Bab 3

171 34 11
                                    

Aku dan ibuku sudah berada dirumah Satria, ibuku memberikan obat yang biasa ibuku minum. Lalu aku memberi buah yang aku bawa untuk ibunya satria. Ibu Satria berbicara. "Tidak perlu repot-repot, kalian ini. Aku tidak begitu parah hanya demam saja."

"Tapi kita tetangga, dan kalian sudah seperti keluarga bagiku. Tidak perlu sungkan ya." Sahut ibuku.

"Terimakasih," sahut ibu Satria.

Ibuku berdiri dan akan pulang, lalu ibu memintaku untuk tinggal menemani Satria. "Kamu temani Satria ya, kasihan kamu gantian jaga ibunya."

"Iya bu, aku antar ibu pulang dulu." sahutku.

Aku pun pergi mengantar ibuku sampai masuk kedalam rumah, lalu aku kembali kerumah Satria, aku sampai dirumah Satria. Ibu Satria sudah tidur, aku melihat Stria tengah sibuk di dapur untuk memesak sesuatu. Aku menghampiri dan bertanya. "Kamu belum makan?"

"Belum, aku lapar sekali... Aaaah tiba-tiba lututku gemetaran, dan lemas. Aku akan pingsan..." ujar Satria yang selalu begitu padaku.

"Hmmm, duduk sana. Aku masakkan sesuatu untukmu." sahutku.

"Terimakasih sayangku," sahut Satria padaku.

Aku hanya mengangguk, kemudian aku membuatkan makanan untuknya. Hanya makanan sederhana saja, karena aku malas memasak sesuatu yang ribet. Hanya Omelet kesukaan Satria saja yang aku buat. Setelah aku selesai memasak, aku menyuapkan makan untuk Satria. Sifat manjanya itu tidak pernah berubah sejak dulu. Saat kami masih kecil, Satria sering meminta makan dari tanganku. Dia selalu mengatakan kalau aku tidak menyuapinya makan, dia tidak akan makan.

Satria berbicara kepadaku. "Sayang sudah makan?"

"Sudah, tadi dirumah bersama ibu dan Bang Surya." sahutku.

"Syukurlah kalau begitu... Kalau belum aku akan menyuapimu makan." sahut Satria.

"Dasar, ya sudah habiskan satu suap lagi." ujarku.

Satria hanya tertawa saat melihatku kesal, Satria selalu begitu. Setelah selesai makan, Aku membereskan semuanya di bantu Satria. Berberespun selesai, aku dan Satria melihat ibu Satria yang sedang terbaring di tempat tidur. Satria melihatku sambil berbicara. "Kamu tidur di kamarku saja, aku akan menjaga ibu."

"Aku disini juga bersamamu," sahutku.

"Ya sudah kalau begitu." sahut Satria.

Satria mengambil bantal dan selimut untukku, aku tidur di sofa bersama Satria. Aku melihat jam di ponselku sudah menunjukkan pukul sembilan malam, aku mengantuk. Satria menyuruhku tidur dan bersandar di bahunya. "Kemarilah, tidur saja."

Aku mengangguk dan menuruti kata-katanya. Aku pun tertidur lelap, begitu juga Satria. Hingga pagi menjelang, saat aku terbangun, ibu Satria sudah tidak ada di atas tempat tidur. Lalu aku melihat selimut yang menyelimuti kami berdua. Aku panik langsung bangun mencari ibunya Satria. Aku pergi keluar dan melihat ibunya satria sedang masak di dapur.

Aku menyapa. "Pagi tante, tante sudah baikan?"

Ibu Satria menoleh, lalu tersenyum dan berbicara. "Pagi juga nak, terimakasih sudah menjaga tante ya. Tante sudah baikan, sekarang kamu mandi dan siap-siap kesekolah ya. Bangunkan Satria..."

Aku mengangguk, lalu pergi kekamar untuk membangunkan Satria. "Satria bangun, ayo mandi. Sudah jam enam pagi ini, kamu sekolah tidak?"

"Eeeng... Iya, kamu sudah mandi?" ujar Satria padaku.

"Sudah, aku sudah rapi. Ayo," sahutku.

Satria bangun, ia mencari ibunya. "Ibu dimana?"

"Oh, tante ada di dapur sedang memasak. Tante sudah sembuh, dan enakan katanya." sahutku.

Satria mengangguk, lalu pergi mandi dan bersiap-siap untuk pergi kesekolah. Setelah selesai dan rapih, aku dan Satria langsung pergi ke dapur untuk sarapan. Ibu Satria berbicara. "Pelan-pelan sarapannya, nanti tersedak."

"Iya bu," sahut Satria.

"Bima, apakah kamu masih bekerja di Cafe itu?" tanya tante Minarti padaku.

"Masih tante, kemarin kebetulan libur jadi bisa santai dan beristirahat." balasku.

"Ya sudah, belajarlah yang rajin, dan bekerjalah dengan ikhlas. Apapun yang kamu jalani harus sepenuhnya dari hatimu. Lanjutkan sarapannya, nanti kalian telat." ujar tante Minarti.

Aku mengangguk, akupun melanjutkan sarapanku. Kami selesai sarapan, kemudian Aku dan Satria berpamitan untuk pergi kesekolah. Aku juga sudah berpamitan dengan ibuku dan bang Surya. Bang Surya memberiku uang saku, lalu Aku dan Satria pergi mengendarai sepeda motor milik Satria.
Setelah menempuh jarak beberapa menit lamanya akhirnya kami pun sampai di sekolah. Tepat pukul delapan pagi pelajaran pertama di mulai. Seperti biasa murid belajar dengan tenang, hingga jam pelajaran terakhir.

Semua murid kembali kerumah masing-masing, Satria mengantarku ketempat kerja.. "Sayang, aku antar kamu ya."

"Mnp... Ya sudah ayo..." sahutku.

Satria menancap gas sepeda motornya, kami pun pergi menuju ketempat kerjaku. Setelah menempuh perjalanan dua puluh lima menit, akhirnnya kami pun sampai di Cafe tempatku bekerja. Aku berpamitan kepada Satria. "Aku kerja dulu ya, kamu hati-hati dijalan."

"Siap bos, nanti aku jemput kamu pulang kerja ya." sahut Satria padaku.

Aku hanya mengangguk dan melambaikan tangan kepada Satria. Satria pergi meninggalkan Cafe tempatku bekerja, aku segera pergi ke Locker ku. Aku mengganti pakaianku dengan seragam kerja, lalu bekerja hingga pukul dua belas malam. Karena Saturday Night, jadi pelanggan sangat ramai. Setelah membereskan semuanya aku pun menunggu Satria di depan Cafe. Aku menunggu hingga semua orang pergi dari Cafe, tapi Satria tidak datang juga.

Salah satau Staff menghampiriku. "Bima, kamu belum pulang?"

"Belum pak, aku nunggu di jemput Satria, tapi belum datang juga." balasku kepada pak Burhan.

"Pulang bareng saya, saya antar kamu pulang." Ajak pak Burhan padaku.

"Tapi kalau saya pergi, takutnya teman saya datang pak. Gak apa-apa bapak duluan aja." sahutku lagi.

"Ya sudah kalau begitu, kamu hati-hati ya." seru pak Burhan padaku.

Aku mengangguk, pak Burhan pergi meninggalkan ku di depan Cafe. Aku melihat jam di ponselku, kini sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Satria tidak datang, aku melihat mobil bang Surya berhenti di depanku. Bang Surya turun kemudian berbicara. "Bima, ayo masuk."

"Tapi bang, kalau Satria datang gimana? Dia udah janji mau jemput aku tadi." sahutku.

"Dia tidak akan datang menjemputmu. Ayo pulang nanti abang jelasin di rumah ya. Kasihan ibu khawatir terjadi apa-apa denganmu." ujar bang Surya padaku lagi.

Aku hanya mengangguk dan berjalan masuk kedalam mobil, aku masih bertanya-tanya kemana Satria sehingga tidak datang menjemputku malam ini. Rasa khawatir menyelimutiku, kenapa, kemana, dan apa yang terjadi. Aku menghela napas panjang, aku tidak tau kenapa firasatku mengatakan tidak enak. Aku tahu bang Surya memperhatikanku, bang Surya juga sepertinya khawatir dan ada rasa kesal juga.

Karena tidak tahan akhirnya aku menanyakan apa yang terjadi. "Bang, apa yang terjadi?"

Bang Surya diam saja, dia hanya mengatakan nanti dan nanti. Apa yang sebenarnya terjadi?


------------------------------------

Aku menantimu di batas senja
Namun bayangmu pun tak kunjung hadir
Di pelupuk mataku






Bersambung...





Hai Gaes maaf yak lama update...

Biasakan tinggalkan jejak Vote dan komennya ya... Makasih.

BL- SENJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang