12

1.3K 275 36
                                    

May melangkah cepat menuju gedung yang berada di area belakang kantornya. Senyumnya mengembang bahkan sebelum ia sampai di tempat tujuan. Hanya dengan membayangkan wajah bayi-bayi mungil itu saja sudah mampu membuat May sebahagia ini, apalagi nanti, saat ia bisa bermain dengan mereka.

May semakin mempercepat langkah. Rasa tak sabar ingin segera bisa melihat dan bermain dengan talents mungil Baby & Me berhasil meningkatkan hormon serotoninnya hingga ke level teratas.

Senyumnya makin mengembang kala ia melangkah memasuki gedung di mana kegiatan photo shoot berlangsung. Dihirupnya kuat-kuat aroma wangi bedak bayi yang menguar dari area dalam gedung yang sehari-harinya selalu dibiarkan kosong ini. Rasa lelah, dahaga dan panas yang sempat terasa jauh lebih ekstrem pada Ramadhan tahun ini pun perlahan menghilang, digantikan perasaan bahagia karena May bisa kembali bermain dengan bayi-bayi lucu itu sepuasnya.

Langkahnya semakin masuk ke dalam. Suara teriakan, canda tawa hingga rengekan sampai tangisan dari beberapa anak yang sedang rewel menunggu waktu pemotretan mereka pun terdengar semakin jelas menyambut kedatangannya. Ketika yang lain mungkin akan merasa terganggu dengan rengekan dan tingkah nakal mereka, May malah kebalikannya. Kecintaan May dan perasaan mendamba yang dirasakannya kepada anak kecil membuat hatinya super lemah ketika harus berhadapan dengan malaikat-malaikat mungil ini.

May menghentikan langkahnya, ia sengaja berdiri dan mengamati dari jauh Raka, Lena juga Yudi yang tampak sibuk dengan jobdesknya masing-masing. Lena sibuk 'membadut' demi menarik perhatian para talents mungil, Raka fokus mengambil foto dari lensa kamera profesionalnya sementara Yudi sibuk mengecek tiap foto yang diambil Raka. Memilah mana yang bagus-mana yang kurang bagus dan mengumpulkannya berdasarkan nama.

"Mbak May?" sapa sebuah suara ragu-ragu.

May menengok ke arah datangnya suara. Matanya terbuka lebar kala melihat sosok wanita yang tengah berdiri di hadapannya ini. Mona—influencer sekaligus ponakan dari Pak Reno, bosnya—Mama dari Safea, salah satu talent cilik senior yang sampai saat ini masih bekerjasama dengan Baby & Me. Namun jangan salah paham, sekalipun awalnya memang Safea masuk melalui jalur koneksi, tetapi gadis cilik itu memang memiliki potensi yang cukup menjanjikan di bidang modeling.

"Saya tadi jalan di belakang Mbak May lho," ujar Mona memulai neraka obrolan tanpa akhirnya. "Mau saya sapa ... tapi takut salah orang juga," kata Mona. "Jadi saya mutusin buat diem sampe bener-bener pasti."

"Oh ya? Maaf lho Bu Mona. Saya nggak liat Ibu tadi," sahutnya sambil menampilkan senyum korporatnya.

Mona mengibaskan tangannya sambil memicingkan mata. "Saya cuman cerita aja. Kan saya jalan di belakang. Jadi wajar kalo Mbak May nggak lihat saya," sahut Mona.

Sekali lagi May melemparkan senyuman palsunya. Ia tidak pernah merasa nyaman berbincang dengan Mona, tapi bukan karena May tidak suka dengan ponakan bosnya ini. Tidak-ia tidak demikian. Hanya saja, terkadang May merasa Mona tidak tahu kapan dia harus berhenti berbicara dan jujur saja, hal tersebut seringkali membuat May lelah sendiri. Ia lelah karna harus terus mendengarkan cerita Mona, lelah karena harus terus fokus demi bisa memberikan respon yang sesuai dengan cerita yang dia ceritakan.

"Oh ya, Bu Mona. Apakabar?" tanya May.

Mona tersenyum. "Baik. Mbak May sendiri, gimana kabarnya?" tanya Mona balik. May sudah bersiap merespon, tetapi Mona kembali berbicara. "Tapi saya tuh stress kemaren-kemaren lho, Mbak," ucap Mona.

Nah kan. May tahu persis maksud pernyataan terakhir Mona tersebut. Wanita di hadapannya ini tengah menggiringnya untuk bertanya 'kenapa'.  Dengan begitu, dia akan ada ruang untuk memulai perjalanan cerita yang layaknya tol bebas hambatan itu.

The Mayandra's Deadline - TERBIT NOVEL REPUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang