Hai jangan lupa tinggalkan jejak Vote dan komen ya...__________________________________
Fajar sudah mulai menyingsing, Bima sudah bangun lebih dulu. Bima langsung pergi ke kamar mandi, dirinya mandi lebih dulu sebelum Rio bangun. Setelah Bima selesai semuanya, Bima bersiap-siap berangkat pergi ke kampusnya. Tapi saat melihat Rio tidak bangun-bangun dari tidurnya, Bima mencoba untuk membangunkan Rio.
"Heh, tuan... Bangun kena.... Oh astaga, badannya panas sekali." seru Bima.
Bima bingung, di satu sisi ia akan pergi kuliah, tapi teman satu kostnya sedang sakit. "Bodo amat ah..."
Bima akan tetap pergi kuliah, tapi saat hendak membuka pintu ia menoleh lagi ke arah Rio. "Haiiisssh.... Tidak tega juga aku melihatnya, kalau dia kenapa-kenapa terus mati disini, kan tidak lucu."
Bima meletakkan kembali barang-barangnya, ia mengambil alat pengukur suhu badan. Bima melihat suhunya tinggi, kemudian Bima menelpon Sakti untuk memeriksa. "Halo kakak ipar, bisa kah kamu membantuku?"
"Ada apa dek?" sahut Sakti dari sebrang sana.
"Ini ada teman satu kost ku sakit, aku tidak tega melihatnya." seru Bima.
"Kirim alamat kost mu, aku akan segera kesana bersama abang Surya." sahut Sakti.
Bima mematikan telepon itu dan mengirim alamat kostnya. Selang beberapa menit, mereka sampai. Sakti langsung memeriksa keadaan Rio. Setelah selesai Sakti berbicara. "Demam biasa, badannya ada bintik-bintik merah, sepertinya alergi sesuatu. Ini kakak berikan resepnya nanti kamu beli di toko obat terdekat juga ada."
"Terimakasih, aku mau pergi kuliah tapi tidak tega meninggalkannya." ujar Bima.
"Bilang saja kalau kamu malas kuliah, ya sudah tidak apa-apa. Lagi pula dia tampan juga, cocok untukmu." seru Surya.
"Abaang, ish... Belum tentu dia seperti itu. Sudah sana pergi kerja kalian, aku mau belikan obat dan sarapan dulu." sahut Bima.
"Ya sudah kamu hati-hati ya, kalau ada apa-apa hubungi abang ya adikku sayang." seru Surya.
Bima mengangguk, Surya dan Sakti pergi meninggalkan kost Bima. Bima menutup pintu lalu pergi membeli obat, buah, dan sarapan. Bima kembali ke kostnya, ia melihat Rio yang sedang berusaha bangkit dari tidurnya. Bima berbicara. "Eh, jangan bangun dulu... Tiduran lagi saja..."
Bima meletakkan barang bawaannya lalu membantu Rio untuk berbaring lagi. Kemudian Rio berbicara. "Saya ingin buang air kecil."
"Oh, ya sudah aku bantu." Sahut Bima.
Bima memapah Rio yang lemah ke kamar mandi, saat sampai di pintu kamar mandi Bima melepaskan Rio, tapi karena Rio lemah hampir saja jatuh. Rio berbicara. "Ikut masuk saja, pegangi saya."
"Hmmm..." sahut Bima.
Bima memegangi Rio yang sedang buang air kecil, tapi Bima membuang wajahnya dan tidak melihat itu. Setelah selesai buang air kecil, Bima membawa Rio kembali ke tempat tidurnya. "Sekarang jangan tidur lagi, sarapan dulu ya. Aku sudah belikan sarapan, obat, dan buah."
Rio mengangguk, Bima mengambil sarapan yang di belinya tadi dan menyuapkan makanan ke Rio. Rio memperhatikan Bima yang sedang menyuapinya makan, merawatnya dengan baik juga telaten. Rio berbicara. "Kamu sudah sarapan? Seharusnya kamu kuliah hari ini."
"Aku nanti saja sarapannya, soal kuliah sebenarnya aku tidak butuh Kuliah juga otakku sudah cerdas." sahut Bima asal.
Tuuuk
"Kamu pikir aku bodoh? Tidak bisa seperti itu, kamu harus kuliah." ujar Rio.
"Aku tadi mau berangkat kuliah, tapi melihatmu sakit seperti ini aku jadi tidak tega. Makanya aku tidak kuliah, lalu memanggil dokter segera mungkin untuk memeriksamu, kalau tuan mati disini kan aku yang repot." seru Bima.
KAMU SEDANG MEMBACA
BL- SENJA
Romance"Dikala Senja mulai datang, rasa rindu itu mulai datang. Di Kala Senja aku menatap langit yang penuh warna abu dan orange. Dikala Senja aku duduk termenung seorang diri, menantikan kehadiranmu yang tak kunjung datang." . . . New Story iman saputra