6. Peanut Butter & Blueberry Sandwich

128 14 26
                                    

"Lu ngapain sih orang nggak tau diri gitu masih aja lu urusin?" Geonhak nyerocos sewaktu bangun tidur. Matahari baru saja terbit dan Seoho sudah sibuk di dapur.

"Gue udah bilang itu salah gue."

"Sejak kapan naksir orang itu salah?"

"Naksirnya nggak salah. Tapi gue kan seenaknya aja nulis bilang kita mau ngedate, padahal ngobrol di kantor aja nyaris nggak pernah."

"Yaelah itu kan becandaan doank kali, semua orang juga tau."

"Ya mungkin kak Seokjin tipe orang yang nggak suka dating jadi becandaan?"

Geonhak menghela napas panjang. "Lu tuh, selalu deh kayak begini kalau naksir orang. Makanya kalo lu dah punya cem-ceman baru, yang stress tuh gue."

"Nggak usah posesif gitu sama gue. Gue udah gede."

"Bukan itu. Dari jaman SMP, SMA, sampe sekarang, lu tuh bucin berat kalau udah naksir orang. Mending kalau terus terang menyatakan cinta. Ini sih kasih kode nggak jelas."

"Inget nggak, pas SMP lu bisa sehari dua kali keluyuran di kompleks apartemen kecengan lu, jogging lah, bawa anjing jalan-jalanlah, beli makanan lah."

"Pas SMA lu tiap hari request lagu ke radio buat kecengan lu. Sekarang bento?"

Seoho tertawa kecil, tetap fokus dengan masakannya. "Apal banget ya lu?"

"Ya karena gue yang nemenin lu terus. Gue yang kesel lihat lu nggak dapat perhatian balik yang layak lu dapatkan."

Seoho tiba-tiba memeluk Geonhak. "Temen terbaik emang lu."

Geonhak mendengus. "Udah sih. Berhenti. Gue yakin tuh orang sakit jiwa atau paling nggak sedang stress. Nggak akan bener juga lu sama dia."

"Hih, jangan ngomong seenaknya. Lu nggak tau aslinya dia kayak gimana."

"Gue taunya dia orang yang nggak minta maaf sama sekali setelah dia nonjok lu seenaknya. Harusnya gue ancurin aja mukanya itu kemaren. Buat apa gue angkat beban siang malam kalau ngelindungin teman gue aja nggak bisa."

"Bukan nggak bisa. Nggak gue kasih ijin." Seoho tertawa kecil.

"Ijinin lah. Gila kesel banget gue kalo inget."

"Ya jangan diinget-inget."

"Buset dah, Seoho."

"Udah sih. Yang menderita gue kenapa lu yang ribut?"

"Karena gue nggak tahan lagi ngeliat lu cuma cengangas cengenges diperlakuin buruk gitu. Sementara gue yang liat kerasnya usaha lu malah pengen nangis jadinya."

"Jangan. Lu jelek kalo nangis."

"Bangsat."

"Nih, mending bantuin jadi tester lagi. Enak nggak?"

"Apa ini? Sandwich?"

Seoho mengangguk. "Gue bikin yang ringan dan manis biar Kak Seokjin happy lagi."

Geonhak menghela napas kesal, tapi tidak mampu menolak permintaan sahabatnya itu.

Digigitnya roti lapis yang disodorkan Seoho. Mengernyit. "Aneh..."

"Coba dikunyah dulu."

"Ho, ini isinya apaan sih?"

"Kasih tau dulu, enak atau nggak?"

"Aneh, Ho..." Ia mengunyah lagi perlahan. "Tapi lama-lama lumayan juga."

Seoho tertawa kecil.

"Apaan ini? Beneran kasih tau gue atau gue ke kantor lu buat gebukin Mas Seokjin lu itu sekarang juga."

Bento Days [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang