Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ngomong apa kamu?!" ketusku, marah seraya menepuk kedua bahunya keras.
"Jangan aneh-aneh, ya, Sunoo!"
Aku segera membuang muka, sedangkan Sunoo dia masih diam di tempat. Aku tidak tahu sejak kapan dia menyentuh dada kirinya dengan tangan kanan.
Sejenak, menoleh untuk memastikan. Dengan guratan wajahnya yang pucat aku kembali khawatir. Apa dadanya sakit?
"Kamu kenapa?" tanyaku kemudian.
Kedua alis pemuda bermarga Kim itu naik dan berkerut. Dia benar-benar terlihat seperti orang sakit sekarang.
"Sunoo?" Dia yang tak kunjung merespon buatku terpaksa memanggil namanya lagi.
"Aku nggak ngerasain jantungku berdebar hari ini." Jawabnya lirih. Kedua matanya mulai berair seperti mau menangis.
Aku justru menyernyit tidak mengerti.
"Maksudmu?"
"Aku selalu deg-degan kalo sama kamu, tapi kenapa hari ini enggak. Aku takut." Satu tetes air mata Sunoo berhasil lolos.
"Besok ada kimia?" Gadis berambut keriting, Jang Minji bersuara tepat setelah mengigit pinggiran es cream berbentuk semangka.
"Uh?" Aku menoleh dengan cepat.
Lantas mendesah pasrah, kedua bahuku mendadak turun.
"Heem... males banget, deh. Tugas minggu lalu aja aku belom selesai," keluhku.
"Nanti malem ku fotoin," kata gadis itu.
Aku segera menoleh dengan kedua mata melebar, "Serius? Kamu udah selesai? Cepet banget, kamu ngerjain sendiri?"
Minji menggeleng, "Enggak dong, minta contekan ke Heeseung." Wajahnya berubah ceria, anak perempuan itu terkikik kecil.
Aku mendengus, "Cih? Enak, ya punya pacar?"
Minji lagi-lagi menjawabku dengan kekehan.
"Oke lah, jangan lupa ya!" ujarku setelah itu.
Gadis itu mengangguk menyanggupi.
Seusai percakapan kecil diantara kami, aku dan Minji akhirnya berpisah di pertigaan jalan. Dia melambaikan tangannya sebelum berbelok, aku membalas lambaian tangan tersebut.
Aku melanjutkan perjalanan dengan sedikit lesu, beberapa kali sempat menendang batu-batu kerikil yang menghalangi.
Melewati warung sembako bibi Jung, aku menyempatkan untuk menghela napas. Syukurlah Kim Sunoo tidak datang.
Biasanya jika tidak menunggu di depan gang, Sunoo akan berada di warung bibi Jung.
Memegang kuat kedua tali tas, lalu mengadah menatap sejenak langit siang ini. Sinar matahari yang tidak terlalu menyengat serta angit bersih tanpa awan. Mataku menyipit saat menatapnya.