23.58 dan 17.45

371 109 602
                                    

"Iya, Mas. Aku inget, kalo aku emang pernah bilang aku bersedia dipoligami, tapi ini beda."

"Apa? Nggak ada bedanya, Ma. Papa cuma mau tanggung jawab, bukannya Mama yang selalu minta Papa jadi laki-laki tanggung jawab?"

Prang!

"TANGGUNG JAWAB? Tunggu dulu ... apa kamu sudah pertanggung jawab atas pernikahan kita? Cih! Bahkan kamu mengkhianatinya."

"Pengkhianatan? Poligami bukan pengkhianatan. Agama juga memperbolehkannya."

Prang!

"Berani kamu menyebut-nyebut agama sekarang? IYA ... AKU TAHU, poligami itu diporbolehkan agama. Tapi ...."

" ... apa agama memperbolehkan hubungan di luar nikah? Dia--"

"Tidur! Besok sekolah," titah Teh Wenda, lalu mendekapku.

Di luar, hujan turun lebat. Biasanya aku sangat suka dengan hujan yang turun di malam hari. Karena itu, akan membuat tidurku sangat nyenyak.

Tetapi berbeda dengan malam ini. Bahkan aku tak suka dengan malam ini. Sejak tadi sore, Mama dan Papaku bersikap aneh. Tidak berbicara, enggan menatap wajah satu sama lain, bahkan kami tidak makan malam. Dan sekarang? Mereka malah berdebat, padahal ini sudah larut malam.

Teh Wenda juga menyebalkan. Perempuan itu sejak pukul tujuh malam tadi, sudah menyuruhku tidur. Bahkan, dia juga melarangku untuk keluar kamar. Dan yang paling menyebalkan, saat kutanya ada apa dengan Mama Papa, dia menjawab : itu urusan orang dewasa, bukan urusan anak kecil. Cih! Aku sudah SMA!

Sreeet

Aku terperanjat ketika pintu kamarku terbuka. Ternyata itu Mama yang membiarkan cahaya dari ruang tengah masuk ke dalam. Beliau duduk di sampingku, lalu membantuku untuk duduk. Matanya sembab dan hidungnya merah. Aku melirik ke arah jam dinding. Jarum pendek sudah menunjuk tepat ke arah angka dua belas, tapi jarum panjangnya masih kurang dua garis.

Mama menatapku dengan tatapan yang sulit aku artikan. "Adek mau ikut Mama atau Papa?" tanya Mama dengan suara lirih.

Aku mengangkat sebelah alisku dan melirik ke arah Teh Wenda, namun detik itu juga dia langsung membelakangiku.

"Kalau ikut Mama abis ini Adek lanjut bobo ya. Tapi kalau ikut Papa, sekarang kamu cuci muka biar Mama yang beresin barang-barang Adek," sambungnya.

.....

Malam sudah berganti dengan pagi. Tetapi suasana canggung ini belum juga berganti sejak tadi malam. Mama pagi ini tidak berteriak untuk menyuruhku sarapan. Bahkan jika bukan karena suara kendaraan yang lalu lalang di bawah, aku sudah kesiangan hari ini. Sebab, tak ada seorang pun yang bersuara pagi ini.

"Ma, Papa mana?" Aku mengumpulkan seluruh keberanianku hanya untuk bertanya seperti itu.

Mama yang sedari tadi menunduk sambil mengikat tali sepatuku, menatapku sambil menggeleng.

"Mama sama Papa mau cerai?"

Pluk!

Refleks Teh Wenda menepuk pundakku sambil menggelengkan kepalanya, menandakan aku tidak boleh bertanya seperti itu.

Mama terdengar menghela napasnya, lalu bangkit dan meraih snellinya yang sebelumnya ia letakkan di pangkuanku.

"Nanti pulangnya sama Papa," ucap Mama, seraya mengulurkan tangannya membantuku untuk berdiri.

*****

"Konfigurasi elektron adalah susunan atau gambaran yang menunjukkan penempatan elektron-elektron dalam suatu atom."

Swastamita | SM Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang