Rombongan Utusan Negara Indonesia telah mencapai pelabuhan, dimana mereka sudah ditunggu oleh KRI Martadinata. Di sana, Otto segera memasukkan semua perbekalan kedalam kapal dan segera bersiap untuk lepas landas. Laksamana Pierot juga menyiapkan armadanya untuk melaksanakan proses penyerahan kota Amacsa kepada Utusan Negara Indonesia. Pada malam hari, seluruh armada telah meninggalkan pelabuhan dan berangkat menuju kota Amacsa. Di dalam KRI Martadinata, Laksdya Otto bertemu dengan Laksda Agas untuk membahas penyerahan kota ini.
"Jadi, bagaimana ini bisa terjadi?"
"Mereka dengan pasti ingin mengikat kita, tentunya dengan cara yang lumayan licik."
"Yah, meskipun begitu kita masih mendapatkan keuntungan bukan?"
"Untuk sekarang.. kedepannya sendiri kita tidak akan tahu. Dengan hal seperti ini juga akan memberitahukan keberadaan kita kepada negara negara di benua ini."
"Hmm.. ada kemungkinan bahwa mereka akan mengirimkan perwakilan negara mereka untuk bertemu dengan kita setelah proses penyerahan ini selesai."
"Tentunya. Kita juga belum tahu respon apa yang akan diberikan para penduduk kota Amacsa setelah mengetahui hal ini."
"Pastinya mereka akan menerima dengan terpaksa, adanya keraguan diantara penduduk dan pemerintahan baru juga akan mempengaruhi kehidupan penduduknya."
"Uhhh... terutama logistik.. nampaknya aku harus lembur untuk mengatur kebutuhan untuk penduduk dan kota kedepannya."
"Untuk makanan ransum kan akan muncul terus menerus, jadi untuk masalah logistik bisa sedikit teratasi."
"Makanan ransum hanya akan menjadi makanan cadangan atau makanan yang digunakan ketika keadaan darurat saja."
"Oke oke.."
Hari demi hari berlalu, kegiatan diatas kapal masih mengikuti rutinitas biasanya. Tetapi, dengan adanya perubahan waktu dari 24 jam menjadi 48 jam menyebabkan segala aktivitas yang dilakukan oleh tentara marinir atau angkatan laut Indonesia akan berjalan 2 kali lebih cepat. Efeknya pun juga menjadi 2 kali lebih besar dibandingkan biasanya, hal ini menjadikan kekuatan 1 tentara Armada ke 9 dua kali lebih besar dibandingkan kekuatan seorang prajurit kerajaan yang terlatih dengan baik. Dengan adanya jangka waktu yang lebih lambat dan terasa panjang, akhirnya muncul waktu waktu kosong diluar rutinitas sehari hari tentara angkatan laut. Waktu yang kosong ini dimanfaatkan oleh Laksdya Otto untuk melatih kembali seluruh tentara baik marinir tentang pengoperasian kapal dan instrumennya, serta mualim tentang pengoperasian senjata tempur dan kendaraan taktis.
1 minggu berlalu, kedua armada telah mencapai pantai di pulau Hutawantia, tempat berdirinya kota Amacsa. Pulau Hutawantia sendiri tidak memiliki pelabuhan utama, hanya ada pelabuhan lokal yang dikhususkan untuk perahu kayu. Oleh karena itu, proses pemindahan barang barang dilakukan menggunakan ranpur/rantis dan helikopter. Sebagian besar penduduk kota Amacsa terkejut, heran, dan kagum dengan keberadaan kendaraan kendaraan taktis yang dimiliki oleh Marinir TNI. Seluruh barang dan kendaraan taktis saat ini berada di timur laut kota, bersamaan dengan itu juga beberapa regu marinir dikerahkan untuk menjaga area. Disekitar para marinir juga ada pasukan pengawal kota yang disiagakan oleh Baron Shupert untuk meredakan suasana yang mencekam.
Di kota Amacsa sendiri, baron Shupert sedang menandatangani surat penyerahan kota Amacsa yang disaksikan oleh Laksamana Pierot. Kemudian juga ditandatangani oleh Laksdya Otto sebelum diberi stempel resmi kerajaan dan penyerahan kota akan selesai. Selepas proses penyerahan, Laksya Otto bersama Laksda Agas membahas proses administrasi dan pemerintahan yang baru bersama dengan Baron Shupert.
"Baron, kira kira pajak tahunan suatu kota berapa persen?"
"Setahun ya? Untuk kota seperti ini kira kira sebesar 20% dari total penghasilan kota."
"Hmm... kalau begitu.. bagaimana jika pajaknya diturunkan menjadi 10% untuk tahun ini?"
"10? HAH?! 10 persen?! Apakah terjadi sesuatu yang darurat sehingga pajaknya jadi 10 persen??"
"Tidak.. tidak ada hal yang darurat, hanya saja ini dilakukan untuk menaikkan tingkat kepercayaan warga terhadap pemerintah. Kami nantinya juga akan mempekerjakan beberapa warga lokal sebagai staff pemerintah. Oleh karena itu, kami ingin Baron untuk meninjau beberapa keputusan yang kami buat, apakah keputusan ini memberatkan atau tidak memberatkan rakyat."
"Oh.. syukurlah... namun, saya rasa penurunan pajak ini jangan diberlakukan terlalu lama. Bisa saja para penduduk akan berubah menjadi tamak dan rakus. Ide bagus untuk memberlakukan keputusan ini untuk tahun ini saja."
"Terimakasih banyak, kami masih memiliki beberapa keputusan yang telah kami tulis, silahkan dibaca."
"Kalau begitu tunggu sebentar, biarkan saya mengecek keputusan tersebut."
Didalam kertas tersebut, terdapat beberapa keputusan yang telah dipikirkan secara matang oleh Lakdsya Otto dan Laksda Agas. Diantaranya adalah:
1. Mempersilahkan para penduduk untuk menentukan kewarganegaraan.
2. Penurunan pajak dari 20% menjadi 10%.
3. Pemberlakuan Darurat Militer sampai administrasi pemerintah dapat berjalan seutuhnya.
4. Melakukan sensus terhadap penduduk kota Amacsa.
5. Perintah penangkapan terhadap penjahat yang masih aktif.
6. Mendirikan administrasi pemerintah dan mengadakan patroli keamanan.
7. Melakukan pembangunan infrastruktur dan daerah militer.Setelah membaca seluruh keputusan pemerintah yang baru, Baron Shupert mempertanyakan mengenai kewarganegaraan yang langsung dijawab oleh Laksdya Otto. Penentuan kewarganegaraan ini sendiri membebaskan penduduk kota Amacsa untuk memilih antara Kerajaan Wachia atau Pemerintahan Indonesia. Baron Shupert segera menyarankan untuk menarik keputusan ini karena para penduduk mau tidak mau harus menerima perubahan pemerintahan ini, karena ini termasuk dalam keputusan Raja bahwa "Wilayah Amacsa akan sepenuhnya dibawah kendali oleh Utusan dari Negara Indonesia". Perkataannya cukup mengejutkan bagi Otto dan Agas, namun keduanya dengan cepat memahami apa yang Baron coba sampaikan.
Kemudian Baron Shupert juga mempertanyakan tentang perintah penangkapan terhadap penjahat yang masih aktif. Laksda Agas menjelaskan bahwa perintah ini dilakukan untuk menggali jaringan kriminal di dalam kota sehingga tingkat kejahatan dapat ditekan turun. Baron Shupert juga mencoret keputusan tentang sensus dikarenakan adanya sistem kartu indentifikasi yang dimiliki oleh guild petualang dan pedagang kerajaan. Pada akhirnya hanya keputusan nomor 2 dan 3 saja yang diumumkan kepada penduduk Amacsa, sedangkan keputusan 5, 6, dan 7 hanya diumumkan kepada orang orang tertentu.
Setelah hal ini selesai, Laksdya Otto segera melantik Baron Shupert sebagai kepala Administrasi Pemerintah Indonesia dan segera mengumumkan keputusan nomor 2 dan 3 sebagai Keputusan Pemerintahan Indonesia Pasal 1 dan 2 Tanggal 15 Mey Tahun 150 Buviland. Pengumuman tentang keputusan ini dilakukan ditengah kota Amacsa, diantara distrik Ashbrook dan Haymill.
Setelah pembacaan keputusan tersebut, raut wajah penduduk kota Amacsa seketika terkejut bahagia sekaligus bingung.
"Pak Shupert! Apakah ada sesuatu yang terjadi?? Apakah mereka sedang menjebak kita??"
"Tenang.. semuanya harap tenang. Tidak ada hal hal mencurigakan yang terjadi, hanya saja pemimpin baru kita memutuskan untuk menurunkan pajak untuk tahun ini saja. Selebihnya pajak akan menjadi seperti biasanya."
"Pak Shupert! Apakah mereka memiliki pekerjaan untuk kita?"
"Ya! Kami ingin bekerja! Beri kami pekerjaan!"
"Harap tenang! Semuanya harap tenang! Untuk saat ini masih belum ada pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah. Namun, kami pastikan bahwa minggu depan akan ada lowongan pekerjaan untuk kalian."
"Benarkah? Terimakasih Pak Shupert! Terimakasih pak!"
"Sama sama, sekarang silahkan kalian untuk membubarkan diri."
"Baik pak!"
Setelah semua orang membubarkan diri dari kerumunan, Baron Shupert segera bergegas menuju timur laut kota dimana ia akan bertemu dengan Laksdya Otto dan Mayjen Marinir Wanto untuk membahas proses pembangunan gedung pemerintahan dan administrasi serta beberapa hal lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ninth Fleet Got Isekai'd
AksiTanggal 25 Februari 2024, Angkatan Laut Indonesia menggelar latihan akbar atas respon meningkatnya kehadiran Coast Guard China di Natuna Utara. Pada hari latihan, tiba tiba muncul badai raksasa yang menyebabkan seluruh armada kehilangan komunikasi s...