2

3.7K 79 6
                                    

Pagi yang cerah. Membuat gue enggan meninggalkan kasur kesayangan gue. Memang sudah seharusnya, gue bangun dan berangkat ke sekolah. Menuntut ilmu bersama guru tercinta.

Bhak.

Bahasa gue apa banget. Hm, kali ini gue gak bakalan telat. Gue udah bersumpah, gue nggak akan telat lagi. Tapi nyatanya, gue bangun pas jam 7. Syal. Alhasil, gue krasak krusuk nyiapin peralatan sekolah. Dan sialnya lagi, dasi gue hilang. Plus hari ini, gue adalah petugas upacara.

Sial kuadrat. Gue mendengus. Sampai akhirnya, kepala Anggia muncul dari ambang pintu. "Ayo Bang, aku udah mau telat nih." Katanya sambil melirik jam di lengan kirinya. Mirip seperti orang yang kebelet pipis. Gue menghela napas berat. Dengan gontai, gue meninggalkan rumah.

Tanpa dasi.

::::::::::::::::::::::

Selesai upacara (dan hukuman, tentunya) gue memutuskan untuk berdiam diri di kelas. Menghabiskan sisa gondok gue dengan cara menatap langit.

"Allow, Dika." Sapa Jevan ramah. Dia adalah satu sahabat gue. Jangan pertanyakan kenapa gue lebih dekat dengan cewek dibandingkan cowok. Dia duduk dihadapan gue, tersenyum bahagia.

"Denger-denger, tadi malem ada yang nge-date sama anak 2 ya? Ya ampun, gue nggak nyangka, Dik! Pasti oh-so-romance! Ah, syedap." Jevan mulai meledek gue. Ternyata desas-desus gue kencan dengan Thia bisa sampai ke telinganya. Wow, patut di apresiasi. "Gue nggak nge-date, cuma me time doang." Jevan menggeleng. Ia meletakkan kacamatanya.

"Me time tidak pernah menggunakan steak sebagai makanan utama, tidak pernah menggunakan dessert dan appetizer." Ia tersenyum meremehkan. "Wow, sebentar lagi bakalan ada yang jadian! Gue nggak sabar dapet pajaknya! Lalalala... Dika jadian," Jevan berdiri, berputar-putar beberapa kali, lalu kembali duduk.

"Gue jadi gak sabar!"

"Van?"

"Iya?"

"Gue disini," dia terdiam. Tak lama berbalik, setelah itu melemparkan cengiran. "Eh iya, kebalik." Cewek itu cengengesan. "Biasa aja kali, Mblo." Wajah Jevan berubah. Ups, apa yang gue bilang tadi? Mblo? Jomblo? Omegadh.

"Gue gak jomblo, Dikaaa! Ryan cuma belum peka aja! Nih, liat ya! Ryan!" Dia cemberut. Melambaikan tangannya ke arah Ryan, targetnya, yang kebetulan berada di depan kelas. Ryan terdiam sebentar, cewek itu sudah tersenyum mengharapkan. Lalu ketika Ryan membuang mukanya, Jevan terduduk lemas.

"Sama aja lo jomblo 'kan," Jevan menjulurkan lidahnya. "Gue punya gebetan!"

"Mana punya!"

"Gue punya!"

"Mana ada!"

"Ada!"

Jevan memasang lagi kacamatanya. "Siapa nama cewek lo? Tania?" Gue berdecak. Seenaknya mengubah nama orang, gue mendesis. "Namanya Thia, Zatasya Cynthia." Jevan menghentikan aktivitasnya memotek-motek kue pukis. Matanya menatap gue, terkejut.

"Thia?" Gue mengangguk. "Kenapa?" Kini gantian dia yang menggeleng. "Nggak, nggak apa."

Dika, Bukan RadityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang