Sweet Morning

35 2 0
                                    

Deretan mobil mewah berjajar di bawah. Para pria berjas hitam bertubuh kekar pun ikut menyambut kedatangan Glowry dan Lio. Kaca mata hitam menutup dua pasang mata mereka. Wajah kurang tidur jangan sampai terlihat oleh siapa pun, meski tidak ada yang mempermasalahkan hal itu, tetap saja aneh menurut mereka.

“Jaga diri. Jangan coba-coba menggoda pria lain saat aku tidak ada,” peringat Lio pelan. Mereka berdiri berhadapan sebelum saling berbalik memasuki mobil masing-masing.

Glowry berdecih. Tanpa menjawab berbalik masuk ke dalam mobil lalu melajukan mobil. Sedangkan Lio menggeleng dengan berkacak pinggang. Pun meninggalkan tempat menuju mansion.

Sampai mansion, Glowry langsung menuju kamar pribadinya dan mengunci pintu. Akhirnya ia bisa tenang untuk beberapa hari lagi tanpa pria yang hobi melucuti kain. Menghampiri meja kerja untuk memeriksa email masuk. Satu minggu meninggalkan pekerjaan, tentu akan banyak sekali laporan yang masuk. Benar saja, baru saja ia membuka file pribadi, puluhan atau bahkan ratusan pesan masuk. Memijat kepala yang tetiba pusing namun hanya beberapa detik. Selanjutnya menarik salah satu laci untuk mengambil kaca mata. Tenggelamlah Glowry pada tumpukan pesan.

Hembusan nafas teratur dengan aroma mint membangunkan Glowry dari tidur. Berat membuka mata namun ia paksa. Berjarak beberapa senti, wajah tampan nan tenang terpejam damai. Tersentak sesaat kemudian mengulum senyum. Terakhir kali yang ia ingat masih berada di meja kerja yang tak jauh dari ranjang lalu membuka mata wajah tampan dan tempat nyaman menyambutnya. Bergerak pelan menyingkirkan lengan kekar yang mengurung tubuh. Pergerakkan itu membangunkan dan terbukalah netra biru yang indah.

“Kau mengatakan akan pergi, mengapa masih mengganggu tidurku?” todong Glowry.

Menekan punggung Glowry untuk mengikis jarak diantara mereka lalu mengusap wajah pada rambut Glowry.

“Malam yang aneh tanpa kau mengisi sisi ranjangku,” ungkap Lio serak khas bangun tidur

Wajah yang menempel di dada Lio seketika merona. Andai saja pria yang ditempeli melihat, pasti mengejek dirinya.

“Simpan bualanmu itu dan biarkan aku bangun,” pinta Glowry.

“Sepuluh menit lagi,” tawar Lio dengan suara pelan, berat dan sexy.
Menghela nafas pelan. Percuma juga meronta, lengan itu melilit tubuh mungilnya.

Tiga puluh menit selanjutnya...

Tetes air dari pancuran yang membentur lantai kamar mandi serta lenguhan dua anak manusia yang memenuhi ruangan persegi memberi kesan panas. Deru nafas yang bersahutan serta hentakkan basah menghujam pun mewarnai hari yang masih sangat pagi nan dingin. Uap yang tercipta dari jatuhnya air panas pun ikut menyelimuti seluruh sudut ruangan.

“I love you..” bisik Lio di samping telinga Glowry pelan dan nafas yang masih tak beraturan.

Jangankan menjawab, mengatur nafas saja Glowry masih susah. Tubuhnya masih bergetar hebat, pun kepala serasa ingin meledak. Masih posisi membelakangi dan berpegangan pada meja keramik. Tak menghiraukan sekitar karena dirinya masih kacau karena Lio yang menghantam goa miliknya tanpa henti pun kasar, tapi itulah yang membuatnya mabuk hingga lupa diri. Sedikit kesadaran yang masih tersisa, Lio membawa tubuhnya ke bak mandi. Membersihkan bahkan menyiapkan baju ganti.

Perlahan kelopak mata terbuka menampilkan netra coklat yang indah saat sinar mentari dari arah balkon yang terbuka menyorot wajah cantik. Mengangkat telapak tangan tinggi untuk menutup cahaya menyilaukan.

“Lanjutkan tidurmu,” ucap Lio setelah melirik ke ranjang.

Cepat Glowry menoleh ke asal suara. Lio berdiri di depan cermin merapikan rambut serta memakai beberapa krim wajah. Celana jeans berwarna biru dan kemeja putih dengan tiga kancing terbuka membuat Glowry meneguk saliva. Tak dipungkiri jika Lio memang tampan dari segi manapun. Bertubuh atletis dengan rambut berwarna coklat terang, serta mata biru seperti samudera. Selalu terekam jelas ketika netra biru itu menatap intens, tenang tapi menenggelamkan. Bibir tipis itu yang selalu menyerukan namanya di sela desahan, melontarkan kata cinta yang berulang ulang.

“Aku menyuruhmu tidur lagi, bukan memandangi diriku yang tampan ini,” ucap Lio yang telah berada di samping Glowry.

“Huh! Apa?” Glowry linglung.

Tersenyum melihat ekspresi Glowry yang tersentak karena ia membuyarkan lamunan. Lio sendiri tidak tau apa yang sedang dipikirkan wanita ini, karena posisi yang menatapnya tanpa kedip. Menarik dagu Glowry dan menyatukan bibir mereka. Melumat pelan lalu melepaskan.

“Aku pergi. Jangan genit saat aku tidak ada,” ucap Lio di depan wajah Glowry dengan jarak beberapa senti.

“Iya. Ah, tidak. Maksudku, pergilah!” usir Glowry sambil mendorong dada Lio.

“Jika kau memintaku tetap tinggal, akan ku penuhi,” tawar Lio setelah duduk dengan benar di atas ranjang sama dengan Glowry.

Kedua mata Glowry seketika menyipit. Turun dari ranjang lalu menarik kerah belakang Lio kuat, berharap tangannya mampu menyeret pria bertubuh lebih besar hingga depan pintu.

“Keluar kau!” teriak Glowry sambil menyeret Lio.

Tak peduli setelah ini tulang lengannya akan ngilu. Sekuat mungkin melangkahkan kaki dengan beban berat. Sampai di pintu ia segera menambah tenaga, berputar lalu mendorong kuat. Dipastikan berada di luar kamar segera menutup pintu dengan keras. Tidak lupa memasang kunci digital. Menyandar di daun pintu mengatur nafas tersengal tak beraturan. Berjalan gontai menuju ranjang lalu membanting tubuhnya tengkurap.

Lio memang tak pernah menyangka jika Glowry mampu menyeret dirinya. Tanpa persiapan tenaga, mau tak mampu tubuhnya mengikuti tarikan kuat dari belakang. Sempat terguling dari ranjang tapi kemudian ditarik kembali. Kacau sudah kemeja putih licin yang ia kenakan. Kini penampilannya seperti orang kalah judi. Sebelah kemeja keluar dari celana, sebelah lagi masih tersimpan rapi. Bagian belakang tentu kusut tak berbentuk.

“Astaga, beginikah mencintai?” keluh Lio. Berkacak pinggang di depan pintu.

“Buka pintu! Jasku masih di dalam!” teriak Lio sambil menggedor pintu terus menerus.

Glowry menutup kepala dengan bantal. Tidak menghiraukan gedoran pintu. Hello, dia bukan orang miskin yang memiliki jas satu. Bahkan dia mampu membeli toko beserta pegawainya.
Lelah menggedor tanpa jawaban, akhirnya Lio berlalu pergi dengan penampilan kacau. Masih tetap wangi dan sangat tampan. Berjalan tegap nan gagah menuruni tangga. Sepanjang langkah beberapa pekerja menyapa tak dihiraukan. Tidak ada rasa canggung atau apapun, karena semua orang tidak akan punya prasangka lain. Mereka semua tahu jika dirinya sepupu. Menghampiri mobil mewah yang terparkir di teras. Melaju meninggalkan mansion Agatha. Melirik spion, Glowry berdiri dari balkon menyaksikam kepergian dirinya. Rasa kesal beberapa menit lalu berubah senyum bahagia. Bersiul dan menekan pedal gas lebih dalam.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Daripada sebelahan, dikeluarin semua tuh kemeja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Daripada sebelahan, dikeluarin semua tuh kemeja.

Take your heart (Auston Series 4 Adult Romance)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang