BAB VI

11 0 0
                                    


Raditya masih mengingat dengan baik setiap senyuman Candra, rutinitas pagi yang selalu membuat hatinya tersenyum. Candra akan memanyunkan bibirnya setiap kali membangunkan dirinya, sebab ia selalu sudah selesai mandi, lalu sering kali ia akan mengibaskan rambut basahnya ke wajahnya agar tetesan air dari rambutnya jatuh membasahi wajahnya. Ia lalu akan tersenyum sambil mengusap wajahnya yang basah. tidak pernah ia sangka rutinitas itu akan menjadi hal paling menyakitkan untuk diingat, tidak pernah ia kira akan bangun tanpa Candra disisinya. Rasanya kemarin ia masih merasakan aroma Candra disekitarnya, masih dengan parfum khas Candra yang tidak pernah memudar di kamar ruangan mereka, bahkan hingga hari ini.

Raditya kembali membuka kamar dirinya dengan Candra. Ia kembali membuka kastil kecil yang ia bangun bersama Candra sepuluh tahun yang lalu. Ia ingat betul bahwa itu menjadi proyek pertama yang ia buat khusus untuk pernikahannya dengan Candra. Tidak ada satu wanita manapun yang bisa menggantikan Candra dihatinya, tidak dengan Rose.

"God." Pekik Annisa yang datang menghampiri Raditya di rumahnya dengan Candra. "She is comeback, right?"

Mata Raditya terbelalak. "How do you know?"

Annisa mendesah kesal tidak mengerti sama sekali. "Dia lagi dateng ke perusahaan iklan yang kebetulan sedang bekerja sama dengan gue."

"Is she done well?"

"Totally not easy but yeah. Gue bilang, gue yang bakal bantuin dia promosi secara suka rela lewat sosmed gue. Gue juga menawarkan kalo dia butuh bantuan apa apa tinggal bilang gue." Jelas Annisa. "She is still my sister. Unlucky her meeting you."

"Gue juga sedang berusaha menyelesaikan semuanya nih."

Annisa mendesah. "Lo emang sesuatu yaa."

"Gue masih sah suami dia."

"Rose?"

Raditya hanya terdiam diiringi dengan desahan Annisa. "Could believe that we share the same fucking DNA. Don't be a bastard twice, dude!"

"I felt sorry for her, but I never lie to her." Ucap Raditya dengan sisa sisa ketulusan yang ia punya.

Annisa memandang Raditya dengan seluruh kepercayaan yang ia punya. Meski ia benci mengakuinya ia tahu bahwa Raditya adalah salah satu makhluk yang paling bodoh untuk urusan berbohong. Sejauh kehidupan Raditya dalam ingatannya ia tidak pernah mendapati laki laki berbohong, ia juga tidak pernah mencoba membodohi seseorang apalagi perempuan.

"Gue nggak pernah berjanji apa pun sama Rose selain akan menjadi ayah bagi Viera." Pungkas Raditya bersungguh sungguh sambil menatap Annisa.

"Mama, Papa udah tau?" tanya Annisa kemudian sambil memasang wajah masam.

Raditya menggelang. "Gue mau ngejelasin semuanya dulu ke Candra. Baru habis itu gue bilang ke Mama sama Papa."

"Sekalipun gue nggak ada hak ikut campur urusan dapur lo, tapi sejauh ini gue masih ada di pihak Candra, no matter what!" Pungkas Annisa, sekalipun Candra bersalah karena langsung pergi tiba tiba dan sempat membuat Raditya kehilangan akal sehatnya sesaat, ia masih berada dipihak Candra. Setelah seluruh luka luka yang Candra alami pastilah wanita itu ingin melarikan diri dari semua hal yang ada. Dan ia sama sekali tidak menyalahkan Candra atas semua itu.

"I know, and I am always thankful for that."

Raditya sendiri sebenarnya tidak tahu bagaimana cara menjelaskan semua hal yang telah ia alami dalam hidupnya kepada Candra. Entah harus darimana cerita Panda ini dimulai olehnya, tapi yang pasti ialah ia harus segera menemukan waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya pada Candra.

Your Destiny is My ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang