10. Misi pertama

290 34 6
                                    

Kalian nunggu kelanjutannya gak?
Maaf, saya terlalu lama menghilang.
Semoga kalian menikmatinya.

Selamat membaca.

"Bodoh."

Bisa-bisanya kejadianya pas sekali. Kakinya menginjak ranting di saat penjaga mendekat ke arahnya. Keringat berkumpul penuh di pelipis Wim, darah dalam tubuhnya bergerak cepat memompa darah ke jantung. Debaran jantung Wim sampai dapat dia dengar dirinya sendiri. Perlahan Wim mundur-menempelkan tubuhnya pada tangki di dekatnya mencoba meratakan tubuhnya agar tidak di temukan sang penjaga.

Sudah jatuh tertimpa tangga, nasib baik sedang tidak berpihak padanya. Ternyata di tangki tersebut ada semut bersarang yang mengakibatkan Wim di gigiti selama menempelkan tubuh pada tangki.

Penjaga semakin mendekat, menerangi tempat Wim tadi. Merasa terganggu dengan suara patah ranting yang tadi di dengarnya dia kembali memastikan untuk melihat lebih dekat.

Wim yang menyadari hal itu semakin terpojokan, di tambah wajahnya mulai di gigiti semut. "Tuhan ku pasrahkan semuanya padamu tapi jangan sekarang."

"Pergantian shif, kembali ke pos masing-masing." Perintah seseorang dari balik Handy talky.

Krsk. "Siap." Sambil memastikan tempat yang akan di periksanya.

Sang penjaga pergi dari tempat, mengikuti arahan Handy talky.

"Huh," Wim berseru pelan sambil menghempaskan beberapa semut yang masih berada di wajahnya.

"Maafkan aku semut. Aku sungguh tidak sengaja." Wim meminta maaf sambil berjongkok.

"Tapi aku punya pirasat buruk, jika kalian mengerti apa yang aku ucapkan turuti perintahku demi kebaikan kalian. Pindahlah dari tempat ini ajak teman-teman kalian. Oke?"

"Kenapa aku berbicara dengan hewan? Sadarlah kau bukan sulaiman."

"Kau dimana Wim? Ujar Jailen dari Earpiece. "Jangan bicara dengan tumbuhan atau hewan." Seakan tahu kebiasaan Wim, Jailen mengetahui apa yang sedang di lakukannya sekarang. Bukan seakan-akan kebetulan tapi Jailen sering kali memergoki Wim melakukan hal ini.

"Ti-tidak." Elak Wim.

Lalu bergerak kembali menyusuri jalan yang di lewatinya tadi. Untuk berkumpul Kembali ke tempat yang sudah di tentukan tadi bersama Jailen dan Grace.

"Hup." Imbuh Grace turun dari atas pohon bersamaan dengan datangnya Jailen dan Wim.

"Bagaiman dengan selang?" Tanya Jailen.

"Sudah aku putar tuasnya."

"Baiklah, setelah ini kita memeriksa keadaan di dalam pabrik."

Dari luar, bagunan kokoh persegi empat ini terlihat layaknya seperti pabrik pengolah jagung biasa. Namun, jika masuk ke dalamnya dan melihat lebih detail bagaimana setiap inci yang ada di dalam pabrik-bayak sekali kebohongan besar yang di sembunyikan di setiap sudut bangunan kokoh ini. Hanya dinding yang menjadi saksi bisu atas aktivitas Kotor dan menyedihkan mereka.

Kotor dan menyedihkan, demi lembaran rupiah mereka rela merusak jiwa-jiwa sehat. Setiap bulannya berton-ton olahan Cannabis di kirim melalui ekspedisi tertentu yang sudah jelas penerimanya. Di susupkan melalui jalan-jalan setapak yang tak pernah di lalui orang-orang untuk mempersempit lingkup orang-orang yang tidak memiliki kepentingan dalam transaksi ini.

***

Sudah setengah hari Wenddy habiskan di dalam sebuah salon rambut. Di malam hari sebelum tidur, terbesit dalam pikirannya untuk sedikit merubah penampilannya setelah melihat video-video cuplikan di social media miliknya. Berkat kesabarannya, keinginan Wenddy semalam sudah terwujud sore ini juga. Dia ingin membuat kejutan saat berkunjung kerumah Rosie dan keluarganya. Dia terseyum puas melihat dirinya pada cermin besar di hadapannya. "Sungguh kau memang cantik," Wanita yang menatap pantulan dirinya tergelak. "Bisa-bisanya aku baru menyadari ini."

Life A Star | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang