Chapter 19

202 19 3
                                    

Sudah seminggu lebih suasana diantara Sasuke dan Sakura terasa dingin. Tak ada satupun diantara mereka yang mau mengalah untuk sekedar mengajak berbicara.

Bahkan kemarin, saat Kurenai Sensei membagi kelompok dan mereka mendapatkan kelompok yang sama, Sakura segera meminta Kurenai untuk memindahkan dirinya ke kelompok lain yang tentu saja ditolak mentah-metah oleh Kurenai.

"Hhhh, aku tak tahan lagi! Hei teme, minta maaflah pada Sakura-Chan" Teriak Naruto

Namun si empu yang diteriaki seolah tak mendengar apapun dan lebih memilih untuk memandang lapangan kosong dari jendela. Naruto kemudian mendekati Sasuke sembari menghentakkan kakinya sekeras mungkin untuk menarik perhatian pemuda cuek itu.

Ia lalu menarik bangku dan mendudukkan dirinya disebelah Sasuke. Pemuda itu menarik lengan yang menjadi tumpuan dagu Sasuke dan sukses membuat pemuda itu beralih menatap dirinya dengan sorot mata tajam. Tak lupa Sasuke menghentakkan lengan yang masih digenggam oleh Naruto.

"Apa!?" Kesalnya

"Minta maaf pada Sakura-Chan" Ulangnya

"Hhh.. Memang kalau kau jadi aku dan melihat kekasihmu berduaan dengan pria lain di danau, kau takkan marah?"

"Tapi aku takkan sekasar kau, teme!"

"Terserah, aku tak perduli"

"Kau pikir dengan pura-pura tak perduli seperti ini bisa membuat Sakura kembali padamu?"

"Siapa yang ingin dia kembali!?"

"Oh, jadi kau tak perduli kalau mereka semakin dekat? Tahu tidak.. Tadi aku melihat Sakura-Chan tertawa bersama senpai itu di kantin, sepertinya bila kau terus membiarkan suasana diantara mereka sebagus ini... Tak lama lagi kau akan dicampakkan!"

"Tch"

"Dengar, teme. Aku tahu dalam hatimu kau sangat marah, tapi apa kau rela melepaskan Sakura hanya karena kemarahanmu itu? Tidak hanya 1 kali, tapi untuk kedua kali? Kau bodoh, ya?"

Sasuke tak membalas perkataan Naruto, disatu sisi ia takut bila Sakura berpindah ke lain hati. Namun di sisi lainnya, ia masih marah karena merasa dikhianati. Ia tahu Sakura tak menaruh hati pada Toneri, tetapi pemuda itu tak begitu 'kan? Sakura seharusnya menolak saat pemuda itu mengajaknya jalan-jalan.

Intinya ini semua salah gadis itu, jadi Sasuke tak harus meminta maaf padanya. Namun kata-kata Naruto tentang kedekatan Sakura dan Toneri terus berulang di kepalanya. Jujur ia tak ingin Sakuranya berpindah hati, apalagi pada pemuda cantik seperti Toneri. Mereka tak cocok bersama.

Krieeettt

Pintu kelas terbuka menampakkan Sakura dan teman-temannya yang baru saja kembali dari kantin. Wajah yang tadinya masih berseri-seri langsung berubah 180° begitu bertemu mata dengan Sasuke. Melihat hal itu, Sasuke kembali mengalihkan wajahnya ke jendela.

Naruto menghela napas kasar melihat kelakuan sahabat masa kecilnya ini. Naruto geram dan kesal, padahal baru saja mereka berbaikan... Kini sudah kembali seperti semula. Dilihatnya Sakura yang sedang memanggil dirinya untuk membagikan beberapa cemilan seperti Dorayaki dan susu cokelat.

"Sakuraaa-Chaannn, aishiteruuuuu" Balas Naruto begitu menerima roti dari Sakura

Sakura hanya terkekeh dan mengelus puncak kepala Naruto yang segera berganti menjadi jitakan keras. Naruto meringis kesakitan dan mengadukan perbuatan Sakura pada kekasihnya. Hinata hanya geleng-geleng kepala melihat Naruto. Namun tak urung ia meniup kepala pemuda yang baru saja dijitak oleh sahabat bar-barnya.

"Hei, Naruto... Makanya jangan dekati banteng pink itu kalau tidak mau diseruduk" Celetuk Sasuke tanpa mengalihkan sedikitpun pandangannya dari jendela. Padahal nyatanya ia memperhatikan seluruh gerak-gerik kekasih dan teman-temannya melalui pantulan jendela itu.

"Apa kau bilang!?" Amuk Sakura, wajahnya memerah dan kedua bola matanya mengeluarkan api yang berkobar marah karena tak terima dikatai banteng pink

"Merasa tersindir, eh?" Kini Sasuke sudah menghadap ke arah Sakura

Sakura tampak memejamkan matanya mencari ketenangan lalu membalas perkataan Sasuke dengan seringaian mengejek.

"Pfftt, tolong ngaca ya pak. Siapa sih yang kemarin main pukul orang? Bukankah itu Anda pak Banteng?"

"Apa!?" Sasuke berdiri dan menjatuhkan kursinya

Ia kemudian berjalan menghampiri Sakura yang kini sedang bersidekap dada. Teman-teman Sakura dan Sasuke meneguk ludahnya takut akan yang terjadi nantinya. Tampaknya badai akan melanda kelas mereka sebentar lagi.

"Kau pikir siapa orang yang membuatku sampai harus berbuat begitu?"

"Kalau saja kau menyempatkan sedikit saja waktumu untuk menghubungiku.. Aku takkan menunggu lama dan berakhir pergi bersamanya. Lalu, memang apa salahnya jika aku jalan-jalan bersama senpai? Kami bahkan tak melakukan apapun selain melihat pemandangan"

"Kalau saja kau sadar sudah punya pacar, pasti kau takkan terbujuk ajakannya!"

"Ucapanmu berlebihan, Sasuke. Aku dan dia hanya jala--"

"Dia mengelus rambutmu!"

"Dia begitu karena menganggapku sebagai kouhai nya, Sasuke!"

"Ha! Senpai macam apa yang menatap kouhai nya dengan penuh cinta?"

"Dia tidak begitu! Kau salah paham!"

"Tidak, aku sangat paham akan tatapan itu!"

"Ughhh... Terserah! Kau benar-benar membuatku kesal!" Sakura kemudian membalikkan tubuhnya dan beranjak untuk keluar kelas

"Kau mau kemana!?"

"Ketempat senpai yang menatapku penuh cinta!"

"Hei, Sakura!" Sasuke berniat untuk mengejar gadis itu, namun segera dihentikan oleh Naruto

"Kubilang minta maaf, kenapa kau malah mengajaknya berkelahi!?" Tanya Naruto tak habis pikir dengan sahabatnya ini

Sasuke mendudukkan dirinya di kursi Sakura. Menghela napas kasar dan menumpu wajah kusutnya dengan sebelah tangan.

"Apa yang harus kulakukan?" Tanyanya lelah

Naruto kemudian tampak berseri-seri mendengar perkataan Sasuke. Sepertinya sahabatnya sudah siap untuk mendengarkan nasihatnya dengan patuh. Ia kemudian menyuruh Sasuke untuk menyiapkan kejutan dengan tujuan meminta maaf pada Sakura. Ia juga berkata bahwa ia akan membantu Sasuke menyiapkan kejutan tersebut. Dengan enggan Sasuke mengangguk pertanda bahwa ia setuju dengan pendapat Naruto.

Disisi lain, Sakura sedang membolos sendirian dan duduk ditepi danau tempat dimana ia dan Sasuke bertengkar kemarin. Ia melempar batu kerikil ke dalam air danau. Berharap amarah didalam dadanya ikut terlempar bersama batu itu.

"Ughhh, Sasuke benar-benar menyebalkan! Apa? Tatapan penuh cinta!? Ha! Memangnya dia tau bagaimana tatapan itu? Dia saja tak pernah sekalipun menatapku dengan tatapan penuh cinta"

Sakura merebahkan tubuhnya di rerumputan dan menatap langit dengan sendu. Memikirkan alasan mengapa Sasuke sebegitu marahnya padanya. Apakah dia benar-benar salah? Apakah dia harus meminta maaf pada pemuda itu?

Aghhh, Sakura tidak tahu! Biarkan saja, ia tak mau peduli!

"Hei, Sakura!"


Wahhh, ternyata masih ada yang baca... Huhu T_T

Minna hontou ni arigatou :))

Matta konto naa~

Hate And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang