10

18 5 0
                                    


Sudah hampir satu jam perdebatan itu berlangsung. Saling mengutarakan ide masing-masing untuk menentukan tempat tujuan liburan. Tapi belum ada satu pun pilihan yang sesuai.

"Ini kita jadinya mau kemana sih? Yang satu mau kesini, satunya mau kesitu." Protes Tyo akhirnya karena melihat perdebatan yang tak kunjung usai.

"Nih, Bang Yuda nggak mau kalah." Adu Haikal.

"Eh Cil, bukan nggak mau ngalah. Gue kan di sini termasuk turis. Nah lo yang tinggal di sini bisa kapan aja pergi. Jadi harusnya tuan rumah yang ngalah." Begitulah pembelaan Yuda.

"Tinggal di sini juga bukan berarti gue bisa holiday tiap bulan."

"Yaudah kita snorkling aja ya ke Gili. Gimana?" Putus Jonathan akhirnya. "Lagian gue di Indo masih lama Kal. Nanti kita pergi lagi. Kan kata lo ini dalam misi gue baikan sama Anis." Mendengar nama Anis disebut akhirnya Haikal pun mengangguk. Dia hampir lupa tujuan awal mereka liburan.

"Yaudah deh. Gue juga udah lama juga sih nggak main air."

"Gimana Yud? Setuju kan?" Kali ini Jonathan bertanya pada temannya itu. "Abis ini lo mau kemana aja ntar gue temenin deh."

"Halah, palingan juga nanti lu bucin lagi kalau udah baikan."

"Heh monyet, kemaren waktu gue ke Mandalika lo pada gue ajak ya. Tapi malah sok sibuk." Protes Jonathan tak terima yang dihadiahi kekehan dari semuanya.

"Salahin tuh adek lo yang sok mau jadi mak comblang." Tunjuk Yuda pada Haikal. Yang ditunjuk langsung menggeleng sambil menggoyangkan tangannya.

"Apaan anjir? Nggak ada ya."

"Tau lo Bang. Fitnah aja." Rendi ikut menimpali.

"Wah!" Yuda memukul meja, merasa tidak terima. Laki-laki itu menoleh ke sampingnya. "Yo, bantuin gue dong. Lo dari kemaren temen lo dibully bukannya dibantu malah ketawa doang."

"Ya kan gue bantu ngetawain."

"Setan emang lo semua." Tawa itu meledak usai umpatan keluar dari mulut Yuda. Mengundang tatapan beberapa orang yang berada di sekitar mereka. Tapi mereka tidak peduli, tidak akan ada yang berani mengusir mereka juga. Anak pemilik restorannya saja ada di sini.

Siang itu seperti biasa restoran tengah ramai-ramainya tapi tidak membuat pengunjung kekurangan meja. Sehingga Jonathan dan yang lainnya memilih untuk tetap di sana membahas rencana liburan mereka dengan beberapa camilan yang mereka pesan sebelumnya pada pegawai dapur.

"Yaudah berarti udah fix ya kita ke Gili Terawangan jadinya?" Tyo kembali memastikan yang mendapat anggukan dari semua tak terkecuali Yuda. "Oke, sekarang gue mau ngomong agak serius. Karena masalah lo sama Anis kemaren bikin gue jadi penasaran sama trauma lo. Sebelumnya gue mau tanya, it's oke gue ngomong masalah ini di depan adek-adek lo?" Tyo menatap Jonathan serius.

Jonathan mengangguk. "Mereka tahu semua kok masalah gue. Tanya aja apa yang mau kalian tanya, gue rasa kalian pun berhak tahu soal gue." Ucap Jonathan yang tentu ditujukan untuk kedua temannya.

Tyo mengangguk paham sebelum memulai pertanyaannya.

"Kayak yang gue bilang, gue penasaran soal trauma lo. Hampir empat tahun ini baik gue ataupun Yuda nggak pernah liat trauma lo kumat selain pas tahun awal kita masuk kuliah itu. Dengan kejadian lo sama Anis kemarin jelas trauma lo belum ilang. Selama ini apa lo suka kambuh tapi lo nggak pernah bilang gue sama Yuda?"

Jonathan menggeleng sebelum menjawab. "Nggak pernah. Satu-satunya trauma gue muncul ya pas sama kalian itu. Apartemen kita cukup kedap suara sama hujan di luar. Kalau gue tahu di luar pas lagi ujan gue cuma tinggal nutup gorden. Kalau mau keluar gue selalu update cuaca hari itu." Jelasnya panjang lebar. Dan sepertinya penjelasannya cukup dipahami mereka semua.

Hujan & Kamu | Johnny Suh (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang