Waktu sudah menunjukan pukul lima sore ketika satu persatu para pekerja mulai meninggalkan kantor mereka. Di jam pulang kantor seperti sekarang dipastikan jalanan sangat macet. Transporasi-transportasi umum seperti MRT, KRL dan Busway juga pasti penuh. Anis malas jika harus berdesak-desakan. Biasanya setiap hari dia membawa motor matic miliknya, tapi hari ini motor satu-satunya yang biasa selalu menemaninya kemana-mana itu harus masuk bengkel.
Anis memutuskan untuk menunggu di kantor saja sekitar empat atau lima puluh menit lagi. Baru setelah itu dia akan memutuskan untuk pulang. Memang tidak akan mengurangi kemacetan tapi setidaknya antrian di Busway akan sedikit berkurang biarpun nanti dia tetap tidak akan dapat duduk yang penting Anis tidak harus berdesak-desakan.
Sejak tadi gadis itu sedang melihat-lihat akun travelling. Banyak tempat bagus yang direkomendasikan untuk menjadi tempat liburan. Pas banget sebentar lagi mau akhir tahun. Anis jadi kepikiran mau liburan juga. Ngomong-ngomong jatah cutinya tahun ini belum diambil. Biasanya Anis menggunakan jatah cuti tahunannya untuk hari raya. Tapi hari raya tahun ini keluarganya memutuskan tidak kemana-mana.
Tidak membutuhkan waktu untuk berpikir lama tahu-tahu dia sudah memesan tiket pesawat. Diliriknya jam yang ada di meja kerjanya. Sudah hampir jam tujuh. Anis segera membereskan mejanya, mematikan komputer untuk bergegas pulang.
"Baru pulang Mbak Anis?" Sapa seorang security kantor ketika diirinya sampai di lobby.
"Iya, Pak. Yuk! Duluan ya."
"Mari, Mbak."
Anis bisa bernapas lega ketika sampai di halte tidak banyak orang yang menunggu dan dia tidak bisa lebih bersyukur lagi saat busway yang datang kosong penumpang. Itu artinya dia tidak harus berdiri sepanjang perjalanan. Benar-benar kesempatan langka dijam dan hari yang sibuk seperti ini.
Sesampainya di rumah Anis langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Baru saja dia ingin memejamkan mata ketika suara bantingan pintu terdengar. Anis sedikit terlonjak karena terkejut. Dia menghela napas sebelum kembali memejamkan matanya hingga kemudian jatuh terlelap tidak lama kemudian.
Anis tidak tahu sudah berapa lama dia tertidur ketika suara Bunda terdengar membangunkannya. Saat membuka matanya Bunda sudah berada di kamarnya tengah meletakan baju-bajunya yang baru selesai disetrika ke lemari.
"Pulang kerja itu bersih-bersih dulu baru tidur." Kalimat yang sudah sangat Anis hapal di luar kepala. "Makan dulu sana!" Suruh Bunda kemudian.
"Heem." Gadis itu hanya bergumam.
Dengan sedikit malas-malasan Anis mengangkat tubuhnya dari kasur untuk menuju kamar mandi. Saat melirik jam ternyata sudah setengah sembilan malam. Dia tertidur cukup singkat tapi bisa dipastikan jika matanya akan segar sampai lewat tengah malam nanti.
Tidak seperti perempuan kebanyakan, Anis tidak membutuhkan waktu lama di kamar mandi. Tidak ada yang namanya ritual khusus atau perawatan tubuh macam-macam.
Ketika sampai di meja makan hanya ada Bundanya saja di sana. "Ayah kemana, Bun?" Tanyanya sambil menuangkan air ke gelas.
"Pergi tadi sore."
"Kemana?"
"Kayak nggak tahu Ayah kamu aja. Dia mana pernah bilang kalau mau pergi." Anis hanya tersenyum kecil tanpa kembali bertanya. Tidak ingin tahu lebih lanjut Anis memilih mengambil piring untuk makan malamnya.
"Bun, aku mau ke Lombok." Ucap Anis, memberitahu Ibunya sambil mengambil nasi dan beberapa lauk untuk diletakan dipiringnya.
"Lombok?" Anis mengangguk. "Dari kantor?" Kali ini dia menggeleng.
"Nggak. Jalan-jalan aja. Aku mau ambil cuti."
"Berapa lama?"
"Seminggu doang." Jawabnya. "Aku mau ngabisin cuti. Sayang kalau nggak diambil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan & Kamu | Johnny Suh (On Going)
Romantizm"Eh, Ren. Menurut lo bang Jo tuh mestinya cari pacar lagi nggak sih? Biar nggak galau terus." "Ya menurut lo aja. Masih belum move on gitu gimana dia bisa nerima orang baru?" "Iya sih."