.. 00.09 ..

393 48 1
                                    

sepi, tidak ada percakapan didalam mobil itu, renjun telah diperbolehkan pulang dengan syarat menjaga kesehatan juga jangan membebankan banyak pikiran dikepalanya.

tangan mungil dengan tanda lahir itu meremat sit belt kuat kuat, sementara manik bulatnya ─yang memandang keluar jendela meneteskan air asin, yang langsung diusap kasar oleh si empu.

" ya. anda tengah mengandung, umurnya menginjak ketujuh belas minggu sekarang. mudah kelelahan memang biasa terjadi, namun tidak perlu khawatir, calon bayi kalian akan baik baik saja selagi pola makan dan tidur sang ibu diperbaiki.

namun ia sangat kecil untuk ukuran janin dengan umur sekian, hingga kesulitan untuk terdeteksi sampai usianya yang menginjak bulan kelima ini, perut anda bahkan belum membesar sama sekali. namun detak jantungnya terasa sangat cepat,"

dokter itu menekan salah satu tombol, tak lama suara detak jantung terdengar begitu cepat. " hentikan." renjun menolehkan kepalanya kesisi lain saat air matanya menetes, itu menakutkan. renjun mohon berhenti. matikan alat itu, buat detak jantungnya berhenti berdengung!

" berhenti.." lirihnya tanpa sadar.

" hm? ingin membeli sesuatu?"

renjun menoleh, mata berkaca kacanya menatap jaemin. " aku.. ingin.. sepuluh kotak red velvet dessert box." ucapnya bergetar, ia langsung mengalihkan lagi tatapannya keluar jendela.

" sepuluh? baiklah.." kekehnya.

mungkin renjun mengidam.

₍ D I D Y M O ₎
──────────
©__abcdeann

renjun berjalan pelan menuju kamarnya, sementara jaemin tengah mengemas kotak dessert renjun dilemari pendingin. aneh sekali renjun bahkan tidak melirik satu kotak dessert pun, namun jaemin tidak ambil pusing.

saat sampai dikamar, hal pertama yang renjun lihat adalah foto pernikahan jaemin dan injoon terpajang ─karena memang sengaja jaemin meletakan foto mereka disamping pintu menuju balkon, jadi hal pertama yang dilihat saat masuk kamar adalah foto tersebut yang awalnya adalah foto pernikakannya dengan renjun.

sementara foto pernikahannya dengan renjun sendiri berdiri dilantai, renjun tidak pernah tahu bahwa foto itu ditumpuk. ia hanya berpikir jika jaemin mengganti foto mereka dengan fotonya bersama injoon, dengan itu amarah renjun tiba tiba memuncak.

tangannya mengepal seraya berjalan mendekat kefoto yang terpasang didinding, tinggi memang tempatnya namun masih bisa renjun gapai walaupun berat. sangat berat hingga foto itu jatuh bersama renjun kelantai, renjun merasa hancur namun tidak dengan kaca itu.

kaca yang melindungi foto sangat kuat, bahkan saat renjun pukul dengan kepalan tangannya tidak pecah sama sekali. hanya sedikit mengalami keretakan dibagian wajah injoon.

" kau jahat!" tangisnya masih seraya memukul foto itu tidak peduli tangannya memerah atau bahkan mungkin akan terluka karena kaca. dadanya sesak bukan main, " kau sangat jahat dengan tidak membiarkanku meninggalkannya.."

" kau lebih menyayangi kak jaemin dari pada aku yang selalu melindungimu bahkan hingga kau mati! aku rela dibenci orang tua kita hanya untuk menuruti permintaan bodohmu! tapi kenapa kau malah menghadirkan anak ini?

sialan! kau ingin aku terjebak bersama brengsek itu seumur hidup hah?!" renjun kembali meraung kuat, memukul mukul foto itu tepat dibagian wajah injoon.

" renjun! apa yang kau lakukan?!"

jaemin menarik renjun, memeluknya kuat dari belakang dengan posisi terduduk. kedua tangan renjun ia dekap dengan kuat sementara si empu masih menangis dengan wajah terdongak, bersandar padanya.

DIDYMO ─ JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang