Leonard dan Bima selesai dengan memerah susu sapi, hari sudah sore. Bima melihat matahari terbenam di langit senja yang sangat indah di desa itu. "Wuaaaaaah... Indah sekali... Leonard sini, lihat itu..."
"Iya aku melihatnya... Kamu menyukai senja?" tanya Leonard.
"Iya suka sekali, indah soalnya... Aku sudah memotretnya." seru Bima.
Diam-diam Leonard juga memotret Bima dengan ponselnya. Leonard mengajak Bima kembali. "Ayo kita kembali, hari sudah gelap."
Bima dan Leonard kembali kerumah, mereka berpisah di halaman belakang, Karena kamar Leonard ada di belakang. Bima masuk kedalam dan segera mandi sebelum makan malam. Setelah selesai, mereka semua berkumpul di meja makan, seperti yang di katakan bibi Carla, semua pekerja dan pembantu berkumpul dan makan di satu meja yang sama. Surya berbicara. "Bibi, dimana Bima?"
"Aku disini... Hihi maaf lama, habis air disini segar sekali membuatku ingin berlama-lama mandi... Oh hai, sudah lama rasanya tidak makan bersama dan kumpul bersama kalian." seru Bima.
Semua tersenyum dan menyapa Bima, Leonard pun sudah di sana. Surya berbicara lagi. "Dari dulu kamu memang suka main air kalau mandi, itu sebabnya kamu lama kalau mandi."
"Hihi, ya sudah ayo makan..." seru Bima.
Semua makan bersama, tidak ada kecanggungan sama sekali di antara mereka semua. Sakti sesekali bercerita dan semua orang ikut bercerita, lucu, tertawa, bahkan ada cerita sedih. Setelah selesai makan semua peralatan makan di bersihkan oleh pembantu. Surya, Sakti, dan Bima duduk di ruang Televisi. Surya mananyakan Ke Bima apakah Bima ingin tinggal di sana lebih lama. "Adikku sayang, apakah kamu ingin tinggal di sini lebih lama?"
"Inginnya sih begitu, tapi aku sudah berjanji pada bosku akan masuk kerja di perusahaannya." sahut Bima.
"Apa? Kamu ini, giliran aku suruh bekerja di kantor kita sendiri tidak mau. Di bidang apa perusahaannya?" sahut Surya.
"Bergerak di bidang pemasaran gitu, Ya Advertising gitu lah." sahut Bima.
"Untuk menambah pengalaman tidak masalah kok..." seru Sakti sambil menenangkan Surya.
"Bisa saja aku membeli perusahaannya..." Sahut Bima sambil nyeruput Tehnya.
"Apa? Jangan gila kamu." sahut Surya.
Bima hanya tertawa ngakak, lalu Bima berlalu pergi meninggalkan Surya dan Sakti. Bima keluar dan melihat Leo sedang duduk di luar sambil membakar jagung bersama yang lainnya. Leo melihat Bima langsung memanggil Bima. "Eh, Bim sini..."
"Waaah jagung bakar... Aku mau..." seru Bima.
Semua nya nampak bahagia, Bima mengambil gitar dan memainkan gitar sambil menyanyi. Suara merdu Bima menghipnotis Leonard dan membuat Leonard jatuh hati kepada Bima. Jam berlalu begitu cepat, malam semakin larut, entah mengapa Bima enggan pergi dari sana. Leo melihat kegusaran Bima pun berbicara. "Kamu terlihat bingung, Kenapa?"
"Haaaiiih... Aku masih ingin berlibur disini, tapi besok harus kerja. Rasanya malas sekali, kembali ke hiruk pikuk kota yang padat, bertemu dengan orang-orang yang menyebalkan." Seru Bima.
"Tidak boleh seperti itu, harus semangat. Kamu bisa kesini lagi kapanpun kamu mau." seru Bima.
"Asalkan kak Leo berjanji padaku masih disini, aku akan sering kesini." seru Bima.
"Aku akan selalu disini, menunggumu." seru Leo.
"Thank you... Sudah malam, kita tidur yuk." Sahut Bima.
Leo mengangguk, mereka berpisah dan masuk ke kamar masing-masing. Bima merebahkan tubuhnya di tempat tidur, Bima tidak bisa tidur sekarang ini. Jujur di dalam hatinya ia merindukan Satria, Bima meringkuk dan menangis, Bima tidak tau lagi apa yang harus ia lakukan. Semakin dirinya membenci Bima, rasa rindu itu semakin kuat. Bima keluar dari kamarnya dan duduk di Balkon, sambil menatap bintang di langit. Bima tidak bisa tidur, setiap detik napasnya teringat akan kenangan masa lalu bersama Satria. Bima mengambil ponselnya, ia melihat ada ratusan pesan dari Rian dan Raya. Bima membaca pesan terakhir dari Rian kalau Satria masuk rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
BL- SENJA
Romance"Dikala Senja mulai datang, rasa rindu itu mulai datang. Di Kala Senja aku menatap langit yang penuh warna abu dan orange. Dikala Senja aku duduk termenung seorang diri, menantikan kehadiranmu yang tak kunjung datang." . . . New Story iman saputra