05. Kopi/cola

540 65 2
                                    

Kenma menutup mulutnya yang menguap lebar, ia merenggangkan ototnya yang terasa sudah ingin remuk karena berdiri terus-terusan selama apel pagi. Yup, sekarang sudah hari senin. Hari yang tidak di sukai sebagian besar orang karena harus memulai aktivitas seperti biasanya dan berhenti berlibur. Termasuk Kenma. Kenma juga tidak menyukai hari senin.

Pada saat ia sedang merenggangkan otot-ototnya, tiba-tiba saja ada yang memukul bahunya dari belakang. Dan itu membuatnya terhuyung kedepan bahkan hampir mencium lantai yang ada disana jika saja ia tidak sigap menahan badannya.

Merusak mood Kenma di pagi senin yang suram ini. Kenma tahu siapa pelakunya, tak lain dan tak bukan adalah mantannya. Kuroo Tetsurou.

Kenma menatapnya dengan tatapan datar, "Apaan?"

Kuroo menyipitkan matanya karena Kenma bertanya dengan nada sewotnya, "Masih pagi woy, dah sewot aja."

Kenma memutar bola matanya malas, "Ya karna lu!"

"Ya udah maap," Kuroo memberikan roti yang lumayan besar kepada Kenma. "Sarapan, lu pasti belum sarapan, kan?"

Kenma tertegun menatap roti itu, Kuroo sangat mengetahui tentangnya melebihi dirinya sendiri. Bahkan Kenma saja lupa jika ia belum sarapan, bisa-bisanya Kuroo tahu bahwa ia belum sarapan.

Kenma menggerakan tangannya untuk menerima roti itu kemudian ia menatap Kuroo sambil menyodorkan tangannya. "Obatnya?" Definisi dikasih hati malah minta jantung.

"Bawa sendiri lah cil lain kali," Kuroo merongoh saku almetnya dan ia mengeluarkan beberapa obat lalu memberikannya kepada Kenma.

Kenma menerima obat itu dan memasukkannya ke kantong, "Ngapain? Kan lu udah bawain."

Kuroo memutar bola matanya jengah dan pada saat keduanya sampai di depan kelas Kenma, mereka berhenti dan saling menatap satu sama lain.

"Buat jaga-jaga aja sih ini mah," Kuroo menyeka helaian rambut Kenma yang menutupi pandangannya kebelakang telinga. "Kalo ngerasa maagnya kambuh telfon gua aja, nanti gua anterin pulang."

Kenma memegang rambutnya yang baru saja dirapihkan oleh Kuroo, "Iya."

Kuroo mengangguk kemudian membalikkan badannya dan meninggalkan Kenma yang masih berdiri di depan kelasnya sambil menatap punggung mantannya yang mulai menghilang dari pandangannya.

Setelah ia tidak lagi melihat punggung Kuroo, ia menatap roti yang ia pegang. Dan di wajahnya tempampang senyum tipis, "Gamon gamon." Lirih Kenma sambil terkekeh kecil.

•••••

Kenma menatap bingung vending machine yang ada di depannya. Ia sedang berfikir keras saat ini. Haruskah ia memilih untuk membeli kopi? Atau cola? Jika bisa Kenma ingin dua-duanya, tetapi uangnya tertinggal di kelas dan ia sangat malas untuk mengambil lalu kembali lagi.

Helaan nafas terdengar darinya, "Bobol aja biar gua ngambil dua bisa gak?"

Dari jarak yang lumayan jauh, Kuroo melihat sosok yang sangat dikenalinya sedang berdiri dihadapan vending machine. Kuroo yakin Kenma pasti sedang kebingungan disana.

Kuroo segera melangkahkan kakinya untuk mendekat kepada Kenma dan sesampainya disana ia segera menekan tombol yang akan mengeluarkan cola. Kenma yang melihat itu tentu saja terkejut. Itu merusak otaknya yang sedang berfikir keras tadi.

"Kuroo!!"

Kuroo tertawa melihat Kenma yang kesal seperti itu, "Kenapa cil?"

"Kenapa lu pilih cola anjir?! Gua kan pengen kopi!"

Kuroo menggelengkan kepalanya mendengar Kenma yang merengek seperti itu, ia segera menyodorkan kopi kalengan yang ia beli beberapa saat lalu. "Karna gua beliin lu kopi makanya lu pilih cola aja."

Tadinya, Kenma sudah siap mencemooh Kuroo dengan kata-kata mutiaranya jika saja Kuroo tidak membelikannya kopi. Dan berkat Kuroo yang memberikannya kopi, di mata Kenma terpancar binaran semangat yang sangat mengkilau.

Kenma segera menyambar kopi itu kemudian ia berjongkok untuk mengambil colanya, "Makasih!"

Kenma membuka cola itu kemudian meneguknya seperapat dan menatap Kuroo lempeng, "Balik sendiri kan? Nebeng ya."

Kuroo menatap Kenma beberapa saat, ia memikirkan kenapa Kenma tidak berangkat dan pulang dengannya saja seperti dulu? Tidak perlu seperti ini yang jarang-jarang. Padahal jika Kenma ingin juga ia tidak keberatan, malah dengan senang hati menerimanya.

"Iya," Kuroo hanya menjawab itu tanpa mengutarakan isi otaknya.

Kenma mengangguk kemudian menempelkan kedua telapak tangannya seperti berdoa, "Makasih, semoga lu di dekatkan sama Tuhan."

Kuroo menyerngit mendengar Kenma berkata seperti itu, "Woy bocil, gua belum mati ya!"

Kenma melepas tempelan kedua telapak tangannya. "Yang bilang udah siapa?"

"Gak ada sih... TAPI DOA LU KAYAK SEAKAN-AKAN GUA UDAH MATI!"

"Gak gitu," Kenma memutarkan bola matanya malas. "Maksud gua lu tuh jadi harus rajin beribadah, jangan jarang-jarang."

"Lu mah ibadah kalo hari raya sama tahun baru doang sih."

Kuroo tersenyum kesal mendengar itu, "Gua kan ibadahnya sama lu, berarti lu juga sama!"

Kenma menggeleng untuk membantah perkataan itu, "Gua kalo ada maunya juga ibadah!"

Kuroo menyentil jidat Kenma dengan cukup kencang, untuk menyadarkan siapa tahu Kenma kerasukan oleh arwah atau semacamnya. "Nyebut deh lu Ken nyebut."

"Astaga..." Kenma menjeda kalimatnya, "Ini cola enak banget!"

"Nyebut gak kayak gitu ye anjer!"

Kenma menatap Kuroo heran, "Terus?"

"Astaga, ya Tuhan.... Saya janji saya gak bakal ngulangin lagi..." Kuroo menutup matanya seolah-olah menghayati. "Kalo saya ngulangin lagi nanti saya janji lagi."

Tatapan heran Kenma langsung berubah menjadi tatapan datar pada saat mendengar itu, "Terserah.."

Mantan || Kuroken[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang