1437 ; from Khiella Ajisaka
Berdansalah dalam romansa denganku. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.
ෆ Happy reading! ෆ╹ .̮ ╹ෆ |read this before •· cerita ini merupakan fanfict •· hanya karangan & fiksi •· maaf bila ada kesamaan nama, tempat, tokoh, dsb •· jadi pembaca yang bijak yaa! •· feedbacks are really helped <3 jangan lupa vote. tysm.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
cr pict: pinterest. mark lee.
—
-
Kami berdua, aku dan Marka, pergi ke kamar Marka.
"Kita mau bikin lagu." Cetusnya, setelah menutup pintu kamarnya.
Kamar Marka wangi vanilla. Kamarnya rapi dan bersih juga, banyak sekali tumpukan buku buku pelajaran, album musik, dan dvd yang diletakkan rapih, begitu banyak.
"Kamar lo keren juga, Mark." Ucapku, aku tidak meladeni omongan Marka.
"Sini, duduk di sini." Marka menyuruhku untuk duduk di sebelahnya. Di karpet bawah kasurnya.
"Gue ramal, lo suka RnB." Ucapnya.
Gila. Marka ini cenayang atau apa?
"Bener. Kenapa?" Jawabku.
"Kita bikin lagu RnB." Tegasnya.
Marka mengambil kamera, dua buah gitarnya, dan mikrofon kecil.
"Eh, lo gak bawa headphone ya?"
"Nggak. Tema hari ini kan coquette, bukan cewek vintage mamba." Jawabku.
"Hadeh.."
Marka berdiri dari duduknya di karpet, pergi ke arah radio yang ada di meja tv kamarnya, menyetel lagu.
-
Kami menghabiskan tiga jam untuk mengobrol sembari bermain musik.. Sepertinya dari tadi kami tidak jadi membuat lagu. Aku terlalu nyaman. Terlalu nyaman dengan Marka. Tolong, takdir, jangan pisahkan kita. Aku ingin selalu bersama Marka.
Tiba tiba mataku kelilipan, ada ada saja. Mataku kelilipan karena debu di karpet.
Aku mengedip ngedipkan mataku.
"Kelilipan?" Tanya Marka.
Aku mengangguk sembari mengucek ucek mataku.
Kemudian,
Marka meniup mataku..
MENIUP MATAKU.
"Jangan di kucek kucek gitu. Kotor.. Tangan lo kan abis megang gitar." Ucapnya.
Marka mengambil pergelangan tanganku yang sedang mengucek ucek mataku. Ia pegang pergelangan tanganku. Ia menaruh tanganku di pahanya yang sedang duduk bersila.
Masih meniup mataku.
Aku.. Benar benar tidak bisa menahan..
Aku mendekapnya, aku memeluknya. Walaupun tubuhku tidak se besar bahu nya yang lebar, aku bisa mendekapnya.