Bab 3

315 14 1
                                    


"Apa anak lulusan SMA sepertiku boleh diperlakukan begitu? Apa kemampuan yang dimiliki tak ada gunanya jika tak ada gelar? Apa dunia kerja hanya mementingkan orang yang bergelar tinggi tanpa pengalaman, bakat ataupun kemampuan?" Batin Alexa setelah ia keluar dari ruang HRD. Semakin ia memikirkannya semakin membuat kepalanya pusing. Ia pun berjalan keluar kantor dengan lesu. "Pukul 11.15, sudah mulai siang ternyata." Kata Alexa sambil melihat jam tangannya dengan lemas. Ia belum sarapan selain selembar roti tawar yang ia ambil di meja makan panti. Alexa pun memutuskan untuk mencari makanan dahulu. Kemudian di seberang kantor ia melihat ada rumah makan padang, ia bergegas menyeberang dan masuk ke rumah makan tersebut. Ia pun memesan makanan dengan lauk hanya telur dadar dan ayam goreng 1 potong dengan kuah dan sambalnya yang khas, juga memesan segelas es teh manis. Usai makan ia membungkus beberapa potong ayam dan rendang untuk dibawa pulang dan dimakan bersama dengan anak-anak panti. "Berapa bu?", tanya Alexa seraya menerima makanan yang sudah dibungkus. "Totalnya semua 150 ribu mbak.". Alexa terkejut dengan nominal yang dikatakan ibu penjual tersebut. "150 bu?", ucap Alexa memastikan. "Iya mbak, 150.", jawab ibu penjual itu lagi. Alexa segera mengeluarkan tiga lembar uang 50 ribuan dan membayarnya.
Di sepanjang jalan menuju halte, Alexa hanya bergumam saja karena masih kaget dengan harga makanan yang ia beli. "150 ribu? Kenapa begitu mahal? Padahal aku hanya membungkus beberapa potong ayam dan rendang untuk anak-anak di panti. Dan aku juga memilih makanan yang paling murah. Haaa..". Alexa hanya bisa menghela napas panjang. Alexa sudah pusing dengan kemungkinan besar ia ditolak dari pekerjaan yang ia lamar dan sekarang pusing karena membeli makanan dengan harga yang mahal. Akhirnya sepanjang jalan pulang ia hanya melamun saja di dalam bus.
Tak lama kemudian, bus sudah berhenti di depan halte dekat panti Alexa. Ia pun turun dan melangkah gontai menuju pantinya yang berjarak sekitar 300 meter dari halte. Setelah sampai di panti, Bu Linda dan adik-adik panti menyambutnya. Pusing yang dirasakan Alexa sepanjang perjalanan pun lenyap karena melihat mereka semua. Ia pun segera masuk ke panti dan menyerahkan bungkusan makanan yang ia bawa ke Bu Linda, kemudian menuju ke kamar mandi untuk mencuci tangan serta kakinya dan berganti baju. Usai membersihkan diri, Alexa keluar dari kamar dan menghampiri Bu Linda yang ada di dapur untuk menyiapkan makanan yang sudah ia bawa tadi. Bu Linda bertanya, "kenapa kamu repot-repot membungkus makanan? Ibu kan memberikan kamu uang itu untuk kamu saja, tak perlu membawakan makanan seperti ini. Ini pasti mahal.". Dengan senyum Alexa menjawab,"tak apa bu, sesekali makan enak juga gak masalah kan? Lagipula gak setiap hari Alexa bisa membelikannya.". Meskipun ia memang merasa makanan yang ia beli harganya mahal, tapi membayangkan melihat Bu Linda dan adik-adiknya tersenyum sambil menikmati makanan itu pun ia merasa sangat bahagia.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 3.30 sore. Alexa pun mandi dan membersihkan diri untuk kemudian membantu Bu Linda menyiapkan makan malam. Usai mandi, hp Alexa yang ia letakkan sembarangan di kasur berdering. Alexa segera melihat ke layar hp,"nomor tak dikenal?", Ucap Alexa sambil mengeringkan rambutnya. Ia pun menjawab teleponnya, "halo, nona Alexa?". Terdengar suara berat seorang pria dari seberang telepon. "Iya benar, ini siapa ya? Dan ada perlu apa?", tanya Alexa dengan bingung. "Saya HRD dari perusahaan Theedens Group. Saya sudah menerima email yang nona Alexa kirimkan ke perusahaan kami. Bisakah besok anda datang ke perusahaan kami dan menemui saya pukul 9 untuk interview?", tanya lelaki tersebut yang ternyata adalah HRD. Alexa pun terdiam sejenak, ia tak menyangka perusahaan besar, bahkan bisa dibilang ia adalah rajanya perusahaan yang menguasai beberapa bidang itu akan memanggilnya untuk interview. Ia masih tak habis pikir, "Theedens Group? Perusahaan yang bergerak di bidang industri hiburan, periklanan, dan juga perhiasan? Yang sebentar lagi akan terjun ke industri kuliner? Memanggilku untuk interview? Aku yang hanya lulusan SMA? Apa ini mimpi?", pikir Alexa yang masih diam. "Halo? Nona Alexa?", Terdengar suara panggilan dari telepon yang membuyarkan pikiran Alexa dan tergagap segera menyahut, "iya?". Kemudian HRD tersebut bertanya lagi, "bisakah anda menemui saya pukul 9 besok pagi untuk interview di Theedens Group?". Alexa tak habis pikir, ia segera menjawab kegirangan, "iya bisa. Akan saya usahakan sampai tepat waktu besok.". HRD tersebut langsung menjawab, "baik. Besok segera saja ke kantor dan bilang ingin menemui Pak Tony HRD. Jika ditanya, bilang saja sudah membuat janji dengan saya.", kata HRD tersebut yang ternyata namanya adalah Pak Tony. "Baik Pak Tony, terimakasih." Jawab Alexa kegirangan, kemudian menutup teleponnya dan segera berlari menemui Bu Linda untuk menyampaikan kabar bahagia tersebut.

Kembalinya sang Nona Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang