Bertemu Dia

191 78 491
                                    

Merupakan sebuah konsekuensi di sekolahku, jika menjabat sebagai pengurus OSIS, maka wajib mengikuti ekstra kurikuler Paskibra. Padahal, jika boleh jujur, aku sangat-sangat tidak suka dengan ekstra kurikuler ini. Sudah latihannya sering tengah hari, banyak peraturan pula! Terlebih lagi, jika dalam suatu barisan ada yang melakukan kesalahan, maka semua orang yang ada dalam barisan tersebut akan dihukum.

Hah ... itu sangat melelahkan.

Tetapi tidak apa-apa. Karena ini akan menambah waktuku di sekolah dan mengurangi waktuku di rumah. Selain itu, pelatih Paskibra sekolahku adalah A Eka. Jadi, selelah apapun latihannya, itu semua akan hilang begitu saja ketika melihat wajah tampannya.

Oh iya, sekedar informasi, sekarang A Eka sudah resmi menjadi salah satu mahasiswa Institut Teknologi Bandung dengan mengambil jurusan teknik elektro. Ah, dia memang tipe lelaki idealku; lebih dewasa dariku, populer, tampan. Oh dan jangan lupakan kotak-kotak yang ada di perutnya itu.

"Beb, kaki aku rasanya gempor banget. Aku pulang duluan ya?" ucap Raka yang tiba-tiba ada di sampingku.

Aku meliriknya lalu sedikit terkekeh ketika melihatnya sedang memegangi kedua lututnya. "Oh iya, sok. Gak apa-apa."

"Yaudah, ya. Bye-bye, Beb." Anak melambaikan tangannya sembari berjalan menuju parkiran. Dan sekarang aku sedang mati-matian menahan tawa melihat Raka berjalan seperti bebek.

"Keknya tuh anak bener-bener kecapekan deh," gumamku lalu kembali menenggak air minum.

"Abis ini mau ke mana?"

Refleks aku menoleh ke arah sumber suara." Eh, A Eka. Emm ... kayaknya langsung pulang aja deh."

"Mampir ke Mixue dulu mau gak?" tanyanya.

Beberapa detik aku terdiam memikirkan untuk menerima tawarannya atau tidak.

"Aku traktir," sambungnya.

"Emm ... okay deh. Ayok!"

"Tapi nebeng motor kamu ya sampe pulang, soalnya aku gak bawa motor. Nanti dari sana aku naik Grab. Soalnya kalo dari sini mahal pisan ongkosnya," ungkap A Eka.

"Oh ini tèh minta tebengan berkedok ngajak jajan es krim, A?" tanyaku sambil terkekeh, sedangkan A Eka hanya tersenyum canggung sambil menggaruk tengkuknya.

*****

"Eh, denger-denger kamu nyalon ketos ya?" tanya A Eka ketika pesanan kami sudah datang.

"Iya."

"Sama siapa?"

"Raka."

A Eka nampak terkekeh pelan. "Ciee nyalon sama mas pacar," ucapnya sambil tersenyum jahil.

Aku mendelik. "Dih? Siapa yang pacaran sama dia? Orang aku cuma temenan," sinisku.

"Iya sekarang masih temenan, nanti lama-lama jadi demenan loh, Dek."

Aku mendesis sebal. "Ish! Gak akan ya. Itu gak akan terjadi."

A Eka kembali terkekeh, lalu mengalihkan topik pembicaraan. "Terus kamu udah punya apa aja? Kampanye tiga minggu lagi loh."

Aku menggeleng cepat. "Sejauh ini sih belum," jawabku apa adanya.

Lelaki yang ada di hadapanku mengerutkan keningnya dan nampak seperti terkejut. "Visi, misi?"

"Alamak! Ada pula ya, yang mau nyalon ketos tapi gak punya visi misi."

Aku berdecak santai. "Tck! Gampang yang begituan mah nyontek Mbah Gugel juga bisa."

Swastamita | SM Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang