.. 00.03 ..

557 54 2
                                    

suasana ramai taman bermain menjadi latar kali ini, jaemin sangat menikmati permainan roller rink yang ia usulkan sendiri. namun berbeda dengan renjun, submisive itu terus merengek karena sungguh jaemin sangat menyebalkan.

bukan tidak bisa, awalnya renjun juga menikmati permainan ini. namun saat jaemin mengajaknya balapan, suasana sedikit berbeda. garis bawahi, renjun bukannya takut! ia sedikit, sangat sedikit tidak percaya diri jika lawannya adalah jaemin.

namun renjun tidak akan menolak dan mengaku kalah tanpa bertanding, ia pun balapan dengan jaemin sipemilik sertifikat peluncur terbaik waktu junior high school, ingat itu.

junior high school.

tapi sepertinya kepercayaan diri renjun salah kali ini, jaemin tetap lah jaemin dan renjun mengakui ia kalah. namun siapa yang menyangka jika ada hukuman dibalik itu? hal paling menyebalkan untuk renjun, hukumannya adalah memakai baju alien hijau yang menggembung.

berkahir dengan renjun yang malang dan baju alien yang menbuatnya kesulitan bergerak, renjun seperti orang bodoh dengan sepatu beroda. jaemin sialan!

" hanya bisa secepat itu, huang?"

" JANGAN BERANI MEMANGGILKU DENGAN MARGA!" jaemin terbahak, memancing amarah renjun semakin meledak. " NA ─sialan─ JAEMIN!"

kecepatan renjun ditingkatkan, hasrat menjambak jaemin yang semakin jauh meningkat drastis. renjun mendesiskan kalimat umpatan beberapa kali, masih menahan karena banyak anak kecil yang sedang bermain roller rink juga disana.

jaemin yang melihat laju renjun semakin kuat pun memutuskan untuk berhenti, khawatir submisive itu akan jatuh kelantai keras arena bermain. dan beberapa saat kemudian jaemin menangkap tangan renjun membuatnya berhenti, jika tidak mungkin renjun akan menabrak pembatas.

namun bukannya berterima kasih, renjun justru memukul brutal jaemin dengan wajah memerah kesal. jaemin tidak tahu seberapa marahnya renjun dan kenapa lebih tepatnya, namun mata renjun tidak bisa berbohong. terlihat memerah dan berair.

" brengsek!" umpat renjun sebelum berbalik pergi. tanpa disangka, seorang anak kecil lewat dibelakang renjun. ia terkejut dan terjatuh kebelakang dengan kepala mendarat lebih dulu dipermukaan yang─

" kau tidak apa?"

mata kanan renjun terbuka perlahan untuk mengintip, disusul denganmata kirinya. kedua manik itu terbuka lebar saat melihat jaemin berada diatasnya. entah kapan dominan itu menolongnya, tapi kejadian tadi sungguh sangat cepat hingga renjun tidak menyadari apapun. yang pasti ia tidak merasa sakit sama sekali.

wajah jaemin semakin mendekat dan memiring, sialan simesum ini! renjun langsung mendorong jaemin sebelum dominan itu melakukan hal yang iya iya dihadapan banyak orang juga anak kecil.

" masih sempatnya mesum ha!?" tanyanya dengan nada ketus, namun berusaha pelan. jaemin malah terkekeh, mendudukan dirinya disamping renjun yang juga kini sudah terduduk.

" kukira kau perlu nafas buatan."

" KAK!? kau.. bodoh?!"

₍ D I D Y M O ₎
──────────
©__abcdeann

didalam mobil kembali senyap, mereka berniat mencari tempat makan sebelum pulang. jaemin fokus kedepan sementara renjun melihat keluar jendela sesekali melirik jaemin, beberapa kali ia tertarik dengan makanan dipinggir jalan. tapi..

lupakanlah.
renjun malas bicara.

" ingin makan di─"

" terserah."

jaemin melipat bibirnya kedalam, menahan tawa yang mungkin akan membuat renjun menangis. " kau masih marah?" tanyanya dengan wajah ditolehkan kesamping lain yang berlawanan dengan keberadaan renjun, menyembunyikan senyum jahilnya.

" aku tidak." jelas nadanya kesal.

" baiklah.." jaemin memilih diam.

hingga mobil itu mulai diparkirkan, renjun baru menyadari tangan jaemin yang sedang menyetir terluka. renjun langsung meraih tangan kanan jaemin membuat si empu terkejut, hampir lupa menginjak rem.

" kau terluka?"

" sedikit, tidak apa hanya─"

" seharusnya kau tidak perlu menolongku! lagi pula baju sialan itu cukup berguna! pengamanku yang tidak berguna! untuk apa aku memakai helm jika seperti ini?!" jaemin menggigit bibir bawahnya saat renjun kembali mengoceh, " bisa bisanya kau diam saja saat tanganmu berdarah!"

renjun membuka kotak p3k dan merawat luka dijari jari jaemin, " kubilang tidak apa, ini hanya luka kecil. aku sama sekali tidak kesakitan, makanya aku diam. jangan marah marah terus, aku lapar.." rengek jaemin.

renjun tidak lagi mengeluarkan rentetan kata yang menulikan telinga, ia bungkam dan lebih memilih mempercepat urusannya dengan tangan jaemin agar mereka bisa cepat masuk dan menyantap beberapa makanan lezat.

₍ D I D Y M O ₎
──────────
©__abcdeann

setelah makan malam selesai, renjun pamit ketoilet sebentar. sedangkan jaemin tengah memesan kopi seraya membayar bill. tak lama seorang pria berpenampilan formal menyapanya dengan seorang gadis cantik digandengan pria itu.

" tuan, na. seorang diri?"

" ah, tidak. saya bersama─ itu dia."

renjun yang baru keluar dari arah toilet langsung bertanya tanya dalam diam saat dirinya ditunjuk, saat mendekat bahunya jaemin rangkul. " perkenalkan istri saya, huang renjun." renjun langsung merenggut tidak suka saat marganya yang kembali disebutkan.

" saya xiaojun, dan ini adik saya xiaoting. senang bertemu dengan anda." gadis itu membungkuk masih dengan senyuman tertahan diwajah manisnya, renjun pun ikut berbungkuk kecil. " dia baru saja memenangkan perlombaan menari, jadi merepotkan kakaknya untuk mentraktir makan."

" kebetulan sekali, istri saja juga seorang penari." sontak renjun menoleh kearah jaemin dengan tatapan tajam, namun wajahnya masih terlihat tidak nyaman dan sekarang semakin terlihat tidak bersahabat.

" benarkah?"

" iya, dia seorang guru ballet."

senyum jaemin melebar, ia masih asik mengobrol dengan orang itu sementara tangannya turun dari bahu kepinggang renjun. tawa ketiga orang itu mengudara, namun mereka tidak menyadari kegelisahan renjun.

" kita bisa menari bersama lain kali, nyonya. menggabungkan tarianku dengan tarian balletmu bukan ide buruk, hehe.." renjun menatap gadis itu sesaat, sebelum akhirnya mendengus kesal dan pergi tanpa pamit. meninggalkan kesan tidak sopan yang ketara, juga kebingungan bagi kakak beradik itu.

dengan kesal renjun masuk kedalam mobil, tak lama jaemin menyusul nampak lebih kesal dari renjun. " sekarang kenapa lagi, hah? kenapa bersikap tidak sopan didepan kolegaku? sementara aku baru saja mengenalkan istriku dengan bangga."

renjun tidak menoleh sama sekali, " maaf atas ketidak sopananku, sekarang aku ingin pulang." jaemin mengepalkan tangannya, menarik bahu renjun cukup kuat agar submisive itu menatapnya.

" maafmu tidak akan memperbaikki nama kita dan aku juga bukan supirmu, huang."

renjun tidak dapat lagi membendung air dikelopak matanya, " kubilang jangan panggil aku dengan marga itu!" renjun sudah membuka pintu hendak turun dari mobil, namun jaemin dengan cepat menggenggam pergelangan tangannya.

" diam ditempatmu."

" tidak. aku akan pulang sendiri."

" kubilang diam, renjun!"

seringai renjun terlihat sinis, " bukankah kau yang bilang kalau kau bukan supirku, benar? baiklah, aku bisa pulang sendiri. jika perlu aku tidak akan pulang kerumahmu lagi mulai detik ini, sekarang lepaskan aku."

dengan paksa renjun menarik tangannya, pergi setelah menutup kasar pintu mobil. meninggalkan jaemin yang menatap kepergiannya tidak mengerti, " sial."

setir itu diremat kuat, tatapannya jatuh pada plester dinosaurus yang merekat dijari jemarinya. satu pukulan mendarat disetir itu. jaemin menunduk, meletakan kepalanya diatas lipatan tangan seraya terisak pelan.

" aku merindukanmu."

to be continue..
with love, dean

DIDYMO ─ JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang