Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam ini ponselku terus berdering, tak lain dan tak bukan Kim Sunoo lah penyebabnya. Waktu telah menunjukkan pukul delapan malam, sudah hampir dua puluh menit dia terus menghubungiku. Dia juga membanjiri Line ku dengan 229 pesan yang tidak kunjung kubuka.
Aku tidak tahu apa motif Sunoo melakukan semua ini, mengajakku berpacaran selama seminggu lantas mengakhiri hubungan kami dengan seenaknya seperti itu.
Aku segera pergi setelah dia mengatakan kata putus sore tadi. Aku sempat memakinya sebelum pergi. Ada sedikit rasa bersalah di benak, namun aku benar-benar tidak dapat mengobrol emosi.
"Kamu gila? Kamu bikin alasan nggak jelas gini cuman buat mutusin aku? Jadi selama ini kamu cuman main-main? Kamu ngajak aku pacaran, kamu bilang cuman suka aku sampai kamu rela deketin keluarga aku itu cuman permainanmu aja? Sialan kamu, buang-buang waktu aku! Gila kamu Kim Sunoo!"
Itu kalimat yang ku ucapkan sebelum meninggalkannya sendiri tanpa peduli kondisi dia yang masih sakit.
Alasannya yang mengatakan jika ia akan segera kembali terdengar seperti lelucon konyol. Tidak logis sama sekali.
Apakah dia mengajakku berpacaran hanya untuk hiburan semata? Dia pikir perempuan macam apa aku ini?
Harga diriku sebagai wanita sudah hancur oleh Sunoo.
Aku sangat tidak habis pikir dengan Sunoo.
Saat ini aku layaknya gadis remaja naif yang memeluk lutut di atas ranjang sembari menangis, memandang lurus ponsel yang terus bergetar.
Pesan dari Sunoo bertambah menjadi 306 bubble chat.
Aku juga tidak tahu mengapa aku menangis bak orang gila seperti ini. Menangis tanpa suara dan tubuh gemetar. Aku belum lama mengenal Sunoo, tapi mengapa rasanya sakit?
Ketika aku mulai menaruh rasa pada lelaki itu, lantas mengapa dia mengakhiri? Seharusnya aku hanya membantunya mencoret daftar remajanya saja. Mungkin sejak awal Kim Sunoo hanya bermain-main, ekspetasi dan perasaanku lah yang terlalu berlebihan.
Ini adalah kali pertama aku menangisi seorang laki-laki karena cinta.
Aku memejamkan mata dengan tangan menggengam dengan kuat. Lantas ku hirup dan hembuskan napas perlahan.
Panggilan dari Sunoo tidak kunjung berhenti, entah ini kali ke berapa dia menelepon. Namun sepertinya panggilannya akan berakhir jika aku mengangkat. Dan kurasa kini sudah waktunya untuk aku mengangkatnya.
Lagipula aku merasa harus mengatakan sesuatu padanya.
Segera meraih benda pipih yang tak jauh dari hadapan, kemudian mengeser tombol berwarna hijau.
"Ha-lo?" ucapku lirih. Berusaha dengan sangat menahan suara agar tidak terdengar sedang menangis. Lucu jika Sunoo mendapatiku menangisinya. Di hadapannya aku ini gadis kuat.