4. Booze Gummy

137 15 18
                                    

Seokjin melangkah masuk ke kantor dengan sedikit terseok. Sapaan resepsionis yang begitu ramah, hanya ditanggapinya dengan anggukan kecil.

Ia masih merasa tidak enak badan. Perutnya masih bergejolak, diikuti dengan keringat dingin yang membanjir. Ia sampai membawa baju ganti, khawatir noda keringat di kemejanya akan merusak penampilannya.

Beberapa langkah melewati pintu masuk, ia melihat sosok yang berputar-putar dalam kepalanya beberapa hari ini. "Si bangsat!" Ia menggumam, serta merta menghambur ke arah pemuda yang sedang meminum soft drink itu.

"Lu ya?! Berani ngerjain senior lu hah?" Seokjin mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencekal tangan Seoho, tapi si pemilik tangan tidak terlihat kesakitan sedikitpun.

Malah memandang dengan kebingungan Seokjin yang merah padam karena kemarahan.

"Selamat pagi Kak Seokjin. Sudah sehat?"

"Nggak usah basa-basi. Itu kerjaan lu kan? Ngaku!"

"Aku ngerjain apa, Kak?"

Seokjin mendesiskan makian sambil menarik Seoho ke ruangan loker yang sepi. Didorongnya pemuda itu menghantam jejeran loker.

Lagi-lagi Seoho hanya menyender dengan santai, seakan-akan mengejek Seokjin yang sampai bersimbah keringat saat melakukannya.

Sial kenapa anak ini berat sekali, padahal kelihatannya dia kurus, malah sedikit lebih pendek daripada Seokjin.

"Jujur deh. Bento sialan itu kerjaan lu kan?" Seokjin mendesis agresif dengan kedua tangannya menahan bahu Seoho keras-keras.

"Yang tiap siang Kak Seokjin makan?"

"Yang bikin gue sampai harus izin sakit tiga hari dan bikin gue dimarahin klien kita dan bikin kita semua harus lembur karena deadline molor."

"Kak Seokjin memang ada buktinya?"

"Bukti apaan?"

"Kalau aku yang bikinin bekal makan siang itu?"

Seokjin tergagap. Iya. Dia tidak memiliki bukti. Untuk bisa mengecek CCTV ia membutuhkan izin dari atasannya.

Tapi Seokjin lebih baik sakit perut daripada harus bertemu orang itu.

Seoho meringis. "Nggak ada ya, Kak?"

Seokjin megap-megap. Wajahnya mulai terasa panas. Langsung membuang muka. Anak magang kurang ajar ini nggak boleh tahu kenyataannya. "Pokoknya, gue tau itu lu."

Seoho tersenyum. "Ya udah. Kalau Kak Seokjin pikir itu beneran aku, mudah-mudahan Kak Seokjin nikmatin bentonya."

"Jadi bener lu?"

"Kalau kak, kalau."

"Gimana maksudnya? Gue nggak ngerti."

"Kalau itu beneran dari aku, mudah-mudahan Kak Seokjin suka masakan aku. Tapi, kalau ternyata bukan dari aku, ya nggak tau, kak Seokjin suka atau nggak?"

Seokjin bengong. Matanya memutar menatap langit-langit sambil otaknya mengulang-ulang kalimat Seoho. Memutar-mutar posisi kata-katanya, berusaha memahami maksudnya.

Matanya mengerjap-ngerjap, mencoba berpikir lebih keras. Tanpa disadari, mulutnya ikut menganga makin lebar.

Usahanya gagal, dan konsentrasinya buyar oleh tawa cekikikan Seoho.

Seokjin mendecih kesal, melangkah mundur.

Seoho benar. Seokjin tidak punya bukti. Hanya kecurigaan karena bento berwasabi itu datang langsung setelah ia merecoki Seoho sepanjang weekend.

Bento Days [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang