Bab 17 END

170 26 7
                                    

Glen dan Bima sampai di pulau yang sangat indah itu, tapi entah mengapa pikiran dan hati Bima tidak tenang. Bima memikirkan Satria, tapi Bima berusaha menepis perasaannya itu. Bima menikmati liburannya, meski mungkin banyak yang mengira kalau Bima gampang jatuh cinta sana dan sini, tapi ketahuilah perasaan dan Hati Bima sangat hancur. Bima hancur saat mengetahui kenyataan kalau orang yang selama ini dia cintai adalah sedarah dan satu ayah dengannya, hancur kehilangan ayah kandungnya, hancur saat ayah sambungnya meninggal, hancur saat ibunya pergi meninggalkan dirinya selamanya. Bima berusaha kuat dan bangkit dari keteepurukannya, sakit hati saat di tinggal pergi oleh orang yang ia cintai saat itu, bahkan tanpa berpamitan dengannya.

Jujur dari lubuk hati Bima yang paling dalam, Bima masih menyayangi Satria. Glen menghampiri Bima yang berdiri di Balkon menikmati semilir angin dan memandangi bintang di langit. Glen berbicara. "Apa yang kamu pikirkan?"

"Besok adalah hari pernikahannya, dia mengundangku datang. Tapi aku tidak tahu aku sanggup atau tidak," ujar Bima.

"Orang yang pernah kamu cintai dulu? Dan dia juga mencintaimu." Ujar Glen.

"Benar, aku menjalin hubungan dengannya sejak aku kecil, kami bermain bersama, tidur, mandi, dan makan bersama, sekolah di tempat yang sama. Kami tumbuh bersama, kemanapun selalu bersama. Tapi satu kenyataan yang membuatku sangat sakit saat ini adalah dia sedarah denganku, ayahku juga ayah kandungnya. Ayahku berselingkuh dengan ibunya saat itu, aku..." ujar Bima sambil menangis.

Glen mengerti perasaan Bima, Glen memeluk Bima. "Besok pagi kita kesana, aku akan mengantarmu."

"Tapi..." ujar Bima.

"Ikuti saja apa kataku," sahut Glen.

Glen sangat menghargai perasaan Bima, Glen mengajak Bima makan malam. Setelah selesai makan malam, mereka mengobrol banyak hal. Glen sangat mencintai Bima, tapi Bima belum tentu juga mencintainya. Walau sebenarnya Bima sudah nyaman dengan Glen, tapi jujur saat dirinya bersama Glen tapi hati dan pikirannya ke Satria. Karena hari sudah larut, Bima dan Glen pergi tidur, tapi mereka tidur beda kamar. Bima membuka ponselnya ada pesan banyak sekali dari Satria.

"Bima aku mohon, aku ingin bertemu denganmu... Aku merindukanmu, aku tidak bisa bersama Shena... Bima, aku mohon... Aku ingin bertemu denganmu sekali saja, aku janji aku tidak akan mengganggumu lagi, aku akan mencoba dan berusaha menerima kenyataan ini Bima. Besok adalah hari pernikahanku dengan Shena, aku ingin bertemu denganmu, memelukmu untuk yang terakhir kalinya... Aku mohon..." Pesan Dari Satria.

Bima menangis sejadi-jadinya saat membaca pesan dari Satria, Bima meringkuk dan tidak sanggup lagi bersuara. Hanya menangis dan terisak, dadanya sesak, kepalanya pusing. Bima membuka ponselnya dan menelpon Satria. Satria langsung mengangkat telpon itu karena senangnya. "Halo, Bimaku... Bima kamu dimana? Bima aku mohon ijinkan aku bertemu denganmu."

Bima menutup mulutnya agar tak terdengar suara tangisannya. Bima mencoba berbicara namun suaranya bergetar. "Sa-satria... Maafkan aku... Aku akan menemui mu besok pagi..."

Bima langsung mematikan telepon itu, Satria sedikit tenang saat mendengar Bima akan datang.  Paling tidak ia akan bertemu dengan cintanya itu untuk yang terakhir kalinya. Setelah itu mungkin Satria akan pergi meninggalkan Bima sejauh mungkin meninggalkan semua kenangan itu. Satria memandangi cincin yang ia pesan seharusnya untuk dirinya dan Bima, tapi keadaan seolah mempermainkan mereka berdua, membuat Satria dan Bima tidak bisa bersama. Impian hidup bersama selamanya telah musnah, Ayah Satria masuk kedalam kamar Satria.

Satria menoleh dan melihat ayahnya dengan cuek. Homers bicara. "Nak, maafkan ayah karena tidak bisa mendidikmu dengan baik, ayah belum bisa menjadi ayah yang baik untukmu."

BL- SENJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang