Suasana sekolah di jam istirahat menjelang bel berbunyi cukup ramai. Para siswa yang keluar dari kantin tidak langsung menuju kelas melainkan berbelok ke beberapa tempat, kebanyakan menuju lapangan dan koridor sekolah.
Tidak jauh berbeda dengan Nayara. Gadis itu berjalan seorang diri karena Sherin masih berada di kantin bersama pacarnya. Ia tidak mau menjadi obat nyamuk. Lily sudah berada di perpustakaan untuk meminjam novel, sedangkan Samia? Hh, entahlah, persahabatan mereka akan dibawa ke mana.
Dirinya mencoba memperbaiki semuanya. Baik dirinya maupun Samia, mereka sama-sama pernah melakukan kesalahan, tapi Yara terlalu terlambat sehingga sulit mendapatkan maaf.
I love you, baby
And if it's quite all right
I need you, baby
To warm these lonely nights
I love you, baby
Trust in me when I saySuara sumbang tersebut membuatnya mengalihkan perhatian. Di depannya, gerombolan siswa yang terdiri dari kelas 10 hingga kelas 12 tengah bernyanyi sembari mencari perhatian para siswi yang lewat. Yara segera memasang muka datar dan melewati mereka. Ia merasa tidak perlu bersikap sok malu-malu. Sebagai kakak kelas yang memegang tahta tertinggi, dirinya tidak takut apa pun.
"Yara, woi! Sombong amat!" teriak Jeri, salah satu mantan temannya saat kelas 10.
"Bodo!" balasnya menciptakan tawa membahana. Yara tahu cowok pecicilan itu hanya bercanda karena memang hobinya.
Lagu kembali terdengar dari orang-orang di belakangnya. Yara terus melangkah hingga tatapannya tertuju ke arah lapangan. Sebagian siswa ada yang sedang bermain basket, voli, adapula yang tengah bermain futsal.
Lajunya sempat terhenti mendapati keberadaan cowok itu. Rasa rindu terasa menggebu di dalam dadanya. Yara terkadang sampai ingin menangis mengingat keadaan mereka saat ini. Ia kira, setelah kejadian Danes yang menolongnya dan em ... hendak menciumnya, hubungan mereka akan membaik, ternyata sangkaannya salah.
Dua bulan telah berlalu. Ujian kenaikan kelas dan libur semester telah terlewati begitu saja. Kini, dirinya bahkan sudah naik ke kelas 12. Namun, Danes semakin tak dapat ia jangkau.
Ada perasaan ingin mendekati cowok itu, apalagi setelah dirinya tahu kalau Danes sudah putus dari kekasihnya, bahkan Ilona pindah sekolah. Sayangnya, Yara tidak memiliki keberanian. Rasanya ia terlalu tak tahu malu kalau harus mendekati Danes setelah menyakitinya begitu dalam.
"Ra!"
Yara mengalihkan pandangan. Sebuah senyuman muncul di bibirnya mendapati keberadaan sosok tinggi kurus berjalan ke arahnya.
"Abis dari kantin?" tanyanya menyodorkan Thai tea.
Yara sempat termangu hingga cowok itu menyimpan paksa di tangannya.
"Makasih, Al. Jadi, ngerepotin." Yara menatap tak enak pada sosok Aldo yang berjalan mundur, mengimbangi langkahnya.
"Nggak pernah ngerasa repot kalau buat lo." Aldo menatapnya penuh kasih dan Yara hanya bisa meremas minuman di tangannya.
"Kalau gitu ... gue duluan, ya?" pamitnya yang mendapat anggukan.
Yara melangkah menaiki tangga. Berhenti di lantai dua, ia berjalan ke arah balkon. Dari banyaknya siswa yang berkeliaran di bawah sana, matanya selalu jeli dan berhasil menemukan cowok itu.
Dia tampak baik-baik saja. Sosok yang kini menjabat sebagai kapten tim futsal itu terlihat bersemangat mengejar bola. Sorak sorai dari beberapa siswi yang menonton di pinggir lapangan terdengar sampai gendang telinga. Yara tak dapat menampik bahwa dirinya tidak menyukai itu. Ia cemburu, dan khawatir kalau di antara mereka, ada yang berhasil menarik perhatian Danes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nayara's Two Wishes ✔️
Novela JuvenilNayara Prameswari sangat membenci Arshaka Daneswara. Baginya, Danes adalah spesies cowok menyebalkan yang terus mengganggunya. Nayara memiliki dua keinginan yang senantiasa ia panjatkan dalam doa. Pertama, menjadi pacar Ghafi, si kakak kelas yang me...