"Setelah gua pikir-pikir..." Kuroo menjeda kalimatnya.
Kenma mengangkat satu alisnya menunggu lanjutan dari kalimat sang empu.
"Jadi kepikiran." Lanjut Kuroo kemudian menyedot es tehnya.
Tatapan Kenma langsung berubah menjadi malas mendengar perkataan absurd dan tidak penting yang Kuroo lontarkan.
"Setelah gua liat-liat," Kenma berbicara.
"Kenapa?"
"Jadi keliatan." Oke, dia sama kayak Kuroo.
"Setelah gua liat-liat...." Kuroo menatap Kenma dengan mata yang mulai menyipit.
Kenma yang di tatap seperti itu merasa risih, "Apa? Jadi keliatan?"
Kuroo menggeleng, "Bukan,"
"Lu makin cakep."
Kenma memutar bola matanya malas mendengar itu, "Terimakasih atas info tidak pentingnya."
Kuroo mengerucutkan bibirnya karena Kenma menanggapinya seperti tidak niat. "Sama-sama."
"Eiya, lu gak make parfumnya lagi?"
Kenma menyendok baksonya ke mulut lalu mengunyahnya, "Gwak mawu bikin anwak owang kleyenwan."
Kuroo tersenyum tipis mendengar itu, "Ntar gua beliin yang biasanya deh.."
Kenma menganggukkan kepalanya kemudian menatap Kuroo dengan tatapan lesunya. "Kur gua tiba-tiba pengen teriak aing maung."
Senyum tipis Kuroo seketika hilang, dan wajahnya tergantikan dengan raut tak percaya. Ada apa dengan keinginan tidak jelas mantannya ini?
"Kok gitu anjir?" Heran Kuroo.
Kenma mengangkat bahunya, "Gak tau, pengen buat orang ngegerumun aja."
"Yee dasar," Kuroo menyentil dahi Kenma pelan. "Gosah ngide deh gosah."
"Ya orang kepengen anjir,"
"Kepengen lu gak jelas, mending gosah."
Kenma menyipitkan matanya tak suka mendengar itu, "Gik jilis minding gik isih."
Kuroo ikut menyipitkan matanya, "Koj mabok huruf i cil?"
Kenma hanya menatapnya dengan tatapan yang seolah-olah mengatakan, "Diem lah lu."