6

25 6 0
                                    

Usai dari sembalun Jonathan tidak langsung mengajak pulang melainkan membawa mobilnya menuju arah barat.

"Kita makan dulu, ya?" Ajak Jonathan. "Udah sore juga. Sekalian makan malem."

"Boleh. Mau makan di mana?"

"Ada tempat favorite gue. Makanannya enak banget. Gue jamin lo bakal suka."

"Oke."

Anis membiarkan Jonathan melajukan mobilnya menuju tempat yang belum dia ketahui lokasinya. Anis tidak banyak mengetahui tempat-tempat bagus di Lombok, jadi hari ini dia mempercayakan sepenuhnya perjalanan mereka pada Jonathan. Siapa yang menyangka, niatnya yang ingin liburan sendiri tanpa rencana justru membuatnya menemukan teman baru.

Tiga puluh menit kemudian Jonathan menghentikan mobilnya di depan sebuah resto yang dikelilingi bukit di sekitarnya. Tampak puas dengan tempat yang menjadi pilihan lelaki itu.

"Gue akuin selera lo oke juga." Anis menatap sekeliling dari tempatnya berdiri.

"Simpen dulu pujiannya sebelum lo nyobain menu-menu di sini." Jonathan mengajak Anis masuk untuk segera mencari tempat duduk.

Anis cukup terkesan dengan interior di resto ini. Ada beberapa pilihan tempat duduk yang disediakan, dari yang indoor ataupun outdoor. Kedunya memiliki kenyamanan masing-masing.

"Lo sering kesini?" Tanya Anis saat mereka sudah mendapatkan tempat duduk dengan pemandangan yang cukup bagus.

"Lumayan. Dulu, sebelum ke California." Jawab Jonathan.

"Kalau di lihat dari tempatnya kayaknya nggak mungkin sih kalau lo pergi sendiri. Jadi...udah berapa cewek nih yang lo ajak kesini?" Anis bertanya iseng membuat Jonathan terkekeh pelan.

"Lo yang kedua."

"Bohong banget."

"Beneran."

"Serius?" Anis masih tidak percaya. Namun laki-laki itu mengangguk. "Wow. Dia jadi satu-satunya berarti. Pasti tuh cewek special banget." Tapi Jonathan hanya tersenyum kecil yang tidak samapi ke mata dan itu tidak luput dari tatapan Anis. Membuat gadis itu yang tadinya hanya ingin basa basi malah jadi makin penasaran. "Kenapa? Dari ekspresi muka lo kok kayak bukan cerita bagus."

"Kenapa mikir begitu? Emang muka gue kenapa?"

"Muka lo kayak minta dipuk-puk." Jonathan tersenyum geli. Anis menunggu lelaki itu mengatakan sesuatu tapi Jonathan tidak lagi mengeluarkan sepatah kata pun setelahnya. Entah hanya penglihatan Anis atau bukan tapi dia seperti melihat ada kemurungan di sana. Membuat gadis itu jadi merasa tidak enak.

"Duh, sorry. Gue bercanda aja tadi." Kata Anis sedikit panik.

Jonathan buru-buru menggeleng. "Nggak kok. Tadi tiba-tiba keinget sesuatu aja. Jangan salah paham." Ucapnya.

"Beneran bukan cerita bagus ya?" Tanya Anis hati-hati. "It's oke kalau lo nggak mau cerita. Nggak usah diinget-inget kalau itu bikin lo ngerasa nggak nyaman."

Jonathan tersenyum kecil. "Masalahnya, keingetan terus. Walaupun udah berusaha dilupain tapi nggak bisa." Lelaki itu mendengus. "Bahkan gue rela pergi jauh ke negara orang."

"Jadi tujuan lo pergi tuh buat lari dari masa lalu?"

Jonathan terkekeh. "Bisa dibilang begitu. Pengecut banget ya gue?"

Anis menggeleng tidak setuju. "Setiap orang punya caranya sendiri untuk menghadapi masalah, Jo. Cara lo mungkin dengan pergi menjauhi rasa sakit itu."

Jonathan menatap Anis untuk beberapa saat. "Makasih ya untuk nggak menghakimi gue."

Hujan & Kamu | Johnny Suh (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang