16. Kepintaran dan bakat si kembar

6.2K 1K 121
                                    

Maaf ya baru update sekarang:)

Kangen A Family gak nih?

Jangan lupa vote dan comment!

PO Jodoh dari Allah udah di buka! Siapa yang udah Check out?

Abi dan ummanya Zaidan ver baru, gemes banget♡♡

Happy Reading♡♡

——————————————

Adysha menatap lima amplop berwarna putih di hadapannya dengan mata menyipit curiga, beberapa hari lalu baru saja mendapat surat cinta dari Araz. Sekarang dari ke lima anak kembarya.

Raut wajah si kembar pun tampak mencurigakan, mereka senyum-senyum kecil Arez yang hanya diam dengan wajah datar dan Afiqah dengan wajah cemberut.

"Kalian berlima bikin masalah?" tanya Adysha memastikan dugaannya.

"Astaghfirullah buna suudzon," ucap Araz memegangi dadanya dramatis.

"Di buka dulu bun amplopnya," ujar Ariz mendengus kecil.

Adysha terkekeh mendapat protesan dari anaknya, ia pun membuka salah satu amplop di depannya. Mata Adysha terbelalak setelah isi dari kertas yang pegang sekarang.

"Olimpiade?" pekik Adysha merasa tak percaya. Ini surat permohonan atas nama Araz. Lalu ia membuka amplop milik Afizah. "Melukis?"

Afizah dan Afiqah baru beberapa bulan ini mulai belajar melukis, awalnya hanya suka menggambar abstrak di buku gambar atau tidak dinding rumah jadi korban. Dari situ, Adysha memasukkan mereka pada tempat belajar melukis.

Bisa di bilang, cara mereka belajar cepat di serap si kembar. Di tambah mereka sering latihan dan Adysha membebaskan mereka melukis kapan saja. Di kamar si kembar sudah banyak kanvas lukis hasil tangan mereka.

"Masyallah anak-anak buna!" Adysha menutup mulutnya tak percaya sembari membaca isi surat itu.

"Iya bun, kita terpilih. Kata bu Ika sih, kandidat yang paling cocok kita bertiga,," jelas Araz.

"Cuman kalian? Yang lain?" Adysha rasanya tak percaya jika hanya anak laki-lakinya yang di pilih untuk Olimpiade. Dan si kembar perempuan melukis.

"Gak ada bun, lusa kemarin juga udah pemilihan. Cuman kita yang bertahan, yang lain tereliminasi," jawab Ariz tersenyum bangga.

"Fizah sama Fiqah di pilih langsung buat wakilin, ada kakak kelas juga dua orang. Tapi temanya nanti beda-beda," jelas Afizah tersenyum senang.

"Masyaallah, hebat anak buna!" Adysha berseru senang sembari menarik mereka untuk di peluk. "Syukurlah, kepintaran abi menurun ke kalian. Kalau buna kan rada bodoh," ucapnya terharu.

Afizah terkikik geli mendengar penuturan bunanya. "Kalau kata abi, buna itu pinter. Cuman ketutupan males."

"Betul! Kalau enggak mana mungkin buna bisa tembus psikolog," timpal Araz menjetikkan jarinya.

"Buna, sebenarnya Fiqah bingung." Celetukan Afiqah menarik atensi mereka. Adysha melerai pelukannya dan memandang Afiqah.

"Bingung kenapa Fiqah?" tanya Adysha heran.

"Bingung, kenapa Fiqah bisa ke pilih sih? Fiqah emang bisa lukis tapi gak mau ikut lomba," keluh Afiqah memanyunkan bibirnya. Ia sudah kena tekanan batin.

"Loh?" Adysha heran dengan kelakuan Afiqah.

"Kalau tau waktu itu bu guru masuk buat pilih orang, mending Fiqah sembunyi di bawah meja aja," jelas Afiqah nelangsa.

(A) Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang