Bab 3

970 788 508
                                    

Di sebuah kamar, terdapat seorang gadis yang tengah memikirkan sesuatu. Ia bingung mau buat pesan dan kesan kepada siapa.

"Aduh mau buat pesan dan kesan kepada siapa ya? kok jadi bingung," ucapnya sambil mengusap wajahnya gusar.

Gadis itu adalah Nala, yang sedari tadi hanya sibuk memikirkan pasal pesan dan kesan yang diperintahkan oleh Reina.

"Nal, kamu di dalam?" tanya Bundanya dari balik pintu.

"Iya Bun masuk aja," ucap Nala mempersilahkan Bundanya masuk.

Bu Ranti langsung membuka pintu dan menghampiri Nala yang duduk di bangku, meja belajar.

"Kamu lagi apa?" tanya Bu Ranti.

"Ah ini Bun, besok kan hari terakhir aku MOS, terus panitia nyuruh kita buat pesan dan kesan buat salah satu panitia MOS," papar Nala.

"Terus kok belum dibuat sih?" tanya Bu Ranti lagi.

"Itu dia masalahnya Bun, aku belum tau siapa yang harus aku kasih pesan dan kesan ini," ucap Nala sambil cemberut, ia kembali memandangi kertas yang masih kosong itu.

"Kamu harusnya buat untuk orang yang selama kamu MOS, dia selalu bimbing atau nyuruh kamu misalnya," ucap Bu Ranti menyarankan.

"Bimbing dan nyuruh apa Bun?" tanya Nala bingung.

Seketika Bu Ranti tersenyum. "Nal, Bunda juga pernah muda, pernah sekolah juga, otomatis Bunda juga pernah MOS yang kamu alami sekarang ini. Kata kamu selama MOS, kamu melakukan kesalah iya, kan? Nah kamu buat aja pesan dan kesan buat orang yang hukum kamu itu. Kan dia panitia yang paling dekat dengan kamu, masa kamu buat pesan dan kesan buat yang nggak pernah berinteraksi sama kamu," ucap Bu Ranti menjelaskan.

Nala bingung, yang menghukumnya kan, ada dua orang. Dan yang pernah memarahi Nala juga ada beberapa panitia yang lain. Nala semakin bingung dibuatnya. Tapi tak lama satu nama sudah terlintas dipikirannya.

"Udah nggak usah dipikirin sekarang kamu sholat, habis itu kita makan malam ya," ucap Bu Ranti dan keluar dari kamar putrinya.

****

Ditempat lain seorang cowok terbaring menatap langit-langt kamarnya, ia adalah Arsen. Entah apa yang ada dipikiran cowok itu sekarang ini.

Dreeettt.... Dreeetttt....

Bunyi yang berasal dari benda pipih itu membuat Arsen kaget dan segera mengangkatnya.

"Halo," ucap Arsen.

"Hei bro apa kabar?" sapa seorang cowok di seberang sana.

"Baik gue," ucapnya datar.

Ya, Arsen memang salalu seperti itu. Bahkan dengan teman dekatnya sekali pun.

"Lo nggak mau nanya kabar gue?"

"Ngapain?" tanya Arsen malas.

"Elah, kan semenjak MOS berlangsung kita jarang ketemu Sen, "ucapnya sambil tertawa. "Eh denger-denger besok hari terakhir MOS ya?" lanjutnya.

"Iya," ucap Arsen singkat.

"Bagus dong, gue udah nggak sabar ketemu lo Sen sama Reno juga," ucap Cahya senang.

Namanya Cahya Wiguna. Teman sekelas Arsen dan juga Reno, kakak dari Rena. Mereka bertiga bersahabat sejak SMP dan kemudian satu sekolah lagi, bahkan sekelas di SMA Garuda. Cahya itu tipikal cowok yang berbeda dari kedua temannya, Arsen dan Reno. Cahya orangnya suka bercanda dan membuat lelucon-lelucon receh nggak jelas. Sedangkan Arsen dan Reno, mereka berdua dingin dan irit ngomong.

ARSENALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang