BAB X

5 0 0
                                    

Tidak ada yang kurang dari sosok Raditya Kamandaka, ia bersinar sebagai penerus utama KM Group, salah satu perusahaan besar di bidang properti. Raditya selalu menjadi sosok yang sempurna sejak ia dilahirkan. Mengenakan three-piece suit dengan jas luar bermodel double breasted berwarna abu abu kotak kotak serta kemeja dalam berwarna hitam, lengkap dengan dasi dengan aksen gold yang membuat laki laki itu tampak begitu mewah dan megah. Krisna melangkah dengan penuh percaya diri, sekilas saja bisa di lihat dengan jelas bagaimana pandangan semua orang tertuju pada kehadiran seorang Raditya Kamandaka, seorang arsitek dan juga Vice President dari KM Group, jabatan yang persis dibawah ayahnya, yang sebenarnya secara tidak langsung ia akan segera menggantikan ayahnya.

"Pak Raditya, Siang ini ada rapat untuk akuisisi Hotel Helena, dan juga untuk proyek Resort di Bali." Ucap Arvia selaku sekertarinya.

"Berarti jadwal saya sore ini kosong kan ya Vi?"

"Iya, Pak. Untuk tiket penerbangan ke Bali sudah saya jadwalkan pada hari kami sore Pak."

"Oke. Tambah dua kursi lagi yaa, atanama Eden Admaja sama Darsih Sulistya."

"Baik Pak."

Semalam ia sudah bernegosiasi, berdiskusi, dan berargumentasi dengan Candra untuk membawa Eden ke Bali bersama Darsih sebagai pengasuhnya. Sebuah perdebatan panjang telah terjadi dengan sangat alot, hingga akhirnya Candra luluh, karena itu juga sebagai bentuk permintaan maafnya Raditya pada Eden. Dan lagi lagi karena Raditya menanamkan ancaman soal hak asuh Eden, itu sebenarnya sangat tidak lucu sekali, akhirnya Candra mengalah dengan berkompromi harus Darsih yang menemani Eden kesana, ia tidak akan terima pengasuh manapun yang Raditya pekerjakan. Tentu saja itu sebuah syarat mudah bagi Raditya, justru itu akan lebih memudahkannya.

"Kalo kamu nggak mau pulang jangan pulang sekalian selamanya, gitu kata Pak Hartadi."

"Bapak tahu soal apa?" tanya Raditya tampak santai.

"Soal Nona Viera masuk rumah sakit, dan soal Pak Raditya membersihkan rumah di Menteng, Pak. Dan juga Ibu akhir akhir ini sering menanyakan kegiatan Pak Raditya, 'Raditya punya pacar ya Vi' gitu Ibu nanyanya Pak." Jelas Arvia dengan santai tanpa mengurangi satu informasi apa pun.

"Terus kamu jawabanya?"

"Nona Viera tidak mengalami sakit parah, mungkin Pak Raditya kangen sama Bu Candra, Pak. Sama setahu saya Pak Raditya nggak pernah keluar untuk menemui wanita Bu. Gimana?"

"Good. Pertahankan."

"Baik. Pak, kalau begitu saya permisi." Tutup Arvia lalu kembali ke meja kerjanya.

Malam harinya Raditya segera singgah ke kediaman utama keluarga kamandaka. Suasana rumah tampak lenggang seperti biasanya tidak ada yang berubah banyak dari rumah itu. Diruang tengah sana ada Eliana, Annisa, dan neneknya tercinta, Yulia. Ia menyapa mereka semua sesaat lalu segera berjalan menuju ruang kerja Hartadi.

"Gimana gimana? Papa kenapa manggil Radit pulang?" tanya Raditya santai. "Kantor nggak ada masalah tuh kayaknya."

"Kantor nggak bermasalah, tapi hidupmu yang bermasalah." Tandas Hartadi tegas. "Papa nggak habis pikir hidupmu jadi berantakan begini."

"Papa maunya hidup Raditya gimana?" tanya Raditya santai.

"Kamu baik baik aja hidup seperti ini?"

"Ya gimana? Nikah udah, punya anak udah, cerai udah, terus apa lagi yang mau dicari?"

"Candra. Papa dengar kamu menghentikan pencarian Candra."

"Ya gimana, Raditya mau dia bahagia. Raditya udah ketemu sama dia."

Your Destiny is My ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang