1437 ; from Khiella Ajisaka
Berdansalah dalam romansa denganku. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.
ෆ Happy reading! ෆ╹ .̮ ╹ෆ |read this before •· cerita ini merupakan fanfict •· hanya karangan & fiksi •· maaf bila ada kesamaan nama, tempat, tokoh, dsb •· jadi pembaca yang bijak yaa! •· feedbacks are really helped <3 jangan lupa vote. tysm.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
cr pict: pinterest. mark lee
—
Semuanya berawal dari saat hari pertama aku masuk Sekolah. Aku naik ke kelas dua belas. Aku sudah melewati masa pancaroba. Aku sudah remaja, dan aku sudah beranjak dewasa. Sudah mengenal dunia lebih jauh, sudah mengenal percintaan.
Sebelumnya, aku tidak pernah jatuh cinta. Seumur hidupku, aku hanya pernah satu kali merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta. Saat aku masih kecil. Zean. Teman kecilku bernama Zean. Ia teman taman kanak kanak ku. Dan sekarang kami sudah tidak pernah saling berkabar.
-
Aku menyediakan headphone, earpods, binder untuk catatan dan coret coretanku, lipbalm, eyeliner, novel dan komik, 2 buah pulpen dan 3 pensil, 1 penggaris berukuran 15cm, permen karet, dan juga minuman botol rasa matcha.
Tas ku sangat amat penuh dengan barang barang yang tidak terlalu berguna. Aku membawa tote bag yang lumayan berat berwarna broken white dan bermotif bunga.
Aku berangkat ke sekolah dengan bus. Bus sekolah berwarna biru. Mama ku bilang, untuk melatih kemandirianku, mulai SMA, aku akan selalu menumpangi bus sekolah setiap berangkat.
Jarak sekolahku dari rumahku tidak terlalu jauh. Sebenarnya bisa saja aku berjalan kaki, ya, bisa saja sewaktu waktu nanti aku berjalan kaki ketika sedang tidak ingin menaiki bus.
-
Hal yang pertama aku takutkan ketika kembali masuk ke sekolah adalah bersosialisasi. Aku tidak mudah bergaul. Aku juga tidak bisa langsung begitu saja percaya pada orang. Aku selektif. Dan aku berusaha menunjukkan bahwa aku bisa terbuka untuk semua orang, sebenarnya kenyataannya tidak seperti itu. Tapi aku mencoba menunjukkan.
Sejak kelas sepuluh. Aku tidak punya teman yang begitu dekat. Ya, mungkin ada beberapa teman dari kelas lain, karena kita berada di ekstrakulikuler yang sama. Tapi, aku memang jarang mengobrol dengan siapapun.
Di saat baris untuk upacara pagi, aku baris di paling belakang. Ada sekitar belasan gadis di depanku. Ada yang saling mengobrol, ada yang sedang merias wajah mereka masing masing dengan entah lipstick, entah eyeliner, bahkan dengan eyeshadow warna natural sekalipun, dan ada yang diam saja sama seperti diriku.
Aku mendengarkan lagu Old Love dengan earpodsku. Untung saja, aku punya rambut bagian depan yang bisa menutupi bagian kupingku. Orang orang tidak bisa melihat bahwa aku sedang mendengarkan musik.
Di samping kananku, adalah barisan untuk para laki laki. Mereka semua sangat amat petakilan. Aku pusing. Pusing memikirkan bagaimana caranya bertahan dalam satu tahun dengan mereka semua. Sepertinya kelasku adalah kelas yang paling buruk.