14. Flower Fettuccini

110 13 15
                                    

Seokjin menatap ke screen presentasi di ujung ruang rapat dengan pandangan kosong. Jemarinya membeku di atas keyboard laptopnya.

Perfeksionis dalam dirinya terus mengingatkan dirinya untuk lebih memperhatikan apa yang sedang dipresentasikan Namjoon. Bagaimanapun nanti akan jadi tanggung jawabnya untuk menyampaikan konsep dari timnya kepada klien.

Anehnya di telinga Seokjin suara Namjoon yang penuh semangat justru kalah keras dengan teriakan dan tawa samar dari luar ruangan.

"Bye Seoho. Sampai ketemu lagi. Sukses ya kuliahnya."

"Iyaaaa Kaaaak. Sampai ketemu lagi!"

"Kuliah yang bener. Jangan kebanyakan nonton anime."

"Hahaha! Nggak Janjiii!!!"

Seokjin menunduk, perlahan-lahan menghembuskan napas panjang. Berusaha mengatur pembawaannya.

Dia harus terlihat bersemangat. Dia pemegang award karyawan terbaik di perusahaan ini, dia tidak boleh terlihat tidak profesional.

Apalagi, tidak di depan Namjoon yang terus-menerus meliriknya. Tapi Seokjin menemukan bahwa perhatian yang tidak pada tempatnya itu tidak lagi terlalu mengganggunya.

Paling tidak, tidak semengganggu suara cekikikan yang terdengar di luar. Suara tawa yang baru semalam ia dengar saat mereka meneguk gelas demi gelas wine di bar.

Sejujurnya ia tidak ingat apapun tentang semalam. Bukan karena ia mabuk, melainkan karena pikirannya hanya penuh oleh Seoho yang berusaha keras menjelaskan proses evolusi Digimon dan bagaimana Seokjin terus mengulur agar minum-minum mereka tidak terlalu cepat selesai.

"Seokjin, catet donk. Gue ada ide konsep." Tiba-tiba Yoongi berbisik, mentowel bahu Seokjin yang terlonjak kaget.

"Eh. O-oke. A-apa idenya?" Seokjin buru-buru berusaha menutupi kalau ia tadi melamun.

"First love."

"Hah? First love? Ini mobil, Nggi. Bukan sesuatu yang baru. Konsumen pasti udah pernah punya mobil sebelumnya."

"Nope. Ini mobil listrik. Switching cost target konsumen dari mobil bensin gede banget. Harganya mahal, teknologinya sangat baru, target konsumen pasti nggak yakin sama resiko yang harus mereka tanggung kalau beli."

Seokjin sibuk mengetik.

"Gue kepikiran konsep seperti first love. Dimana lu lihat mobil ini dan lu langsung berpikir dia yang terbaik buat lu. Pokoknya ini jadi satu-satunya yang lu pengen, satu-satunya yang bikin lu kepikiran terus. Semua yang udah lu punya mendadak jelek, kurang. Lu takut buat ganti, tapi dalam hati lu tau cuma satu ini yang bakal bikin lu senang."

Sesuatu dalam diri Seokjin tergelitik. "Lu yakin konsumen bakal beli dengan konsep begini?"

"Yakin. Kecuali yang goblok yang milih bertahan sama yang lama, yang toxic, cuma karena terlalu penakut sama yang baru."

Seokjin mendelik. Yoongi memandangnya balik dengan mata membulat antusias. "Cakep kan konsep dari gue?"

Seokjin mencelos. "Bangsat lu."

"Apaan? Gue ngomongin mobil heu!"

"Fuck you pokoknya."

Yoongi nyengir lebar. "Fuck you too, bestie."

"And he's not even my first love." Seokjin mendesis, melompat bangkit dari kursinya.

Seisi ruang meeting langsung melihat ke arahnya. "Ya tuan KimSeokjin, ada yang ingin disampaikan?"

Tanpa menjawab Seokjin merenggut kotak bentonya, berlari keluar ruangan. Memasuki ruang divisinya dimana pegawai-pegawai berdiri mengelilingi anak-anak magang yang sudah bersiap pulang.

Bento Days [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang