BAB XI

3 0 0
                                    

Hayu telah berjanji pada dirinya bahwa sepanjang hari, hanya untuk hari ini saja. Ia akan memasang senyum lebar. Sungguh. Tidak ada wajah datar apalagi kesal. Ini hari bersejarah dalam hidup Meika, dan ia harus berbahagia untuk itu. Oh, tentu saja Hayu sangat bahagia melihat Meika berada di pelaminan. Sangat, sangat bahagia. Namun di hari ini ia juga tahu akan ada pertanyaan yang sama persis yang dilontarkan oleh puluhan pasang mata. Mulai dari kerabat dekat, hingga orang asing yang Hayu bersumpah ia belum pernah bertemu dengan orang itu.

"Hayu yaa..." Sapa salah seorang wanita yang Hayu yakini sebagai Tante Diah, adik sepupunya Etina, kalau Hayu tidak salah.

"Iya, tante. Ya ampun cantik sekali. Tante sampai pangling, kamu sih jarang pulang ke Indonesia." Tante Diah tidak kuasa kagum dengan paras Hayu. "Mana pasangan kamu? Kok sendirian aja."

"Hahaha..." Hayu tertawa kecil. "Tante bisa aja. Tante juga cantik banget kok."

"Waahhh, Hayu yaaa..." Praktis Hayu dan Diah menoleh ke sumber suara. "Ayunee. Dik Etina, mana mamamu. Jaaannn."

"Gimana Bude?" Etina menyahut entah dari mana, dirinya merasa terpanggil. Hayu merasa terselamatkan, entah mengapa ia merasakan tekanan udara yang berbeda di sana.

"Ini ragilmu ayune, kapan mantune?" Tanya Bude Ratih yang Hayu sendiri tidak terlalu ingat kapan terakhir kali mereka bertemu. "Nggak pernah ketemu, sekalinya ketemu dah gadis gini."

"Doakan saja Bude, semoga segera menyusul Meika." Ucap Etina ramah. Sambil melirik ke arah Hayu dengan lembut. Ia tahu bahwa pertanyaan itu juga membuat Hayu merasa tertekan.

Prosesi pernikahan berlangsung lancar dan khidmad. Hayu bisa merasakan kesakralan dari pernikahan Meika. Sejurus mata memandang kebahagiaan dan haru terpancar dari mempelai dan para tamu undangan. Acara pernikahan dilanjutkan dengan foto bersama dengan keluarga dan acara resepsi untuk semua tamu undangan pada hari itu. Kali ini suasana menjadi lebih meriah dan mewah setelah sebelumnya tampak tenang dan khusyuk.

Ini belum apa apa tapi Hayu sepertinya sudah lelah. Tidak, ia tidak kuat. Hari ini terasa begitu panjang. Hiruk pikut para para tamu yang lalu lalang, meja meja prasmanan untuk aneka ragam hidangan, alunan musik khas jawa yang mengalun, orang orang yang begitu banyak mengantri berfoto, serta suara pranata adicara, semuanya membuat Hayu merasa pusing. Hayu memutuskan untuk keluar dari gedung acara pernikahan, mencoba menghirup udara segar.

"Hayu, Hayu!" Panggil seseorang yang segera membuat Hayu menoleh ke arah sumber suara. Bude Ratih. "Sini, Bude kenalkan sama Naufal." Ratih melambaikan tangannya pada Hayu meminta gadis itu untuk mendekat dan kembali masuk ke gedung pernikahan.

Ya Tuhan, Hayu bahkan belum sempat bernapas dengan benar.

***

Daru tersenyum lebar menatap gagah sosok Arsyad yang kini juga tampak sumringah berfoto dengan para tamu undangan. Pria itu rasanya tampak sangat senang menyalami tamu undangan satu demi satu. Entah mengapa Arsyad berkali kali lipat terlihat lebih tampan hari ini. Setelah Arsyad maka kini tinggal Daru sendiri yang belum menikah dari enam persahabatan mereka.

Reynold menyikut lengan Daru. "Kapan nyusul?"

Daru hanya tersenyum manis, semua teman dekatnya memang telah menggodanya selama masa persiapan pernikahan Arsyad.

"Gue denger Alisya pulang yaa?" tanya Reynold sambil menimbang nimbang santai. Setelah Krisna, Reynold adalah sahabat paling dekat dengan Daru. Hanya saja, tentu saja semuanya cukup berubah sejak meninggalnya Kaila. Andaru, Reynold, Alisya, Krisna, dan Hans, adalah lingkaran pertemanan yang paling dekat dengan Daru, namun sejak Kaila meninggal, Krisna dan Daru praktis menjadi sangat renggang yang akhirnya berdampak pada renggangnya pertemanan mereka semua. Terlebih lagi saat mereka semua sudah menikah dan memiliki kehidupannya masing masing. Dan setelah itu Daru menjadi lebih dekat dengan Raditya setelah berbagi kepedihan yang sama.

Your Destiny is My ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang