Prom night telah tiba. setelah menjalani masa sulit yang menentukan penilaian akhir para siswa menengah kini tiba saatnya menyempurnakan tradisi.
Sebuah hotel mewah milik Agatha tempat dilaksakannya acara itu. Semua siswa memakai gaun terindah dan termahal yang mereka. Rancangan ternama dan juga glamour membalut tubuh para gadis remaja. Setelan jas yang tak kalah mahal juga di pamerkan. Tidak heran apa saja yang mereka kenakan pasti dengan harga fantastik. Karena mereka berasal dari sekolah termahal di dunia.
"Jika kau mabuk, ku lempar kau ke ladang anggur." Peringat Glowry di sela langkah mereka menuju pintu utama.
"Tenang saja, itu tidak akan terjadi." Sanggah Nefala pelan.
Keduanya melangkah dengan angun dia atas karpet biru. Dagu diangkat tinggi. Gaun hitam yang dikenakan Glowry dan gaun putih yang dikenakan Nefala dengan motif dan desain hampir mirip. Bagian atas tanpa lengan dengan bertabur beberapa berlian. Bagian bawah memanjang sampai mata kaki,membelah dibagian samping hingga sebatas paha. Untuk rambut keduanya hanya menjepit sebagian dan menjatuhkan sedikit dibagian depan. Ujung rambut mengikal seperti keong. Sederhana namun terkesan dewasa dan elegan.
Sepanjang kaki melangkah tak henti ditatap kagum. Seiringnya waktu semua telah mengetahui status Glowry dan Nefala. Cucu dari orang ternama pemilik kerajaan bisnis yang berpengaruh hampir seluruh dunia. Cucu dari pemilik sekolah hidden side,sekolah dengan biaya fantastis.
"Glow,aku harus menemui kekasihku. Kau carilah pasangan dan bersenang-senang, sebelum melemparkan diri pada dunia membosankanmu itu," ucap Nefala pada saudaranya.
"Apa kau bilang? Duniaku tidak membosankan. Pergilah!" jawab Glowry melotot tak terima dan setelahnya mengusir saudaranya.
"Ya, belajarlah hingga botak. Setidaknya aku tidak akan terlalu pusing jika kau saja cukup pandai semua hal," ucap Nefala sambil berjalan mundur dan memberi hormat dua jari sebelum benar-benar meninggalkan saudaranya itu.
Sedangkan Glowry melipat kedua tangan di depan dada sambil memicingkan kedua mata tajam.
Membuang nafas kasar lalu memutuskan untuk menikmati pesta itu. Malam semakin larut dan acara semakin meriah. Beberapa diantara ratusan orang terlihat mulai mabuk. Bau alkhohol mulai masuk penciuman Glowry. Tidak tahan dengan suasana yang kian riuh ia pun beranjak dari tempat duduk menuju rooftop. Tempat nyaman saat ia sendiri.
Keluar dari lift,Glowry masih harus melewati lorong dan beberapa pintu kamar mewah dan tentunya hanya boleh di tempati oleh si pemilik hotel dan anggota keluarga pemilik hotel.
Salah satu pintu kamar terbuka. Tepat saat Glowry melewati. Langkah Glowry terhenti karena sosok yang tiba-tiba keluar dari balik pintu. Sejenak tatapan mereka bertemu. Detik kemudian lengan Glowry dicekal kuat dan di tarik ke dalan kamar itu.
Pria itu menarik kasar Glowry lalu menggiring dan melemparkan ke tengah ranjang. Belum sempat Glowry bergerak tubuhnya di terjang dan dipenjarakan.
"Ku mohon jangan," pintanya pelan dengan bibir sedikit bergetar.
Wajah Glowry mulai panik. Kedua tangan di cengkram kuat hanya kaki yang menendang bebas tanpa mengubah keadaan.
Sedangkan si pria yang ia yakini dalam pengaruh alkhohol mengacuhkan semua rintihan yang Glowry keluarkan.
"Tidak ada yang boleh memilikimu selain aku," bisiknya tepat di samping telinga Glowry. Lalu mengecup kedua mata Glowry yang menangis secara bergantian.
"Jangan!" teriak Glowry dengan air mata yang kian deras.
Mendongak melihat kedua tangan yang entah sejak kapan telah diikat menggunakan tali yang terhubung di setiap sisi kepala ranjang. Gaun hitam yang melekat pada tubuhnya lolos dalam satu tarikkan kuat. Tinggallah dua helai kain yang menutup aset terpentingnya.
Lagi, ia harus menjerit saat kaki satu persatu di tarik dan diikat tali yang terhubung ke setiap sudut ranjang. Tubuh Glowry terpentang seperti katak yang siap di eksekusi. Umpatan serta makian Glowry lontarkan kepada si pria namun tidak dipedulikan.
"Lepaskan!" teriak Glowry sambil terus meronta hingga bagian tubuh yang terikat memerah.
"Aku bersumpah akan membencimu!" teriak Glowry lagi.
Si pria tetap tidak peduli. Bahkan dia sendiri telah meloloskan semua pakaian yang dikenakan. Sepuluh jarinya mulai menyusuri tubuh Glowry di mulai dari kaki jenjang menuju paha dan berhenti di inti. Tatapannya semakin redup dan berselimut gairah. Sekali tatikkan merobek kain penghalang itu. Lalu membelah dan menenggelamkan wajahnya.
"Kau. Bajingan..." umpat Glowry.
Kata terakhir yang Glowry lontarkan karena setelahnya si pria menyumbat mulut Glowry dengan sapu tangan miliknya. Hanya lelehan bening yang terus membanjiri wajah cantiknya.
Ruangan mewah yang tadinya riuh dengan teriakkan lantang Glowry juga umpatan kasar, kini berubah menjadi erangan panas si pria. Kedua telapak tangan meremas kuat seprei yang berada di samping tubuh Glowry. Menekan pusaka miliknya agar bisa menembus penghalang.
Sakit perih dan ngilu seakan meruntuhkan seluruh tulang Glowry. Kedua tangan mengcengkram kuat tali yang mengikat. Teriakkannya tertahan karena sesuatu menyumpal mulutnya. Lelehan cairan bening tanpa berhenti mengalir. Kedua mata memandang ke langit-langit kamar dengan rasa hancur yang bercampur aduk bersama kebencian. Tidak ada yang bisa ia lakukan.
Antara nikmat dan geli juga berlapis kemarahan menyelimuti diri Glowry malam ini. Bukan ini yang ia inginkan di pengalaman pertamanya. Bukan dengan cara di rampas paksa.
"Kau langit yang tidak bisa ku gapai. Benci aku seumur hidupmu," ucapnya pelan di samping telinga Glowry tanpa menjeda aktifitasnya.
"Ahh..ah-aku ter-obsesi pa-damu. Itu benar.." ucapnya dengan terus menghujam di bawah.
Tidak hanya menekan pusaka dalam. Bibirnya terus sibuk meninggalkan jejak di bagian tubuh Glowry yang bisa dijangkau. Kedua tangan besarnya memainkan bukit kembar yang terus bergerak karena hentakkan yang diciptakan.
Dua jam telah berlalu. Si pria masih menatap lubang Glowry yang kini terbuka lebar akibat dirinya. Setelah pelepasannya ia tidak beralih. Menatap datar dan diam bercak merah yang memberi warna sprei putih itu. Merangkak dan mengecup seluruh wajah Glowry. Menyesap bibir bengkak itu dan melumat dalam penuh rasa. Tapi si pemilik tak lagi memberi respon. Pingsan karena hujaman bertubi-tubi yang diberikan. Melepas semua ikatan dan menyelimuti tubuh polos wanita yang baru saja ia gagahi. Meninggalkan Glowry yang tertidur pulas. Melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh.
Baru saja menutup pintu kamar mandi, kedua mata Glowry terbuka. Sayu melihay sekitar yang telah kosong tinggal dirinya. Terdengar suara gemercik air yang jatuh. Menyibak selimut lalu turun dari ranjang dengan menahan rasa sakit di bagian inti. Menyambar gaun lalu memakai dengan cepat. Menyambar highheel juga tas miliknya dan menenteng keluar kamar.
Melangkah cepat menuju rooftop meski harus meringis karena menahan sakit luar biasa. Baru saja membuka pintu, telah berdiri seorang pria yang menatap dirinya dalam diam. Sambil mengusap wajahnya, Glowry menghambur ke pelukkan pria itu. Tangisnya pecah dan terdengar menyakitkan.
Tanpa berkata apapun, pria itu menggendong Glowry ala bridal style dan membawa masuk ke dalam helikopter. Memasangkan penutup telinga tanpa mengalihkan Glowry dari pangkuan. Mendekap erat dan menenggelamkan wajah Glowry pada dada bidangnya.
Helikopter itu pun meninggalkan rooftop dan menuju ke bandara. Membawa Glowry menjauh dari London.
"Key,sakit.." rintih Glowry.
"Kau akan baik-baik saja," ucap key. Lalu mengecup puncak kepala Glowry lama untuk menyalurkan ketenangan. Kedua mata key berkaca-kaca. Cairan bening pun telah berkumpul di pelupuk mata siap jatuh tapi ia segera mendongak agar tidak jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take your heart (Auston Series 4 Adult Romance)
Romancearea khusus 21+ setelah perjuangan panjang Glowry untuk menyatukan keluarga,kini di usia 19 tahun ia harus kembali bertarung dengan dunia baru yang melibatkan hati. jatuh pada tempat yang rumit. "Harus dengan cara ini agar kau terus terikat denganku...