21. Melahirkan

6.6K 860 66
                                    

Jangan lupa vote dan comment!

Happy Reading♡♡

————————————————

"Agzel beneran mau pindah yang?" tanya Adysha sembari berbaring menghadap Zaidan yang sedang membaca buku.

"Katanya si Agzel emang mau, tapi Zalena gak bolehin. Mana mau Zalena pisah sama Agzel," jawab Zaidan tanpa menatap Adysha.

"Aku keingat waktu di pesantren, Araz sama Arez tiba-tiba datang sambil protes karena Agzel bilang mau ikut oma, opanya." Adysha terkekeh kecil, Araz yang paling tidak terima. Cowok itu misuh-misuh sendiri.

"Wajar aja, mereka kan deket. Apa lagi si Araz, dia seneng dengerin cerita Agzel," ujar Zaidan lalu membalik halaman berikutnya.

"Iyaa, Agzel kan suka cerita. Tapi, temen sekelasnya malah bilang berisik. Agzel sampai takut buat ngomong," kata Adysha memanyunkan bibirnya.

"Karena Agzel dari kecil udah biasa berbagi cerita sama Zalena dan Agam. Mereka juga selalu ngajak Agzel ngobrol kegiatan sehari-hari. Padahal itu bagus loh, Agzel bisa percaya diri dan bikin publik speakingnya bagus cuman salah temen aja," balas Zaidan melirik Adysha yang mulai memasukkan tangan ke dalam kaosnya.

Kebiasaan bumil, sebelum bobo harus megang perut Zaidan dulu. Adysha bodoamat sama reaksi lainnya.

"Agzel jadi sensitif, dia selalu perhatiin lawan bicara dulu. Waktu itu aja Agzel nangis karena Ariz hela nafas." Adysha merapatkan tubuhnya pada Zaidan.

"Jelas lah, menghela nafas itu salah satu ciri bosan atau jenuh. Ariz tipe yang blak-blakan tapi gak lihat situasi," ujar Zaidan menahan nafasnya sebentar karena tangan Adysha naik ke dadanya.

"Kok badan kamu makin gagah sih?" Adysha mengalihkan topik ketika menyadari jika tubuh suaminya semakin padat. "Kamu gak bahagia ya sama aku?" tudingnya.

"Loh?" Zaidan mengerjapkan matanya bingung. "Bahagia banget aku sama kamu, kenapa jadi mikir gitu?"

"Biasanya kan tanda kalau pasangan bahagia badannya bakal berisi gitu, bukan gagah kayak gini," ujar Adysha mencebik sebal. Karena menurut tiktok, pasangan bahagia badannya akan makmur.

"Kan aku olahraga sayang," ujar Zaidan dengan suara halus.

"Perut kamu jadi gak bisa unyel-unyel." Adysha mencoba mencari lemak perut Zaidan, namun nihil. Perutnya kotak-kotak.

"Pencetin aja tuh yang kotak," sahut Zaidan mendengus pelan.

"Jadi tombol telepon dong." Adysha terkekeh kecil.

Zaidan menoleh sejenak, ia menunduk untuk mencium kening dan mengecup singkat bibir Adysha.

"Bobo ya, udah hampir jam sebelas nih," suruh Zaidan sembari menarik selimut untuk menutupi badan Adysha.

"Iyaa." Adysha pun membenarkan posisi dan sebelah tangannya masih berada di dalam kaos Zaidan. "Ayang jangan begadang ya."

"Iyaa sayang, sebentar lagi selesai," jawab Zaidan sambil mengusap pipi gembul Adysha.

Adysha pun menutup matanya, mencoba tidur agar masuk ke dalam mimpi. Sedangkan Zaidan lanjut membaca bukunya yang sudah hampir selesai ke bab akhir. Adysha akhirnya terlelap, Zaidan melirik istrinya dengan senyum lalu tangannya terulur untuk mengelus perut Adysha.

"Bobo ya nak, jangan banyak gerak dulu. Bunanya kasian," monolog Zaidan berbisik lembut.

Beberapa hari ini, Adysha kesulitan tidur karena pergerakan sang anak yang secara tiba-tiba. Perubahan hormonnya juga meningkat, membuat Adysha sangat gelisah.

(A) Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang