“Kau yakin tidak menginap di rumahku saja?” tanya Glowry. Sejak tadi ia telah bertanya banyak kali kepada Drixy.
“Apartementku lebih nyaman dari tempat manapun,” jawab Drixy pasti dan yakin.
“Jika ada apa-apa cepat hubungi aku.” Pesan Glowry sebelum benar-benar keluar dari mobil.
“Iya. Cerewet. Sekarang turun dan beristirahatlah! Sampai jumpa di kampus,” usir Drixy.
“Ck! Aku diusir,” Glowry menggerutu sambil keluar dari mobil.
Setelah melambaikan tangan pada saudara barunya itu, lantas ia segera masuk. Menyapa beberapa pengawal yang berjaga di depan pintu utama sebelum ia benar-benar masuk ke dalam rumah. Sepi. Suasana rumah besar ini memang selalu begitu. Meski sang kakek sudah berusia lanjut, tapi pria tua itu juga sering bepergian. Entah pertemuan dengan rekan bisnis atau sekedar liburan bersama dua sahabatnya, tak lain juga kakek Glowry sendiri.
**Tiga jam memutar kursi ke kanan ke kiri sambil terdiam mengamati deretan identitas di layar besar. Selama itu juga Glowry tak teralihkan pandanganya. Sesekali mengetuk meja dengan telunjuknya saat sesuatu yang sulit ia mengerti.
“Sebenarnya apa ini?” Gumam Glowry akhirnya setelah berjam-jam tidak menemukan titik celah.
Masih menatap layar besar tanpa mengganti halaman. Memijat sebelah pelipis dengan menyangga siku di atas meja. Kepalanya seketika pusing. Kode kunci pun tak mampu untuk membuka identitas itu. Awalnya ia tidak peduli dengan identitas siapapun, tapi entah mengapa ia sangat ingin membukanya.
Memutuskan untuk meminta bantuan pada orang yang tepat, ia pun bangkit dari kursi putarnya dan meninggalkan tempat itu.Keluar dari lift,Glowry mempercepat langkah menuju parkiran helikopter. Namun,begitu sampai taman suara melengking menyerukan namanya. Langkahnya pun terhenti lalu menyapukan pandangan ke seluruh area. Senyum lembar sambil melambaikan tangan ia tangkap. Berlari ke arah sosok itu dengan semangat.
“Kenapa kau berlari? Aku tidak akan menghilang,” ucap Cody sambil berkacak pinggang setelah Glowry berada di depannya dengan memegangi perut dan nafas tersengal.
Bukannya menjawab tapi Glowry malah nyengir kuda. Sedangkan Cody hanya menggeleng.“Bersedia makan siang bersamaku?” Cody menawari.
“Yeah. Ku rasa cacing dalam perutku juga sudah merasa lapar,” Glowry menyetujui penawaran Cody.
Tanpa berdiri lebih lama di tempat, Glowry mengapit lengan berotot Cody lalu menarik meninggalkan tempat. Ia lebih bersemangat. Cody hanya tersenyum tipis dengan tangan yang terselip di saku celana jeans yang ia kenakan tapi lengan dalam apitan Glowry.
Belum mencapai landasan helikopter langkah keduanya harus terhenti lantaran seorang pria menghadang mereka dengan melipat kedua tangan di depan tubuh. Tatapannya tenang dan lurus ke arah bola mata Cody.
“Sejak kapan kau pergi tanpa seijinku,Glowry?” tanyanya namun pandangan tak beralih.
Menggeser posisinya di depan Cody. Kini tatapan mereka bertemu. Dagu ia angkat tinggi dengan tangan yang bersedekap dada.
“Untuk apa harus ijin. Siapa kau, kau tidak berhak mengatur hidupku,” jawab Glowry tegas tanpa ada rasa takut.
Jawaban Glowry sukses membuat geram. Bibirnya mengatup rapat dan rahang mengeras. Memejamkan mata sekilas agar amarah tak membludak. Menahan sekuat mungkin agar tetap tenang padahal dalam jiwanya sudah membara.
“Bibi dan paman berada jauh di negara lain. Jadi, semua tentangmu tetap pada pengawasanku. Akulah yang akan bertanggung jawab jika kau tergores,” jelas Lio dengan nada masih tenang. Pria yang menghadang mereka ialah Lio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take your heart (Auston Series 4 Adult Romance)
Romancearea khusus 21+ setelah perjuangan panjang Glowry untuk menyatukan keluarga,kini di usia 19 tahun ia harus kembali bertarung dengan dunia baru yang melibatkan hati. jatuh pada tempat yang rumit. "Harus dengan cara ini agar kau terus terikat denganku...