Haruto, seorang anak kecil berusia 12 tahun. Anak keturunan Jepang-Korea yang kini menetap di sebuah kota pelabuhan, Yeosu.
Ia hanya seorang anak biasa. Berteman layaknya bocah SD pada umumnya. Tidak ada yang spesial tentangnya. Ya, ia hanya seorang biasa.
"Ruto-ya!"
Brukk
"Akh! Ya! Park Jeongwoo! Ck, lihat akibat perbuatanmu.", Haruto mendengus sebal sembari menunduk untuk mengambil ponselnya yang terjatuh akibat sergapan anak kecil lainnya, Park Jeongwoo.
Tentang Jeongwoo, ia adalah teman pertama Haruto sejak Haruto pindah ke Korea Selatan 4 tahun lalu. Anak lelaki dengan kulit kecoklatan khas milik anak pesisir itu merupakan anak yang energik dan penuh kejahilan. Tak jarang Haruto yang polos menjadi korban penipuannya.
"Ah.. maaf.", ucap Jeongwoo dengan kekehan canggung.
"Untung saja tidak rusak.", ucap Haruto yang kini telah berdiri sembari mengecek ponselnya depan belakang.
"Habisnya kau terus menerus melihat ponselmu sih. Memangnya kau dapat sinyal di tengah laut begini?", ucap Jeongwoo sedikit mengintip ke arah layar ponsel Haruto.
"Tidak ada. Makanya aku sedang mencarinya.", jawab Haruto sembari mengangkat ponselnya, berharap benda pipih itu dapat menangkap sinyal.
"Ya! Kalau begitu kau tidak bisa mendapatkan sinyal. Tanganmu kurang tinggi.", Jeongwoo meraih pergelangan tangan Haruto, mendorongnya agar lebih tinggi.
Kedua anak laki-laki itu berlomba mencapai titik tertinggi yang bisa mereka raih dengan tangan mereka. Sekarang siapa yang harus memberitahu mereka tidak ada gunanya melakukan hal itu di tengah laut. Mereka sedang berada di atas kapal yang akan membawa mereka kembali ke Yeosu setelah selama 2 malam mereka menginap di sebuah pulau untuk kegiatan penamatan SD mereka.
"Ya! Jangan mendorongku.", keluh Haruto merasa tubuh Jeongwoo yang terlalu condong ke arahnya.
"Sebentar, kurasa kita akan mendapatkan sinyal kalau seperti ini."
"Ya!"
"Geser lagi, Ruto."
Tubuh Jeongwoo terus terdorong ke kiri, membuat Haruto terpaksa semakin terdorong ke pembatas kapal.
"Coba di luar.", ucap Jeongwoo menuntun tangan Haruto ke luar dek kapal dengan posisi keduanya kini bersandar pada pembatas dek setinggi dada mereka itu.
"Eo, ya..."
"Eh?"
Kaki Jeongwoo yang telah menjinjit sejak tadi kehilangan keseimbangannya. Matanya membesar kala dirasanya tubuhnya semakin miring dan tanpa sengaja mendorong tubuh Haruto pada bagian pembatas dek kapal yang hanya dibatasi rantai. Bagian kapal yang diperuntukkan sebagai akses keluar masuk muatan saat di darat.
"Jeong...woo?"
Splash
"RUTO!", teriak Jeongwoo panik.
Haruto baru saja tercebur ke dalam laut. Jeongwoo yang panik mencari alat apapun yang bisa dipakainya karena melihat Haruto yang mulai melambaikan tangan meminta tolong.
"To.. tolong...", suara teriakan Haruto membuat Jeongwoo semakin panik.
"Woo...", panggil Haruto lagi sementara kapal itu terus berlayar menjauh dari titik jatuh Haruto.
"S-sebentar... sebentar...", ucap Jeongwoo benar-benar panik. Namun kaki dan tangannya tak bisa bergerak. Tubuhnya kaku seketika. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
"Woo...", teriakan Haruto semakin kecil dan pelan terdengar.
Mata Jeongwoo menatap tubuh Haruto yang meronta di atas laut. Semakin jauh, semakin kecil, semakin tenggelam. Jeongwoo tak bisa berbuat apa-apa. Ia benar-benar terdiam. Dadanya sesak dan jantungnya berdegup cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Wave [Haruto x Junkyu] Harukyu AU
FanfictionA story about a merman who went to surface, only to meet his human friend, but ended up have to find his true love. At least that's what he believe at first.. Until he find out that land will never be his place. bxb area 100% fiction write in bahasa...