Bab 2

237 38 10
                                    

"Senja Romantis
Aku berjalan
Di tengah padang
Sendiri..

Angin meliuk-liuk
Meniup ilalang
Pasir, bebatuan
Bermain tanpa batas

Di langit indah
Sekawanan burung pulang
Kembali ke sarang
Tempat menanti pasangan
Aku mengaduh


Duhai,
Aku di sini
Berkawan sepi
Langkah kaki
Semakin lelah bernyanyi

Aku masih di sini
Sendiri..
Menanti senja romantis
Mengisi hati…"

------------------------------------

Satria selesai dengan tugas sekolahnya, ya lagi dan lagi dia menyalin catatanku. Sebenarnya aku tidak keberatan ketika dia menyalin catatan milikku, hanya saja aku tidak mau Satria menjadi kebiasaan kedepannya. Aku ingin dirinya mandiri, bisa mengerjakan tugas sekolah tanpa diriku suatu saat nanti. Satria tersenyum padaku lalu berbicara. "Bima, makasih ya. Yuk aku belikan kamu Ice Cream."

"Tidak mau, lagi pula sedang hujan di luar sana." sahutku sambil mengambil buku milikku.

"Permen bagaimana?" Ujar Satria lagi.

"Aku tidak mau, ibu tidak mengijinkannya. Terakhir kali aku makan permen, gigiku sakit." Balasku lagi."

Satria nampak kesal, padahal yang makan banyak permen saat itu bukan aku, tapi Satria. Satria mengeluh lagi. "Ayoolaaaah... Kenapa kamu berubah menjadi menyebalkan seperti ini? Aku tau kamu sedang bucin kan sama pak Dino? Iya pikirin aja Dino kesayanganmu itu, lupakan aku... Jangan dekat-dekat denganku lagi."

Aku menaikan alisku sebelah, dengan sedikit kesal aku melempar buku yang aku baca kearah Satria.

Bruuuuk

"Aduuuh... Lihatlah, kamu bahkan berubah kasar." seru Satria.

"Sudah aku katakan, siapa yang menyukai pak Dino? Kamu ini ada-ada saja." sahutku.

"Terus siapa yang kamu suka? Atau cintai...? Yang jelas bukan aku kan? Sudah berkali-kali aku menyatakan perasaanku padamu tapi kamu selalu menolakku, hah sungguh kejam." sahut Satria sambil mengelus kepalanya yang kena buku.

Aku terdiam lagi, aku tidak tau harus mengatakan apa kepada Satria. Aku berusaha menahan perasaanku dengannya, tapi sepertinya kali ini aku katakan saja. "Bukan begitu, bukan aku tidak menyukaimu. Tapi... Aku cuman takut kalau... Kalau kehilanganmu suatu saat nanti."

Satria berdiri dengan cepat lalu memelukku. "Aku tahu kamu juga mencintaiku kan? Aku sudah menduganya. Aku tidak akan pergi kemana-mana, aku hanya ingin bersamamu."

"Tapi bagaimana jika ibu tahu kalau kita...?" Sahutku.

"Ibu hanya tau kita kakak adik kan, sudah dari kecil. Tenang saja," sahut Satria.

Aku hanya mengangguk, lalu kami berdua pergi ke bawah. Satria mengajakku pergi jalan-jalan sore, sebelumnya Satria meminta ijin kepada ibuku untuk mengajakku pergi. "Tante, aku bawa adik jalan-jalan sore ya."

"Iya nak, kalian sudah makan belum tadi? Kalau belum makan dulu sana..." ujar ibuku.

Aku pun menyahut. "Sudah bu tadi di sekolah, kalau begitu kami pergi dulu. Dada ibu,"

Ibuku mengangguk, lalu Aku dan Staria pergi ketempat yang ingin Satria tunjukkan padaku. Kami mengendarai sepeda, Satria memboncengku, Satria mengayuh sepeda dengan santainya, aku hanya bisa memeluknya dari belakang, terkadang Satria bercanda denganku, aku hanya memukul punggungnya sesekali. Tidak berapa lama kami pun sampai di padang rumput hijau, ada bunga-bunga bermekaran yang sangat indah disana. Satria memegang tanganku dan menarikku sambil berlarian menuju kebawah pohon yang rindang, disana ada danau dan pemandangannya sangat bagus sekali. Satria duduk di rerumputan, dan aku pun mengikutinya.

BL- SENJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang