12. Makanya begini

169 25 16
                                    

Halo, budayakan vote setelah/sebelum membaca ya. Vote kalian adalah semangat aku buat nulis. Thank you. Sorry for typo nya hehe.

Alea termenung di sudut perpustakaan. Sosiologi jam kosong. Itu adalah kesempatan buat Alea untuk pergi ke sana. Ia menumpu kepalanya di atas lipatan tangan.

Saga, Raga, dan Riana. Kehadiran mereka membuat Alea terasa lebih hidup. Selain orang tua dan kakaknya, ternyata dia masih memiliki teman dan pacar yang sayang kepadanya.

Sejak SMP, Alea terus dibully oleh teman-temannya karena dia gendut. Entah, padahal Alea tidak menggangu mereka. Fisik dia ga mengganggu orang lain. Tapi cacian dan makian mereka membuat hati Alea terasa sakit.

  Alea bukan murahan. Hanya saja, ia ingin merasakan kasih sayang seorang teman. Kalian tau kan, gimana rasanya merasa sepi di tengah keramaian? Raga dan Riana lah yang menjadi pengusir rasa sepi itu.

  Raga sahabat dekat Alea. Tetapi, Alea menyadari jika Riana menyukainya. Alea hanya menganggap Raga sekedar sahabat, tidak lebih.

  Cinta ga bisa dipaksain kan?

Riana, gadis ceria yang juga sahabat Alea. Menyukai Raga. Alea tidak mencintai Raga. Mana mungkin dia menerima cinta Raga dan menyakiti hati Riana.

  Alea bersyukur, mereka sekarang dekat. Riana dan Raga. Semoga mereka bisa mengerti satu sama lain.

"Hai, kenapa?"

"Saga, kok nyusul aku ke sini?"

  Alea menegakkan badannya. Ia menatap saga yang sekarang sedang mengelus rambutnya. Senyuman terukir di bibir indah Alea.

"Mana mungkin aku biarin kamu pergi ke perpustakaan sendiri."

  Saga mengambil tempat duduk di samping Alea. Saga melihat sorot mata Alea yang berbeda. Tatapannya, sedikit...

"Lagi sedih ya?"

   Alea terkekeh,"Sedikit. Keinget masa SMP aja dulu. Ga nyangka aja aku sekarang bisa punya temen kayak Riana sama Saga dan pacar kayak kamu."

   Saga tersenyum,"Lupain ya. Kamu harus melihat ke depan bukan kebelakang lagi."

"Iya, Saga."

"Yauda, kamu mau di sini aja atau ke kantin?"

   Alea menimang pertanyaan dari pacarnya,"Nanti kalau kelihatan guru kita dihukum gimana? Kan belum jam nya istirahat."

"Ga akan dihukum. Yakin sama aku."

   Akhirnya Alea pasrah dan mengikuti Saga. Ia berjalan di belakang Saga dengan pelan. Takut ketahuan guru kalau berada di luar kelas saat pelajaran.

   Kalau di perpustakaan kan bisa beralasan untuk mengambil buku. Kalau ke kantin, mau pakai alasan apa?

"Sini duduk." Saga menarik kursi untuk Alea, lalu duduk di kursi yang berada di samping kursi yang ditarik tadi.

"Saga, takut ketahuan sama guru." cicit Alea pelan. Suer, Alea takut banget kalau dihukum. Apalagi dihukum buat lari di lapangan. Selain dilihatin siswa-siswi lain, badannya juga besar. Larinya susah.

"Engga bakalan. Tenang aja. Udah sarapan belum? Pasti udah, tapi makan lagi ya? Temenin aku." Saga merogoh saku seragamnya. Ia mengeluarkan uang selembaran berwarna biru. Lalu berdiri, berjalan ke arah ibu kantin.

  Alea menghela napasnya. Akhir-akhir ini dia berniat untuk diet. Hanya niat, belum melakukan. Alea ingin memantaskan diri buat Saga. Saga itu cowok idaman banyak cewek. Badannya bagus, sering olahraga. Sedangkan dirinya hanya cewek rebahan saja. Jangankan olahraga, berdiri saja malas.

"Yang. Aku beli nasi goreng gapapa ya?" Saga duduk kembali sembari membawa sepiring nasi goreng dan es teh di tangannya.

"Gapapa. Kan kamu yang mau makan." Kata Alea.

   Saga menggeleng kecil."Bukan aku, tapi kita berdua. Aku ga bakalan makan kalau kamu gamau makan sama aku."

Alea menghela napasnya."Oke."

    Beberapa menit sudah mereka habiskan di kantin untuk sarapan. Saga terus memaksa agar Alea makan walaupun ia tidak mau.

"Yang, nanti balik sendiri gapapa? Aku mau tanding basket sama anak SMA sebelah."

"Iya gapapa. Semangat buat tandingannya ya."

***

   Alea berjalan keluar dari kelasnya. Bel pulang sudah berbunyi. Banyak anak-anak keluar dari kelas mereka masing-masing. Saga sudah berpamitan kepada Alea sebelum cowok itu ke lapangan untuk tanding basket.

"Al, gue sama Raga duluan ya."

"Iya Ri. Hati-hati ya."

  Huft. Sekarang tinggal Alea sendiri. Udah sepi karidornya. Biasanya Alva gangguin Alea. Bukan berharap sih, Alea cuma takut aja sendiri kayak gini. Kata anak-anak lain, sekolahnya bekas kuburan Belanda.

"Heh, gembrot!"

  Kirain setan. Ternyata suara orang. Alea membalik badannya dan melihat dua cewek ber-rok pendek yang berdandan bak tante-tante menatapnya dengan sengit.

"Maaf, siapa ya?" Tanya Alea sotan.

"Siapa siapa? Lo ga kenal gue?" Cewek  itu bersedekap dada. Bibirnya sedikit miring, menatap Alea seperti binatang buas yang akan mencakar musuhnya.

Namanya Anggita. Dia baru saja masuk ke sekolah karena sudah seminggu di skors oleh guru BK. Cewek yang di samping Anggita, namanya Loura.

Loura berjalan lebih dekat ke arah Alea. Ia terkekeh."Aduh Nggit. Ya kali cewek gembrot ini kenal sama Princess nya SMA Rajawali. Dia kan ga gaul."

Anggita tertawa."Iya juga Ra. Duh, badan lo segede gajah gini gak malu?"

Alea terdiam. Sebenarnya Alea marah. Tapi dia harus apa? Ga mungkin dia ikutan marah ke orang yang ga dikenal.

"Kalau gua sih malu ya Nggit." Sahut Loura.

"Lo itu pacarnya anak baru ya? Yang ganteng itu kan? Kok bisa sih, cowok seganteng itu mau sama cewek gembrot kayak lo?"  Anggita terus berbicara. Merendahkan Alea.

Alea masih diam. Lihat saja sejauh mana dua cewek ini bakalan gangguin dia.

"Cowok ganteng itu cocoknya sama cewek cantik yang kayak gue." Lanjut Anggita. Diangguki oleh Loura.

Kedua tangan Alea terkepal kuat. Jangan kira Alea tidak bisa melawan. Jika sudah melewati batas seperti ini, Alea tidak akan diam.

"Bacot. Lo tanya tadi ke gue, malu atau engga punya badan kayak gini? Jawabannya engga. Gue lebih malu kalau gue jadi Lo. Lo cantik, badan Lo ideal, tapi sayang otak lo minimal ga maksimal. Ada, orang yang ga kenal terus ngata-ngatain orang lain? Sopan santun Lo kemana Princess SMA Rajawali. Kemana?"

"Satu lagi, cowok gue ga suka tante-tante. Tante-tante yang kayak em...kayak Lo gini. Ups!"

"Lo?!" Anggita menatap Alea dengan sorot mata tajam. Ia mendorong Alea hingga jatuh. Setelah Alea jatuh, Anggita mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Tepung terigu.

Dengan tawa menggema, Anggita dan Loura mengerjai Alea. Anggita menumpahkan tepung terigu di atas kepala Alea.

"Yuk cabut Ra."

Alea memandang punggung kedua cewek yang sudah kurang ajar kepadanya. Ia berdiri dengan susah payah, lalu membersihkan tepung yang ada di rambut dan seragamnya.

15 vote + 10 komentar baru gue Next ya

Fat Is Beautiful (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang