9

19 5 0
                                    

Usai mengasingkan diri pagi tadi, Jonathan baru keluar dari kamarnya ketika waktu hampir menunjukan jam makan siang. Tidak terlihat baik Rendi maupun Haikal di tiap sudut rumah, begitu pula kedua temannya. Dia memutuskan untuk keluar sebentar, karena tidak ada siapapun dia pun pergi tanpa berpamitan.

Jonathan membawa mobilnya menuju salah satu florist yang sudah menjadi langganannya keluarganya sejak dulu. Melihat-lihat sebentar sebelum seorang menghampirinya.

"Hai Kak Jo. Tulip putih seperti biasa?" Sapaan ramah itu memasuki pendengaran Jonathan. Bahkan setelah empat tahun pemilik florist di sini masih mengingatnya.

Lelaki itu menoleh, tersenyum kecil lantas mengangguk. "Iya." Jawabnya. "Sama satu Hand Bouquet lagi."

"Mau Hand Bouquet apa Kak?"

"Hmm..." Jonathan berpikir sambil melihat sekelilingnya yang dipenuhi berbagai macam jenis bunga. "Ada rekomendasi nggak?" Tanya Jonathan akhirnya karena bingung ingin memilih yang mana.

"Kalau boleh tahu untuk acara apa Kak? Birthday apa graduation?"

"Bukan dalam rangka acara apapun sih. Mau kasih hadiah aja."

"Biasanya sih paling banyak peminatnya mawar Kak. Atau yang lagi happening sekarang baby breath." Pegawai itu memberikan Jonathan banyak pilihan yang malah membuatnya semakin bingung.

"Biasanya kalau buat minta maaf bunga apa?" Tanya Jonathan sambil mengusap tengkuknya dengan canggung.

Pegawai tersebut tersenyum kecil melihat senyum kaku Jonathan. Kemudian dia mengarahkan laki-laki itu ke kumpulan bunga yang ada di dekat pintu masuk.

"Ini namanya bunga Daffodil. Bunga ini punya arti sebagai ungkapan permintaan maaf yang tulus dan berharap bisa memiliki kesempatan lebih baik untuk selanjutnya." Terang pegawai tersebut sambil menunjuk salah satu bunga.

"Yaudah saya ambil ini. Tolong bikinin yang cantik ya." Tanpa berpikir panjang Jonathan langsung memutuskan pilihannya. Permintaan lelaki itu pun lagi-lagi disambut dengan senyuman dari sang pemilik toko.

"Buat pacarnya ya Kak?" Tanyanya. Namun Jonathan tidak menjawab, dia hanya tersenyum kecil.

Jonathan menerima dua bouquet pesanannya tidak lama kemudian lalu menyelesaikan pembayaran. "Terimakasih Kak Jo. Semoga pacarnya nggak ngambek lagi ya." Jonathan terkekeh sambil menerima kembali ATM miliknya.

"Doain ya Kak." Ucap Jonathan sebelum meninggalkan toko bunga tersebut.

***

Tujuan Jonathan berikutnya adalah Pemakaman Umum. Dia menghentikan mobilnya di parkiran TPU setelah menghabiskan waktu perjalanan sekitar tiga puluh menit. Mengambil salah satu Bouquet yang tadi sudah dibelinya, Jonathan pun keluar dari mobilnya.

Dia berjalan menyusuri jalan setapak yang sengaja dibuat untuk peziarah hingga kakinya berhenti disalah satu nisan dengan nama yang sudah sangat melekat di kepalanya.

Laki-laki itu berjongkok dan meletakan Bouquet bunga yang dibawanya ke atas batu nisan dengan sebuah foto seorang wanita cantik tidak jauh dari sana.

"Apa kabar, Sayang?" Sapa Jonathan yang tentu tidak akan mendapatkan jawaban. Tangannya menyingkirkan beberapa helai daun kering yang menutupi nisan kekasihnya.

"Semenjak kamu pergi, kamu nggak pernah dateng ke mimpi aku. Kamu masih marah ya sama aku?" Jonathan masih terus bermonolog sambil sesekali tangannya mencabuti rumput dengan iseng.

"Malam itu harusnya aku dengerin kamu. Kalau aja aku nggak keras kepala mungkin kamu masih ada di sini." Jonathan menghela napasnya. "Maaf, aku nggak bermaksud mau melawan takdir. Aku cuma masih ngerasa bersalah sampai sekarang. Meskipun semua orang bilang kejadian malam itu bukan salah aku, tapi kenyataannya aku yang nyebabin kamu pergi."

Hujan & Kamu | Johnny Suh (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang