POV Chris
*Di ruang presdir*
Chris yang tengah sibuk dengan tumpukan berkasnya tiba-tiba mendengar suara ketukan pintu. "Masuk.", perintah Chris dengan tegas. "Permisi pak, saya ingin memberikan laporan admisintrasi mingguan ini.", terdengar suara gadis masuk ke ruangannya sambil memberikan berkas laporan. Chris kemudian melihatnya dan sedikit terkejut, sosok itu adalah sosok gadis yang tak sengaja menabraknya kemarin dan memiliki aroma parfum lemon. "Ehem, taruh saja disitu.", Chris menjawab sambil berkejap agar menenangkan pikirannya. "Baik pak, saya taruh disini ya. Saya permisi dulu.", katanya seraya memberi hormat. Tak sengaja Chris melihat kalung yang dipakai gadis tersebut ketika ia hormat. "Kalung perak dengan liontin kerang? Dimana ia mendapatkannya?", batin Chris "Hei, siapa namamu?", tanya Chris basa basi. "Saya Alexa, pak.", jawab Alexa. "Boleh saya bertanya? Darimana kamu mendapatkan kalung yang kamu pakai?", Chris bertanya dengan sangat penasaran. "Oh, ini pak? Ini sudah ada bersama saya sejak lahir. Kenapa pak memangnya?", Alexa balik bertanya. "Oh, gapapa. Kalung itu mengingatkan saya dengan mendiang istri saya. Kebetulan namanya mirip denganmu.", ujar Chris. "Yasudah, silahkan kembali bekerja.", lanjutnya. "Baik pak, saya permisi.", balas Alexa.
Chris mengambil foto pernikahannya yang ia taruh di laci dan menatapnya, entah apa yang ia pikirkan. "Sayang, seperti apa anak kita sekarang ya? Umurnya pasti sekitar 20 an. Ketika lahir katanya perempuan, pasti ia cantik seperti kamu.", gumam Chris. "Sayang, aku merindukanmu dan anak kita.", lanjutnya sambil memeluk foto pernikahannya.***
Tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, Chris segera membereskan berkas-berkas pekerjaannya dan pulang ke rumahnya. Saat di jalan, ayahnya meneleponnya. "Halo, Chris. Kamu sudah pulang? Malam ini ada kerabat ayah yang mengadakan ulang tahun untuk putrinya. Kamu datang ya ke hotel Hyatt.", ujar ayahnya seraya tak memberi kesempatan untuk Chris bicara. "Ini pasti siasat ayah untuk menjodohkanku lagi.", Batinnya. "Ayah, Chris lelah. Chris mau istirahat, maaf Chris gak bisa ikut.", jawab Chris sambil mematikan teleponnya. Tak lama kemudian, ayahnya menghubunginya lagi. "Hei, Chris! Ayah belum selesai bicara, kenapa langsung dimatikan? Ayah gak mau tau, pokoknya kamu harus ikut ke acara kerabat ayah.", ujar ayahnya dengan nada kesal lalu mematikan teleponnya. Chris hanya menghela napas, ia segera putar balik menuju hotel Hyatt yang dimaksud ayahnya.
Sesampainya di hotel, matanya mengelilingi aula hotel untuk mencari ayahnya. Ketika menemukan ayahnya, ia bergegas menghampirinya. "Ayah.", panggil Chris. "Oh, Chris. Kamu sudah datang? Nih, kamu masih ingat om Irwan? Hari ini ulang tahun putri bungsunya yang ke 30 tahun.", kata ayahnya dengan semangat sambil mengenalkan kerabat di sampingnya. Chris hanya membalasnya dengan tersenyum. "Ayah..", terdengar suara nyaring wanita dari belakang Chris. Ia dan ayahnya pun menengok ke belakang Chris. "Oh, Laura? Wah, tambah cantik kamu ya. Andai om punya menantu sepertimu, pasti akan sangat bahagia.", ujar Ayah Chris sambil melirik Chris. Laura yang mendengarnya tersipu malu di belakang Chris. Chris hanya diam dan menatapnya dingin. "Oh, Laura. Kapan kamu datang? Gak bilang-bilang ayah?", tanya om Irwan yang adalah ayah Laura. "Surprise..", jawab Laura. "Oh, iya. Riana mana yah? Laura mau kasih kado ni buat dia.", lanjut Laura. "Adikmu? Dia sedang bersama teman-temannya tu ngumpul.", jawab om Irwan sambil menunjuk ke area pojok tempat adiknya berkumpul. "Oh iya, Chris dan om Rio jangan pulang dulu ya. Laura ada sedikit kenang-kenangan dari L.A", kata Laura sedikit manja sambil berlalu menuju adiknya. Ia memang sudah lama menyukai Chris, tapi Chris tak pernah menggubrisnya. Malah ia selalu disikapi dengan dingin.
"Ayah, kalau gak ada hal lain Chris pulang aja ya. Chris lelah seharian kerja dan langsung kesini tanpa istirahat.", pinta Chris yang tak ingin lebih lama lagi di pesta tersebut. Lebih tepatnya, tak ingin bertemu Laura lagi. "Kamu gak denger tadi Laura bilang apa? Jangan pulang dulu. Udah, kamu disini sampai acara selesai. Lagian kamu juga pulang gak ke rumah ayah tapi rumahmu sendiri. Kamu gak mau luangkan waktu buat orangtua kamu?", tanya ayahnya. Chris hanya menjawab dengan senyum kecut, dengan berat hati Chris menuruti ayahnya.
Ia tak ingin ada di dalam pesta, akhirnya ia memutuskan ke halaman belakang hotel. Duduk di taman belakang sambil menghisap rokok dan menikmati malam yang dingin, sedikit cukup untuk menghilangkan rasa lelah dan sumpeknya. Tiba-tiba ia teringat dengan kalung Alexa dan berpikir, "kalung gadis tadi seperti kalung yang aku pesan secara khusus untuk istriku. Itu kalung yang aku berikan untuk melamarnya, dan aku ukir nama 'Alexa' di baliknya.", Chris mengingat-ingat momen saat melamar istrinya tersebut. "Sebentar, sepertinya nama gadis tadi juga 'Alexa' kan? Ia memiliki kalung tersebut sejak lahir? Dan ketika anakku lahir, Alexandria coba memakaikan kalungnya untuk anak kita. Kebetulan macam apa ini?", pikirnya.
"Ah, mana mungkin dia anakku? Ketika lahir ada insiden penculikan anak di rumah sakit. Bayi sekecil itu tak mungkin bisa selamat.", Chris sedih mengingat kejadian kelam tersebut. Ia hanya menghela napas sambil memejamkan mata ke arah langit.***
"Om, Chris kemana? Laura kok gak liat?", tanya Laura pada om Rio sambil matanya mencari-cari sosok Chris. "Tadi bilangnya mau ke halaman belakang, Laura. Coba kamu kesana.", jawab om Rio. Laura segera ke halaman belakang dan mencari sosok Chris. Ia melihatnya duduk sendiri di taman belakang sambil merokok, "walau di kegelapan, ia tetap terlihat tampan.", gumam Laura genit. Ia segera menuju ke bangku tempat Chris duduk dan menutup mata Chris dari belakang. "Saya tau ini kamu, Laura.", jawab Chris dingin. "Wah, Chris. Kamu hebat banget bisa tau kalo ini aku.", ujar Laura dengan senyum manja dan langsung duduk di samping Chris. "Gak ada yang berani menyentuh saya walau seujung rambut kecuali kamu.", jawab Chris sinis. "Kan Laura sayang sama Chris, makanya Laura berani sentuh Chris. Jangankan seujung rambut, seluruh badan juga Laura berani sentuh.", kata Laura sambil menyandarkan kepalanya di dada Chris dengan manja dan memainkan jemari lentiknya di wajah Chris. Chris merasa jijik dengan kelakuan wanita ini, ia langsung berdiri dan berkata, "wanita gila!.", seraya masuk kembali ke pesta. "Chris.. Chris.. Chris.. tak lama lagi juga kamu akan jadi milikku.", kata Laura dengan senyuman iblis sambil berjalan riang menyusul Chris ke pesta.
Chris langsung keluar dari hotel dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi untuk pulang. Ia merasa dirinya sangat kotor dan jijik karena disentuh oleh Laura.
Sampai di rumahnya, ia menelepon ayahnya dan beralasan ia pulang lebih dulu karena merasa sangat pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalinya sang Nona Muda [END]
Ngẫu nhiên"Nona Alexa, beliau adalah ayah anda". Kata asisten presdir tersebut. "Hah?! Mana mungkin? Aku tak punya ayah ataupun ibu. Sejak lahir aku sudah tinggal di panti." "Tapi tes DNA ini tak mungkin salah. Anda adalah nona muda keluarga Theedens." Jawab...