O22

985 97 21
                                    

SERUAN kaget dari Hueningkai dan Felix membuat Beomgyu terlonjak, ikut terkejut setelah ia menceritakan tentang Ibu kandungnya sambil menunjukkan foto-foto miliknya pada mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SERUAN kaget dari Hueningkai dan Felix membuat Beomgyu terlonjak, ikut terkejut setelah ia menceritakan tentang Ibu kandungnya sambil menunjukkan foto-foto miliknya pada mereka. Mereka melihat lebih teliti bagaimana wajah seorang wanita yang ternyata sangat mirip dengan pemuda bermarga Choi itu. 

"Kau serius?"

Sekali lagi, Beomgyu menganggukkan kepala, meyakinkan kedua temannya. "Iya, ini Ibuku. Dia cantik, kan?" ujarnya. Kedua temannya itu langsung memasang wajah kosong.

Rasanya sulit dipercaya. Felix yang sedang menatap salah satu foto yang ia pegang pun kini mengalihkan tatapannya ke Beomgyu. "Apa karena ini kau sakit?" Ia bertanya cemas sembari menyentuh bahu temannya memberikan elusan lembut.  "Biasanya kau sakit karena syok. Bagaimana keadaanmu sekarang?"

"Aku lebih baik, Lixie." Beomgyu membalas dengan bibir pucatnya yang mengukir senyuman lemah. "Aku senang. Untuk pertama kalinya, aku tahu Ibuku sangat menyayangiku. Jika, dia masih hidup, dia tidak akan membiarkanku dipukuli Ayah. Dia akan memelukku seperti ini setiap hari. Tapi, Tuhan lebih mencintai Ibuku," sambungnya dengan suaranya yang lirih.

Dengan segera, Hueningkai merengkuh bahu temannya guna menyemangati. "Kau tidak sendirian, ingat? Kau punya kami." Beomgyu mengangguk, merasa lebih baik setelah mendengar bisikan Hueningkai.

"Kenapa Ibumu meninggal?" tanya Felix dengan nada hati-hati.

"Paman Sammy bilang Ibuku bunuh diri. Malam itu, di rumah tidak ada orang. Ayah memberi kesaksian kalau Ibu melompat dari balkon saat dia sedang tidur." Beomgyu bercerita dengan nada murung. "Ayahku memang kasar karena selalu memukulku, tapi tidak mungkin dia membunuh wanita yang dia cintai, kan? Dia tidak sejahat itu, kan?" Awalnya, Beomgyu sempat marah karena berpikir Ayahnya-lah yang menjadi penyebab kematian dari Ibunya, tapi setelah berpikir cukup keras semalaman, ada keraguan yang muncul dalam benaknya, itu tidak mungkin, bukan? Pernikahan didasari dengan rasa cinta, apa Choi Jinhyuk setega itu pada istrinya?

Itu hanya pemikiran Beomgyu yang begitu naif. Hueningkai dan Felix sudah sangat paham dengan jalan pikir temen mereka yang lugu itu. Mereka berdua saling bertukar pandang sejenak sebelum salah satunya menghela napas panjang. Pemuda berdarah Hawai itu lantas berceletuk usai menggelengkan kepala tak yakin, "Kau harus tahu kenapa kita memanggilnya monster, karena dia tidak punya hati."

Melihat temannya yang lagi-lagi bersin, Felix akhirnya bangkit dari duduknya untuk mendorong Beomgyu hingga berbaring di atas ranjang. "Pikirkan itu nanti. Kau harus istirahat sekarang. Yang penting kau sudah tahu, Ibumu sangat menyayangimu. Dia bahkan bahagia karena telah melahirkan anak secantikmu, Beomgyu." Merapikan selimut yang melapisi tubuh pemuda mungil itu, Felix mengulum senyum dengan tatapan mata melembut yang seolah menggambarkan sebuah rasa khawatir yang begitu besar.

Beomgyu lantas cemberut dengan bibir yang dimajukan. "Aku laki-laki dan aku tidak cantik, Lixie."

"Ya, ya, ya. Katakan itu pada anak-anak di sekitar sini yang selalu memanggilmu 'Kakak cantik' setiap hari," balas Hueningkai lagi lalu tertawa bersama Felix.

『 Secret Admirer 』 ― TaegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang