan untuk Jiho terkirim aku beralih pada pesan-pesan lain dari teman-temanku.

Saat asiknya memakan roti sembari bermain gawai, ekor mataku tidak sengaja menangkap seseorang yang berdiri si ujung jalan. Dirinya berdiri kaku dengan tatapan lurus kearahku.

Terlihat aneh, tetapi aku tidak menghiraukannya. Pikirku dia adalah salah satu pelanggan bibi Jung. Mungkin dirinya heran saat melihat ada orang berseragam sekolah yang duduk di depan warung seperti ini.

Aku sempat melayangkan tatapan datar padanya, hanya sesaat kemudian kembali menunduk fokus pada ponsel.

Aku jadi teringat pesan bibi tadi. Beberapa menit lalu bibi mengatakan padaku jika dirinya harus melanjutkan cucian di kamar mandi dan jika ada pelanggan beliau memintaku melayani atau memanggilnya ke kamar mandi.

Aku menoleh, mencari tahu apakah bibi ada atau tidak. Huh... rupanya bibi tidak ada di kursinya, kurasa sebentar lagi aku harus masuk memanggilnya.

Sebenarnya bisa saja aku menggantikan bibi dan melayaninya, tetapi aku masih tidak tahu harga-harga barang. Aku takut melayani dengan harga yang berbeda.

ᴀꜰᴛᴇʀ ꜱᴜɴꜱᴇᴛ - ᴋɪᴍ ꜱᴜɴᴏᴏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang