Bab 20

363 148 113
                                    

Di dalam kamar, seorang gadis tengah menulis sesuatu. Ia sibuk sendiri sampai-sampai seorang perempuan muda masuk ke kamarnya pun tidak ia ketahui.

"Lagi ngapain?" tanya seseorang yang bernama Farah, tantenya sendiri.

"Eh Tante ya ampun aku kaget," balas Nala.

"Maaf ya Tante masuk nggak izin. Lagian Tante udah ketok-ketok kok tapi nggak ada sahutan, jadi Tante masuk aja."

"Iya Tante nggak apa-apa," jawab Nala sambil tersenyum.

"Kamu lagi nulis apa?"

"PR Tante."

"Wah kamu rajin banget," puji Tantenya.

"Baru Tante loh yang bilang aku rajin belajar di rumah ini," jawab Nala jujur sambil memperhatikan bukunya.

Farah heran, ia memutuskan untuk bertanya kembali. "Kok gitu?" tanya Farah.

"Katanya aku itu pemalas, nggak rajin kerja tugas kalau dikasih sama guru, suka telat juga sampai pernah dihukum," jawab Nala cengengesan.

"Tapi sekarang kamu jadi rajin gini karena siapa? Atau kamu mau buat orang tua kamu bangga punya anak rajin?" tanya Farah.

"Iya Tante itu salah satunya. Tapi yang buat aku rajin dan lebih disiplin gara-gara buku ini," jawab Nala sambil memperlihatkan buku-buku yang pernah dibelikan Arsen untuknya.

Farah yang penasaran pun mengambil alih buku-buku itu dan duduk di atas kasur Nala, Nala pun mengikuti arah langkah tantenya dan duduk di sampingnya.

"Kenapa judul bukunya kayak gini?" tanya Farah heran.

"Justru itu Tante, aku juga heran kenapa dia beliin aku buku itu," jawab Nala melihat ke depan.

"Dia?" heran Farah.

"Iya," jawab Nala seraya melihat ke arah tantenya. "Dia itu ketos di sekolah," lanjut Nala sambil tersenyum melihat ke arah lain lagi dengan binar di matanya.

"Namanya siapa?"

"Kak Arsen," jawab Nala jujur.

"Ooo Arsen ketua kelas 11 IPA 1?" tebak Farah.

"Iya Tante."

"Pacar kamu?" tanya Farah curiga karena melihat muka Nala sudah bersemu merah ketika membahas cowok itu.

"Boleh bohong nggak?" tanya Nala sambil memperlihatkan gigi rapinya.

"Kenapa harus bohong sih, Nal? Kita itu sama-sama masih belum punya pendamping, istilahnya belum nikah, bedanya Tante udah dewasa kamu masih remaja," papar Farah.

"Nala malu tante."

"Malu punya pacar aneh yang ngasih buku kayak gitu?"

"Nggak kok, nggak malu."

"Kenapa mau sama laki-laki aneh?"

"Justru itu Tante, dia itu aneh dan unik. Dia berbeda dari yang lain." pujinya.

"Dan keanehan itu yang membuat kisah cinta kalian menjadi berwarna," lanjut Farah menambahi.

Keduanya hanya tertawa dan berpelukan satu sama lain.

"Tante mau nggak ajarin aku bahasa inggris?"

"Boleh, sekarang?"

"Yuk!"

Nala berdiri dari kasurnya lalu beralih ke meja belajarnya. Ia dan Farah belajar bersama.

****

Drrrttt....... Drrttt......

ARSENALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang