ᴇᴘɪʟᴏɢ

336 50 67
                                    

Aku mengunci diri di dalam kamar dan terisak kuat. Tidak ku perdulikan Jiho yang sedari meminta untuk dibukakan pintu.

Itu tidak mungkin!

Sunoo-ku tidak mungkin mati.

Apalagi berita aneh yang mengatakan mayatnya baru ditemukan setelah tujuh hari.

Bahkan kemarin Sunoo masih bersamaku. Kita tertawa bersama kemarin, kita mendengarkan lagu bersama kemarin, dan...

kita berciuman kemarin.

Tapi anehnya mengapa foto mayat itu mirip Sunoo? Wajahnya pucat dan terdapat beberapa luka goresan.

Itu tidak mungkin Sunoo, kan? Kim Sunoo pacarku?

Kepalaku mulai pusing karena menangis, badanku terus gemetar dengan kedua telapak tangan yang tiba-tiba mendingin.

Keraguanku membuatku tergerak untuk membuka ponsel dan mengeceknya sendiri. Aku membuka sosial media ku, mencari informasi lebih lanjut.

Aku mengeser ponselku dengan cepat. Kedua tanganku semakin bergetar begitu aku membaca setiap kalimat pada artikel tersebut.

Kim Sunoo yang meninggal sejak tujuh hari yang lalu dan jasadnya baru ditemukan sore ini.

Apa ini mimpi?

Aku langsung teringat oleh dirinya yang mengatakan jika waktunya sudah habis kemarin sore.

Sunoo yang menjelaskan kebenaran namun kutampik sebagai sebuah omong kosong. Penjelasan darinya masih tidak dapat kupahami sampai sekarang.

Jika kemarin aku meragukan omongannya sebagai kenyataan, maka hari ini aku meragukan omongannya sebagai kebohongan.

Jika memang benar Kim Sunoo sudah tidak ada, lalu selama sepekan ini aku berkencan dengan siapa?

Aku tidak sedang berhalusinasi kan?

Mendadak hari-hari yang telah kita lalui tanpa dikomando berputar bak film dokumenter di kepalaku. Kenangan akan dirinya yang kita lakukan selama tujuh hari terakhir terus berputar tanpa mau berhenti.

Senyumnya yang selalu mengembang, tawanya yang selalu terdengar renyah, pahatan wajahnya yang indah nyaris sempurna, genggaman tangannya yang hangat.

Aku merindukan itu.

Aku ingin menemui Sunoo.

Jika memang tidak bisa bersama lagi, aku hanya ingin sekedar mengucapkan kata maaf. Sebab hingga pemuda itu menutup mata permohonan maaf atas kesalahanku kemarin belum berhasil terucap.
















































Seminggu berlalu...

Hari-hari berjalan begitu cepat.

Setiap malam ku lalui dengan perasaan kelabu. Bayangan Kim Sunoo selalu hadir dan menghilang di kepalaku

Aku tidak tahu mengapa otakku selalu memunculkan sosoknya di setiap kali aku melewati tempat-tempat kita bersama dulu.

Senyum hangat yang menjadi ciri khasnya itu, selalu muncul dalam pikiranku. Uh... tiba-tiba aku jadi merindukannya.

Aku sempat tidak masuk sekolah selama tiga hari dengan alasan demam. Aku sempat berkepikiran untuk gantung diri di kamar karena begitu frustasi. Mungkin bagimu, tujuh hari memang singkat namun anehnya kebersamaan dengan Sunoo begitu membekas.

Selama tiga hari, aku sulit untuk makan sampai-sampai mama mengomel habis-habisan di hadapanku. Mama juga kaget sewaktu mengetahui berita kematian Sunoo, rupanya mama sudah jatuh hati pada lelaki itu. Entahlah sihir apa yang ia gunakan untuk menggaet hati mama.

Tidak hanya mama dan Jiho, kak Beomgyu pun sama kagetnya. Bahkan dia yang memang selalu sibuk menyempatkan diri datang kerumah hanya untuk membujukku untuk melepaskan Sunoo, dia mengatakan bahwa aku tidak boleh terus mendayu-dayu dalam kesedihan seperti ini. Kim Sunoo sudah tenang dan aku tidak sepantasnya menangisi kepergiannya.

Jiho? Huh... dia menangis semalaman sama seperti ku, dia sangat kehilangan. Dia mengatakan jika Sunoo sudah sangat dekat dengannya. "Kak Sunoo sama aku udah kaya temen" begitulah katanya. Semenjak Sunoo membelikannya robot, Jiho selalu menempeli Sunoo. Mereka bahkan chattan setiap malam.

Cih! Anak itu rupanya lebih akur dengan Jiho dibanding aku. Dia diam-diam menanyakan ku pada Jiho, meminta adikku mengambil foto ku saat aku belajar, membantu mama memasak, berkebun, bahkan saat aku tidur.

Dasar bocah licik!

Namun ada satu hal yang baru aku ketahui namun Jiho lebih dulu mengetahui ini. Rupanya tinggal dengan nenek itu kebohongan, Sunoo tidak tinggal dengan neneknya. Dia sendiri, dia menyewa kamar kos kecil dekat sini. Jiho mengetahui ini ketika dia bertemu dengan Sunoo tempo hari, saat Sunoo datang kerumahku untuk mengajakku bersepeda, kau ingat, kan?

Kupikir aku tahu banyak tentang Sunoo karena dia memiliki kepribadian terbuka, rupanya masih banyak rahasia yang dia sembunyikan dariku.

Saat ini aku duduk di kasur, sembari memeluk boneka Cinnamorol pemberian Sunoo waktu itu. Hari ini kak Beomgyu berjanji untuk datang, dia juga berjanji akan membawa Jimong, kucing lucu miliknya. Sembari menunggu kak Beomgyu mungkin tidak masalah bila bernostalgia sedikit tentang Sunoo.

Aku juga sudah mempersiapkan hatiku untuk membuka pesan lama ku dengan Sunoo. Pesan lama yang sejak beberapa hari lalu belum kubuka kembali.

Line Sunoo masih ku pinned sampai sekarang dan tidak tahu kapan akan melepasnya, rasanya sulit melepaskan pin di Line nya. Mungkin karena aku yang masih belum bisa menerima keadaan, aku selalu memikirkan Sunoo disetiap aktivitas. Senyumnya masih terngiang jelas di kepalaku, suaranya masih dapat kudengar di telinga, bahkan candaan kecil darinya mampu membuatku terkikik tanpa sadar, hingga ketika aku teringat akan kenyataan aku akan kembali menangis.

Tapi, untuk sesaat aku kembali terkejut hingga kedua mataku membola lebar. Rupanya selama ini pesan-pesan Sunoo menghilang perlahan. Hampir semua pesannya hilang secara mendadak.

Menyesakkan, padahal aku ingin membaca ulang.

Membaca dan membayangkan betapa mengelikkan anak itu dulu.

Tapi ada beberapa pesan yang tidak juga menghilang.

Aku cuman suka kamu
Kamu mau kirim foto? Tiba-tiba aku kangen nih
Apa kamu udah makan? Jangan sampai telat makan
Besok jangan dandan lagi aku bisa pingsan
Aku enggak suka Seona! Ini salah paham aku cuman suka kamu
Kamu marah? Kenapa nggak bales pesanku?
Jihye! Halo! Kamu nggak blokir Line ku kan? cek-cek!
Jihye itu paling cantik sedunia, Sunoo suka Jihye
Selamat malam Jihye-ku

Air mataku lolos begitu saja saat aku membacanya. Teringat kala mendapatkan pesan-pesan itu aku mencebik karena kesal. Gombalannya benar-benar menyebalkan!

Mendadak kepingan dari kencan tujuh hari yang kami lakukan terputar kembali di kepalaku.

Kurasa aku memang tidak dapat melupakan Sunoo. Anak itu hidup dalam kenangan yang ku simpan rapat dalam memori otakku. Selalu ada ruang tersendiri untuk dirinya.

Dia juga muncul di mimpiku selama dua hari terakhir.

Pertemuan kami yang singkat membawa bekas yang begitu mendalam.

Oh iya, foto yang kuambil di studio kak Beomgyu ketika dia sedang bermain piano itu, aku sempat mencetaknya lalu memasangnya pada bingkai lucu yang ku bikin sendiri dengan kerdus bekas. Tentu saja berbekal pengalaman prakarya sewaktu sekolah dasar. Kuletakkan benda itu di meja belajar, yang mana tak pernah lupa kupandang sebelum dan setelah mengerjakan tugas.

Aku juga menggunakan foto yang kita ambil di photo box kala itu sebagai pembatas buku.

Romansa singkat di musim semi antara aku dengan Kim Sunoo berakhir disini.

Kini Sunoo-ku sudah pergi dengan tenang. Meski begitu mulai sekarang Kim Sunoo akan terus hidup dalam tulisan ini, dan sampai kapan pun aku tak akan pernah melupakannya.

Terima kasih atas tujuh harimu, aku merindukanmu. Dan sampai ketemu di kehidupan selanjutnya, Kim Sunoo.

...The End...

ᴀꜰᴛᴇʀ ꜱᴜɴꜱᴇᴛ - ᴋɪᴍ ꜱᴜɴᴏᴏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang