Tanggal 15 Februari 2024, di Ibukota Indonesia Jakarta, tepatnya di Pangkalan Utama TNI AL Angkatan III. Disana terdapat Laksamana TNI Yudo Margono bersama para Laksamana Madya dan Laksamana Muda sedang mendiskusikan laporan terbaru tentang Kapal Coast Guard China yang memasuki perairan Natuna Utara.
"Selamat siang rekan rekan! Mari kita mulai saja pertemuan pada hari ini."
"Selamat siang Laksamana!"
"Kami mendapatkan laporan dari komando di Natuna bahwa beberapa kapal Coast Guard China telah memasuki perairan Natuna Utara. Angkatan laut kita disana berhasil menghalau mereka meskipun kita kalah dalam ukuran jumlah. Sekian."
"Hmm.. bagaimana kondisi perairan lainnya?"
"Sejauh ini aman aman saja Laksamana!"
"Kalau begitu.. bagaimana kalau kita mengadakan latihan besar di Natuna Utara? Sebagai respon dari meningkatnya keberadaan Coast Guard China dan sekalian menyegarkan taktik lapangan milik kita."
"Kedengarannya bagus, namun kita harus memperhatikan dampak keuangan atas latihan ini. Apakah anggaran dapat menutupi kekurangan ekonomi dalam latihan kali ini?"
"Bisa. Tahun lalu kita hanya menggunakan sedikit APBN negara dibandingkan tahun tahun sebelumnya. Jadi kita memiliki cadangan anggaran yang cukup banyak."
"Baiklah.. kalau begitu latihan apa saja yang akan kita gelar Laksamana?"
"Latihan pertempuran laut, pendaratan pasukan marinir, serta serbuan dari matra laut untuk membantu pasukan darat membersihkan area pendaratan."
"Hmm.. kalau begitu, kemungkinan besar kita akan memakai 20 kapal dari armada pemukul dan 3 kapal LPD untuk latihan kali ini. Apakah ada saran?"
"Sepertinya tidak, namun kita akan mengatur tugas untuk kapal perang yang lain agar bisa melindungi seluruh perairan. Ada pertanyaan?"
"Kapan latihan tersebut akan dilaksanakan Laksamana?"
"Hmm.. apakah tanggal 25 - 19 Februari kosong?"
"Sepertinya kosong Laksamana."
"Baiklah, kita pilih tanggal 25 - 29 Februari 2024 dengan agenda latihan pertempuran laut, pendaratan pasukan marinir, dan serbuan matra laut ke daerah sasaran. Apa ada pertanyaan?"
"Tidak pak!"
"Baiklah, kita lanjutkan ke pembahasan berikutnya. Bagaimana tanggapan AU untuk bantuan udara di Natuna yang kita minta?"
"Belum ada konfirmasi, kemungkinan besar Angkatan Udara sibuk mengatur 3 lusin jet tempur baru yang mereka beli. Namun sudah ada kepastian dari Marsekal tentang permintaan kita."
"Baguslah kalau begitu, setidaknya mereka menerima permintaan kita."
3 Jam telah berlalu pasca pertemuan tersebut digelar, banyak perwira tinggi yang mengundurkan diri pada pertengahan rapat dikarenakan telah terjadi kesalahan di lapangan maupun instruksi dari Laksamana itu sendiri. Rapat diakhiri dengan pembahasan keuangan untuk latihan latihan yang akan datang sebelum benar benar ditutup oleh Laksamana. Laksamana Madya Otto saat itu juga mengikuti rapat dikarenakan ia termasuk salah satu perwira tinggi TNI-AL. Ia ditemani oleh Laksamana Muda Agas, bawahan sekaligus tangan kanannya langsung.
Laksdya Otto adalah seorang perwira tinggi dengan usia yang terpaku masih muda, yaitu 26 tahun. Meskipun muda, prestasi yang ia peroleh puluhan jumlahnya. Dengan postur badannya yang lebih besar dari kebanyakan orang orang Eropa. Dedikasi serta kerja kerasnya lah yang membawanya sampai posisi Laksamana Madya Angkatan Laut Indonesia. Laksda Agas juga terbilang muda, namun ia menderita cacat mata sehingga terpaksa memakai kacamata. Namun, pemikiran taktis yang cemerlang lah kunci utama yang dimiliki Laksamana Muda ini. Mereka berdua merupakan kapten dan tangan kanan dari Fregat KRI Raden Eddy Martadinata.
Keesokan harinya, Laksdya Otto dan Laksda Agas pergi menuju Yogyakarta menggunakan pesawat komersil dan bergerak menuju pelabuhan Tanjung Adikarto Yogyakarta. Disana, Laksamana Madya Otto tengah sibuk memperhatikan daftar amunisi dan bahan makanan untuk KRI Raden Eddy Martadinata. Sementara itu, Laksda Agas mengatur kru kapal sebelum keberangkatan mereka kali ini.
"Lapor! Semua barang telah dimasukkan kedalam kapal!"
"Kerja bagus, segera masuk kedalam kapal! Kita akan berlayar sebentar lagi."
"Siap pak!"
"Laksda Agas, Bagaimana kondisi para kru kapal?"
"Semuanya dibawah kendali, kita bisa berlayar sesegera mungkin."
"Bagus."
Pukul 16.00 WIB, Fregat KRI Raden Eddy Martadinata bergerak meninggalkan pelabuhan dan berlayar menuju pulau Natuna. Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan kapal perang lain yang juga sedang berlayar menuju Natuna. Perjalanan ini memakan waktu 4 hari 3 malam hingga akhirnya mereka sampai di Natuna. Ketika seluruh armada kapal berkumpul di Natuna, KSAL Yudo Margono segera membagi kapal menjadi 3 armada, yaitu Armada 7, 8, dan 9 yang dipimpin oleh Laksdya Otto. Pada hari itu pula, seluruh jajaran perwira tinggi TNI-AL mengadakan rapat terakhir sebelum latihan akbar dilaksanakan.
"Selamat sore rekan rekan!"
"Selamat sore Laksamana!"
"Bagaimana kondisi seluruh armada?"
"Lapor! Armada 7 dalam kondisi siap tempur!"
"Bagus."
"Lapor! Armada 8 juga siap bertempur!"
"Lanjut."
"Lapor! Armada 9 dalam kondisi sempurna! Laporan selesai!"
"Laporan diterima! Segera kembali ke posisi masing masing! Komando Armada saya ambil alih dari sini. Untuk 5 hari kedepan, lakukan patroli biasa secara bergiliran sebelum latihan dilaksanakan. Tugas kita melindungi wilayah perairan Indonesia dari segala ancaman yang ada. Apakah ada pertanyaan?"
"Tidak pak!"
"Bagus, kembali ke posisi masing masing."
"Baik!"
Armada ke 9 yang dipimpin oleh Laksdya Otto terdiri dari KRI Raden Eddy Martadinata (331) - 111 personel, KRI Kapitan Patimura (371) - 48 personel, KRI Diponegoro (365) - 80 personel, KRI Sultan Iskandar Muda (367) - 78 personel dengan armada pendukung KRI Makassar (590) - 618 personel + awak kapal, 22 ranpur/rantis, 15 truk, 3 helikopter dan KRI Banjarmasin (592) - 686 personel + awak kapal, 5 helikopter, 13 tank, 20 tru. Untuk Armada ke 7 & 8, mereka akan melakukan latihan pertempuran laut dan serangan laut ke daerah sasaran. Sementara itu, Armada 9 akan melakukan latihan pendaratan pasukan marinir dan serangan laut ke daerah sasaran.
Masih ada 5 hari sebelum latihan akbar dilaksanakan, namun KSAL Yudo Margono telah menginstruksikan seluruh armada untuk berlatih sebelum latihan akbar dilakukan. Tanggal 22 Februari 2024, Armada ke 9 melakukan latihan mereka hingga malam hari. Hasil yang didapat pun cukup memuaskan sebelum akhirnya mereka merapat kembali ke pelabuhan militer.
"Selamat siang Laksamana Madya!"
"Selamat siang Kolonel Iwan! Ada apa?"
"Lapor! Seluruh amunisi, bahan bakar, dan persediaan telah diisi ulang dan siap untuk beraksi!"
"Laporan diterima, kembali ke posisi semula."
"Dimengerti!"
Keesokan harinya, seluruh perwira TNI-AL dan para kru kapal beristirahat untuk latihan akbar yang mereka lakukan. Sementara itu, jadwal mereka yang kosong akan diisi oleh latihan tempur dari Angkatan Udara sebagai hiburan diwaktu yang penat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ninth Fleet Got Isekai'd
ActionTanggal 25 Februari 2024, Angkatan Laut Indonesia menggelar latihan akbar atas respon meningkatnya kehadiran Coast Guard China di Natuna Utara. Pada hari latihan, tiba tiba muncul badai raksasa yang menyebabkan seluruh armada kehilangan komunikasi s...