ෆ Happy reading! ෆ╹ .̮ ╹ෆ
|read this before
•· cerita ini merupakan fanfict
•· hanya karangan & fiksi
•· maaf bila ada kesamaan nama, tempat, tokoh, dsb
•· jadi pembaca yang bijak yaa!
•· feedbacks are really helped <3 jangan lupa vote. tysm."Oalaahh, jadi gitu.." Ucap Zean mengerti saat aku menceritakan permasalahanku sekarang.
Ya, pada akhirnya aku mencurahkan pikiranku kepada Zean, dia terus menggangguku dari bawah. Dan aku pikir, apa salahnya aku bercerita? Toh, tidak enak juga jika beban ku pikul sendiri.
Aku dan Zean mengobrol di depan teras rumahku, ditemani dengan merdunya suara air mancur dan burung burung di pagi hari.
"Chat aja, El. Lo nggak mikir, dia nungguin lo? Kalo lo gengsi gengsi menye menye begitu juga gak bakal ada kemajuan."
"Terakhir gue contactan sama dia itu udah lumayan lama, dan gue nya keliatan mentingin ego banget, masa orang pac-"
"Emang, lo emang egois." Salip Zean, aku belum selesai berbicara.
Aku menelan ludah dengan pahit.
"Hahaha, bercanda, El. Terus?" Ucapnya.
"Bercanda lo nggak lucu." Kataku.
"Sorry.."
"Mau lanjut cerita nggak nih jadinya?"
"Udah nggak mood, sih, Jen." Ucapku.
"Terserah lo mau bilang gue baperan atau apa, tapi gue yang sekarang bukan gue yang dulu lagi. Dulu juga gue mau dibercandain se nggak layak pun tetep gue terima. Sekarang jokes kecil doang, sorry gue nggak bisa nerima." Jelasku.
"Sorry, El."
"Yaudah, lo katanya kangen Bandung? Udah yuk jalan, jangan di rumah aja, rumah gue nggak ada vibes vibes Bandungnya." Ujarku.
"Di rumah lo aja udah kayak Bandung, kok, El. Ternyata gue bukan kangen Bandung. Tapi kangen rumah ini. Kita dulu setiap hari selalu main disini, lo inget nggak? Terus Mama bikinin cokelat anget, kita nonton the simpson sore sore. Ibu nggak nyariin gue soalnya rumah lo juga rumah kedua buat gue. Terus juga kita sering main kapal kapalan kletek kletek di air mancur. Inget kan, El?" Ucapnya secara perlahan, mendeskrpiskannya dengan sangat detail, air matanya stau persatu jatuh merintik ke kaus hitamnya.
"Inget.. Kangen.."
"Gue pengen balik lagi ke masa itu, Jen."
"Mau pake apa? Alat doraemon?" Jawabnya.
"Emang ya.. Waktu itu bener bener berharga banget. Kita nggak bisa beli waktu pake uang, pake apapun juga nggak bisa.." Ocehku.
"Iya.. Waktu itu hal termahal, El." Zean melengkapi kalimatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
1437 · markrina [✓]
Romance1437 ; from Khiella Ajisaka Berdansalah dalam romansa denganku. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.