Bandar Udara Juanda, 05:00 pagi.
Nona. Tubuh Wenddy di guncang seseorang.
Anda sudah sampai. Pramugari itu membangunkan wanita yang masih tertidur dengan nyenyak. Pramugari itu belum sadar siapa yang dia bangunkan wajahnya tertutupi topi pantai.
Perlahan Wenddy menggeliat dari tidurnya sambil membuka topi pantai yang menutupi setengah wajahnya. Setelah topi terbuka barulah sang pramugari kaget. Bertemu dengan artis terkenal terlebih lagi sudah setahun lamanya artis tersebut hiatus dari dunia hiburan.
"Nona Wen-ddy." Panggil dia terbata. "Saya adalah Fans anda." Lanjutnya antusias. "Saya sangat senang bertemu dengan anda." Sambil menautkan erat kedua tangannya sendiri melampiaskan emosi menggebu. Wantia yang di ajak bicara tidak merespon apapun dia masih mengumpulkan semua kesadarannya terlebih lagi dia tertidur lebih dari 15 jam.
Wenddy percaya kali ini adalah kenyataan yang harus dia terima terbangun dari mimpi indahnya. Buru-buru dia mengendalikan ekspresi wajahnya di hadapan pramugari. Untuk saat ini pikirkan dulu yang harus di lakukan tidak perlu larut dengan perasaan yang tidak jelas. Wanita itu membereskan penampilannya takut dia berantakan.
"Terimakasih, Nona Teressa." Mendongak membaca name tag yang di pakai pramugari.
"Telah membangunkan saya. Saya tidak tahu apa yang terjadi jika nona tidak membangunkan saya." lanjutnya berterimakasih dengan sopan.
Teressa, pramugari tersipu sekaligus senang namanya di sebut oleh artis idolanya. Ini memang salah satu tugas saya. Kembali tersenyum.
"Nona Teressa, bolehkah saya meminta bantuan?"
"Tentu saja." Jawab Teressa pasti. Apapun akan di lakukannya untuk Wenddy sang idola.
"Baiklah akan saya jelaskan sambil berjalan. "
Ingatan terakhirnya berada di rusia, lalu dia menjelaskan bahwa dirinya kehilangan seluruh barang termasuk dompet dan meminta Teressa untuk meminta izin pada petugas bandara agar dirinya bisa menunggu di tempat yang tersembunyi tidak baik jika dirinya duduk di antara kursi tunggu para penumpang Teressa menyetujuinya dia akan membantu Wenddy.Setelah mendapat persetujuan Teressa mengantar Wenddy ke tempat yang di sediakan. Setelah itu Teressa pamit pergi tugasnya sudah selesai.
Pikiran Wenddy sangat kacau saat terbangun di pesawat. Berbagai pertanyaan muncul dan belum satupun terjawab. Matanya menatap seluruh sudut ruangan tanpa terlewat lalu berjalan mecari saklar lampu dan mematikannya. Seluruh ruangan gelap. Tidak ada cahaya sedikitpun berarti ruangan ini aman dari kamera atau alat penyadap.
Wenddy harus benar-benar menjaga privasinya yang seringkali bocor. Sekarang dia adalah artis terkenal bukan wanita dalam dongeng suatu cerita. Lampu kembali dinyalakan. Ada kaca besar yang di pasang di dinding sebagai hiasan ruangan. Wanita itu menatap pantulan dirinya. Dia memakai dress yang sama dengan ingatan terakhirnya saat melompat dari atas menara untuk bunuh diri. Matanya melihat mahkota bunga yang terpasang di atas topi yang dia kenakan.
Dimana dia mendapatkannya? Apakah dia yang membuatnya? Tentu saja bukan, saat dia terbagun di kamar penuh bunga Wenddy sudah memakainya. 'Lalu jaket hitam yang dia pakai sekarang milik siapa?' Sebanyak apapun pakaian yang dia miliki Wenddy ingat dia tidak punya jaket yang dia pakai sekarang.
"Baik, stop." Rasanya kepala Wenddy akan pecah harus mencerna semua hal yang terjadi. Terasa seperti mimpi tetapi terlalu nyata jika di sebut mimpi. Perasaanya terasa kosong Wenddy ingin menangis tapi dia juga bingung harus menangisi apa?
Sekarang sebut saja hari yang di lalui kemarin itu mimpinya selama perjalan pesawat. Wanita itu merebahkan tubuhnya di atas kursi Sofa sambil mengulang kembali runtutan ingatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life A Star | Lee Jeno
FantasiaWenddy seorang penyanyi terkenal dengan bayaran Fantastis. Setiap wanita mendambakan kehidupannya. Cantik, terkenal, karir cemerlang. Tidak perlu khawatir dengan apapun. Tetapi di saat semua wanita menginginkan kehidupannya. Wenddy memilih mengakhir...